Ketika Informasi Duka Tak Sampai Kepada Penerima
BELUM lama ini ada berita duka. Ibu dari adik ipar saya berpulang. Beliau meninggal dunia dalam usia 66 tahun. Ia sebelumnya mendapat perawatan di Rumah Sakit Meuraxa, Banda Aceh. Sudah sepuluh hari di rawat. Saya baru dapat informasinya sekitar dua hari sebelum kepergiannya. Begitu mendapat informasi, pagi itu juga saya bergerak ke rumah duka.
Namanya Rasyidah binti Muhammad Idris Madain. Ia meninggal dunia pada Rabu 8 Januari 2024 lalu. Meninggalnya ibu adik ipar saya ini tentu sebuah sunnatullah. Sebab, kematian itu sudah pasti. Kita hanya menunggu giliran saja. Makanya, kita yang masih hidup dianjurkan untuk bertandang ke rumah orang meninggal. Sebab, itu akan menjadi iktibar bagi kita.
Selain menjadi pelajaran bagi si hidup, tentu ada hal lain yang membuat saya harus menulisnya di postingan ini. Karena itu sesuatu yang patut menjadi pengalaman. Khususnya bagi saya pribadi. Tapi ini bukan soal orang meninggal. Ini tentang nilai sebuah informasi. Ketika ada yang tersumbat, maka masalah akan tertambat.
Tamu undangan melayat ke rumah duka di kawasan Ajuen Jumpet, Aceh Besar
Saat prosesi pelepasan jenazah sebelum di bawa ke kuburan
Iya tertambat. Sehingga dia tidak bisa kemana-mana. Seperti biri-biri yang diikat di bawah pohon kelapa. Akhirnya, dia hanya bisa bergerak di sekitar itu-itu saja. Jadi, biar informasi ini tidak seperti biri-biri, harusnya segera di lepas. Tentu biri dilepas akan beda konsekuensinya dengan informasi yang dilepas. Lebih tepatnya di sebar.
Saya sangat menyayangkan itu. Adik ipar saya tidak pernah memberi tahu, bahwa ibunya di rawat di rumah sakit. Apalagi sudah sepuluh hari pula. Kalau hari pertama, kedua dan ketiga mungkin masih sibuk dengan banyak urusan. Tapi, untuk selanjutnya, pasti akan teringat. Ada kabar yang harus diberitahukan. Sebab, bisa membezuk, sekaligus mendoakan agar si sakit bisa lekas sembuh.
Hingga hari meninggalnya, saya malah tidak mendapat kabar apa-apa. Informasi duka ini malah saya dapat dari keluarga yang lain. Kenapa informasi seperti ini perlu segera disampaikan. Barangkali semua kita akan tahu manfaatnya. Biar kita bisa sama-sama mendoakan, agar si jenazah bisa lancar di alam kubur. Tidak tersangkut hal apapun lagi di dunia.
Untuk menurunkan segala kejenuhan dan merasa disepelekan, saya pun memilih "lari" ke taman. Melihat yang hijau-hijau agar pikiran tidak kacau.
Bukan cuma itu. Ketika informasi ini tidak tersampaikan hingga kepada pihak yang patut diberitahu, tentu akan muncul persepsi lain. Saya merasakan itu. Ada anggota keluarga yang juga tak diberitahu. Lantas dia merasa minder. Dari nada bicaranya saya menangkap kesan. "Karena kami orang miskin, maka tak perlu dikabari." Inti yang saya terima begitu. Saya yang bisa pendam di hati.
Bisa kami maklumi. Lalu, dengan sedikit "membela" adik ipar, kami memberi pengertian. Bahwa, hal itu bukan di sengaja. Mungkin saja itu kealpaan. Atau bahkan, ia berharap informasi penting ini sudah diteruskan oleh keluarga yang lain. Sedangkan dia sibuk mengurus segala kebutuhan pada hari berkabung. Usai dijelaskan panjang lebar, situasi menjadi lebih cerah. Seperti matahari baru keluar dari timur.
Akhirnya, dengan penjelasan singkat itu, segala karat-karat yang menghambat bisa kembali bersinar. Semoga saja hal ini tidak terulang lagi ke depan. Sebab, semua orang ingin datang untuk berkabung, berbelasungkawa dan mendoakan agar yang meninggal mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Itu saja.
TEAM 7
Congratulation!!!
Your post has been supported. We support quality posts, good comments anywhere and any tags.
Curated By : @wirngo
TERM
AVENGERS ALLIES