The Diary Game : 18 Oktober 2023| Membawa si kecil ke klinik
The Diary Game
Morning, diary....!
Di pagi hari aku mendengarkan pengumuman dari TOA mesjid di kampungku tentang telah meninggalnya salah seorang warga dalam kemesjidan kami.
Dia adalah seorang pria yang dipercayai memiliki sebuah "karomah" meskipun secara fisik terlihat seperti orang yang memiliki keterbatasan mental.
Sejak aku kecil, aku sudah sering melihat keganjilan sikap dari beliau. Dan yang paling aku ingat bahwa dia adalah orang yang pertama sekali akan mencium tangan para ulama yang datang ke sebuah acara yang dihadirinya.
Mungkin itu pula yang menyebabkan dia mendapatkan "karomah" tersebut karena kecintaannya terhadap ulama meskipun dia memiliki keterbatasan mental.
Empat hari yang lalu dia tertabrak sebuah mobil dan harus di rawat di RSUZA Banda Aceh, namun rupanya Allah SWT lebih mencintainya dan memanggil dia kembali ke hadirat-Nya.
Mendengar berita itu, aku tidak masuk kantor dan hanya melakukan fingerprint di kantor camat Matangkuli saja agar dapat mengikuti sholat jenazah nantinya.
Usai melakukan fingerprint, aku kembali ke rumah sambil menunggu pengumuman lanjutan bahwa jenazah sudah tiba dari Banda Aceh.
Proses Ikan salee
Aku duduk dan mengobrol di rumah ibuku sambil melihat adikku yang sedang melakukan proses pengasapan ikan yang ditangkapnya di sungai menggunakan jaring ikan.
Alhamdulillah pasca banjir Minggu lalu, adikku mendapatkan banyak ikan dengan memasang jaring di sungai dan ikan ini akan dilakukan pengasapan sehingga menghasilkan ikan asap (Eungkot Salee).
Ponakanku
Di rumah ibuku hari ini seperti biasa ada ponakan ku yang sedang bermain karena ibunya sedang mengajar di sekolah. Dia pun cukup dekat dengan adikku dan hanya adikku yang bisa mendiamkan ponakan ketika dia menangis.
Di tunggu-tunggu, rupanya jenazah baru bisa di sholatkan di mesjid setelah sholat Zuhur. Memang perjalanan membawa pulang jenazah dari Banda Aceh ke Matangkuli membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kue Naga Sari
Menjelang sore, ibuku mengantarkan cemilan buat kami berupa kue "Naga Sari". Sebagai Wong Ndeso aku sangat menyukai makanan tradisional seperti ini... 🤭
Alhamdulillah ketika aku menetap kembali di kampung halaman, aku bisa merasakan kembali suasana sewaktu aku kecil dimana sehari-harinya ibu selalu membuatkan kami kue/jajanan tradisional seperti timphan, dug'ok, boh rom-rom, cagruek dan makanan tradisional lainnya.
Begitulah keseharian kami dulu, dan yang pasti makanan tersebut sehat serta tanpa bahan pengawet yang bisa membahayakan kesehatan.
Setelah sholat ashar aku pergi ke kantor camat Matangkuli untuk melakukan fingerprint sore setelah sebelumnya menurunkan istri dan si kecil di klinik Mandiri Bersama di Parang Sikureung.
Di Klinik Mandiri Bersama
Dan selesai melakukan fingerprint, aku kembali ke klinik untuk menjemput mereka. Si kecil berobat di klinik karena badannya mengalami gatal-gatal pasca banjir Minggu lalu.
Kemudian kami menuju Simpang Rangkaya untuk berbelanja barang kebutuhan kami. Tidak lupa seperti biasa, si kecil kepingin makan siomay Bandung disana.
Hujan lebat
Menjelang magrib, hujan turun cukup deras bahkan disertai dengan petir yang menyebabkan alarm mobil kami berbunyi beberapa kali akibat getaran/goncangan yang ditimbulkan oleh suara petir.
Sekian dulu diaryku kali ini. Stay safe and Fun.....Ciao...!
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.