Makan siang di kebun

Hagoe's Village : April, 30th 2025
Kamis ini adalah hari terakhir bulan April dan esoknya adalah hari libur nasional yang akan diperingati oleh kaum buruh sebagai hari yang penting, yang dikenal dengan May Day atau Hari Buruh.
Karena hari ini masih hari kantoran, maka sebagai ASN aku harus masuk kantor seperti biasanya di Puskeswan Lhoksukon, tempat aku bertugas selama ini.
Di Puskeswan Lhoksukon
Aku berangkat ke kantor Puskeswan Lhoksukon pada pukul 07 pagi sekalian mengantarkan si kecil ke sekolahnya dengan menggunakan motor.
Tidak ada yang spesial dengan kegiatanku di kantor hari ini. Hanya kegiatan rutin saja. Selesai melakukan presensi pagi dengan menggunakan aplikasi Siapacut, aku memeriksa item-item pekerjaanku, memantau WA grup agar aku bisa merespon bila ada sesuatu yang penting.
Selebihnya aku hanya duduk dan mengobrol dengan para staf dan juga menyempatkan untuk membuat postingan untuk hari ini.
Lontong sayur
Saat aku tiba di rumah untuk makan siang, istriku pun bertanya : Yah, kita buat lontong aja untuk makan siang, mau?
Aku tidak berkeberatan untuk makan siang dengan menu lontong sayur, karena bagiku jenis menu tidak berpengaruh, yang penting makan.
Walaupun biasanya menu lontong sayur itu disajikan untuk sarapan pagi. Tetapi hal itu tidak berlaku bagiku. Bahkan kalau untuk sarapan aku hanya makan telor rebus saja tanpa nasi putih, apalagi lontong sayur.
Makan siang di kebun
Si kecil Alvira bersama sepupunya yang sedang bermain setelah pulang sekolah, meminta agar kami makan siang di kebun di seberang jalan rumah kami.
Yah, makan siang di kebun yuk! Aku pun setuju dengan ajakan si kecil Alvira dan kami pun membawa menu makan siang kami ke kebun di depan rumah kami.
Kebun kami ini sedang dalam proses land clearing, karena nantinya aku akan menanam beberapa tanaman sayuran untuk konsumsi kami sehari-hari.
Kebun ini sudah bisa dimanfaatkan untuk ditanami, karena banjir yang selama ini terjadi sudah reda, dan mudah-mudahan itu permanen setelah waduk Krueng Keureutoe mulai difungsikan beberapa bulan yang lalu.
Selama ini banyak lahan kebun dan sawah kami tidak bisa difungsikan secara maksimal karena seringnya banjir yang menggenangi desa kami, padahal mata pencaharian utama warganya adalah bertani.
Warga desa banyak yang mengalami kerugian karena padi yang mereka tanam di sawah kemudian tergenang oleh banjir selama beberapa hari, yang mengakibatkan padi mereka mengalami puso dan gagal panen.
Karena banjir sudah mereda maka aku bisa memanfaatkan kembali lahan kebun kami ini. Dan anak-anak pun suka beraktifitas di alam seperti ini, berkebun dan bahkan makan siang di kebun yang terletak di pinggir sungai ini.
Ayam mau disembelih
Setelah sholat Zuhur, aku menuju kandang ayam di belakang rumah kami, karena aku akan menangkap seekor ayam yang akan kami sembelih di tempat pemotongan unggas.
Ayam ini sering memakan sendiri telurnya sehingga tidak bagus untuk dijadikan indukan, dan lebih baik disembelih saja untuk menu makan kami.
Kami memelihara beberapa ekor ayam di rumah sehingga kami bisa mendapatkan telur bahkan daging ayam dari ternak yang kami pelihara sendiri.
Kembali ke Puskeswan
Di sore hari aku pergi ke Puskeswan Lhoksukon untuk melengkapi presensi sore ku, dimana para staf yang lain juga melakukan hal yang serupa sebagai tindak lanjut kebijakan pemerintah yang memberlakukan presensi secara real-time.
Beberapa staf juga sedang membakar sampah dan rerumputan yang kering di sore ini, karena kebetulan tidak sedang turun hujan.
Sunset di sore ini
Aku segera pulang ke rumah setelah melakukan presensi sore karena aku harus membereskan tanaman dan peliharaan ku sebelum azan sholat magrib terdengar dari mesjid di desa kami.
Langit di sore ini menyajikan semburat warna merah yang indah yang dikenal dengan sunset. Dan bagiku sebagai seorang Opacarophile, tidak melewatkan untuk menikmati pemandangan alam yang indah ini.
Sekian postingan ku kali ini. Stay healthy and Fun.....Ciao...!
@alee75
📚Jalaluddin Rumi : Ciptakanlah keindahan di dalam hati Anda, dan keindahan di sekitar Anda akan mengikuti.💝
