Collective Thoughts of Jun Imaginer #5 : Netflix, Film Korea dan Telenovela (Part 1)
Collective Thoughts of Jun Imaginer.
Sebuah serangkaian penuangan kumpulan buah pikiran karakter Jun Imaginer yang menurut hemat penulis sebaiknya di'tuang'kan demi memenuhi kepuasan diri.
Hai,
Yang suka nonton pilem, yok kita bahas dikit yok.
Baru-baru ini kan banyak di bicarakan orang film dengan judul Squid Game, pernah dengar atau udah pada nonton!?
Seperti pada kita tahu, dimasa pandemi ini Netflix makin menjadi primadona untuk memenuhi kebutuhan hiburan menonton film bagi yang terbatas geraknya oleh lockdown dan segala macamnya. Beberapa tahun lalu sebelum pandemi, Netflix dan OTT sejenis lainnya seperti Disney+ Hotstar, Prime Video, HOOQ dan kawan-kawan sejenisnya telah mulai tumbuh menjamur seiring dengan prestige-nya film-film produksi PH besar yang tayang perdana di bioskop.
Sebelum lebih jauh, aku jelaskan dulu apa itu OTT?
OTT (over-the-top) adalah sarana penyediaan konten televisi dan film melalui internet atas permintaan dan sesuai dengan kebutuhan konsumen individu[1]. Bedanya dengan tv kabel atau yang kita sebut "parabola", begitu kita hidupkan tivi, kita menonton film-film apa saja yang sedang tayang di hari dan jam tersebut atau menunggu yang bakal tayang yang terlihat dari daftar penayangan di hari tersebut. Sedangkan di OTT, kita bisa dengan leluasa mencari dan memilih tayangan konten channel tv atau film keluaran bioskop lama atau baru rilis yang ingin kita tonton kapanpun dan dimanapun. Artinya tidak harus menonton dari layar tv, bisa juga dari handphone, dimana dan darimana aja, bebas dan bisa pause dan lajut sesuka hati.
Itulah mengapa, saat orang-orang tak bisa lagi pergi ke bioskop nonton bareng, OTT yang pada awalnya sebagai alternatif kini menjadi pilihan utama.
Selain itu, yok kita bandingkan bagaimana profit didapatkan dari sebuah film untuk masing-masing antara OTT dan bioskop. Sederhananya untuk sebuah film, Hollywood memberikan bioskop keuntungan 45% dari setiap tiket yang terjual dan Studio/Production House pembuat film memperoleh 55%[2]. Ini berarti misalnya tiket film di CentrePoint XXI adalah Rp 50.000, bioskop yang menayangkan film itu dapat untung $22.500 dan studio, katakanlah Warner Brothers (WB), menerima selebihnya Rp 27.500.
Sedangkan di OTT seperti Netflix contohnya, sekali lagi sederhananya model bisnis streaming semacam ini mendapatkan uang murni dari peroleh ongkos berlangganan pelanggannya. Lalu, korelasinya dengan teknis penanyangan sebuah film?
Netflix membayar biaya izin penayangan/streaming sebuah film yang sudah ditayangkan terlebih dahulu (perdana/premier) di tempat lain, dalam hal ini bioskop[3]. Itulah kenapa, sebuah film tidak selamanya tersedia khusus di Netflix karena alasan tadi dan biaya yang harus dikeluarkan. Terkecuali Netflix Originals, nah ini lain cerita.
Karena ribetnya masalah perizinan tadi, ditambah lagi mega studio seperti Disney dan NBC mulai menarik hak siar film-film produksi mereka dan mengedarkan di jasa streaming buatan sendiri. Dari sisi Netflix, jika mulai banyak studio dan PH mulai mengedarkan filmnya ditempatnya sendiri, maka untuk mengatasi problematika ini, Netflix mencari cara bagaimana jika Netflix yang pada awalnya hanya menawarkan jasa streaming kini mulai melebarkan sayapnya dengan memproduksi dari studio sendiri.
Keduanya saling berevolusi untuk beradaptasi demi bertahan diri (survival).
Catatan kaki dan referensi gambar:
[1]: OTT - Telestream
[2]: Where Does the Money You Spend on a Movie Ticket Go? - doughroller
[3]: How do Netflix movies make money?- netflixlife
[4]: Poster Squid Game dari Instagram NetflixID
[5]: Ilustrasi OTT oleh Economic Times
Apa ne jun? Ini pilem yang kayak bunuh-bunuh orang itu ya, trus kalau dah menang dapat duet kan... Kayak push rank PUBG juga ne pilem...
hahahaha
pokoe epriwer pusreng
Squid Game, rupanya series ni bikin kawan2 sibuk kali, pantesan aku gak nyambung.. Kirain ngomongin games 🤦. Udah malas duluan awak.. Terimakasih Suhu atas pencerahannya..🙏🙏
beugh, nonton lah biar kekinian.
abesin ini dulu nanti baru ku kasi laen yg ga kalah seru
Menunggu ulasan selanjutnya