Collective Thoughts of Jun Imaginer: #2 Butterfly Effect
So...
Sebuah perpindahan kecil dimana terjadi perubahan pergeseran posisi suatu benda dalam selang waktu tertentu, seperti menggangkat pinggang dan menggeser posisi duduk yang sudah cukup lama dapat beresonansi terhadap penglihatan periferal yang kemudian menjadi impuls untuk mengangkat kilasan ingatan yang terpendam muncul ke permukaan dan kemudian memudar dan menguap seperti air terhadap panas lalu menghilang.
Seuntaian mata rantai ingatan berderik-derik seharusnya sudah teredam ricuhnya semalam jika saja sudah kutuang dalam kumpulan buah ingatan. Apa daya setampung air di ceruk telapak tangan terbuka menghadap kelangit menguap seperti air terhadap panas lalu menghilang.
Sebuah pilihan gestur dan tindakan kecil menunjukkan sedikit jati diri seseorang. Jika kamu berpergian dengan sepeda motor dan kemudian menepi untuk mengisi bensin di SPBU, Jika petugas pom bensin sudah mengangkat dan meniriskan nozzle gun dari lubang tangki, apakah kamu menutup tutup tangki dulu atau terlebih dahulu mendorong sepeda motor sedikit kedepan agar pelanggan yang mengantri mendapatkan gilirannya baru Anda menutup tangki dan menerima uang kembalian jika ada.
Sudah berjalan 3 minggu sekian aku berhenti merokok. Ini bukan kali pertama aku mencoba berhenti. Beberapa rekor pencapaian menahan nafsu ingin ngudud mulai hari hitungan sehari, seminggu hingga kurang lebih setahun lamanya. Rekor ini putus dan kembali menghembuskan asap putih tembakau hanya karna alasan dan hal sepele. Jika dikatakan perlu niat dan tekad yang kuat untuk berhenti lagi? atau kemampuan kendali diri, menahan untuk tidak merokok juga sebenarnya cukup hanya dengan alasan yang sepela jua.
Sepintas niat itu muncul setelah aku ngos-ngosan main gowes Kamis pagi. Kapok terseok-seok mengayuh pedal menyusuri hutan sawit perkebunan negara. Pulang dari situ, sebatang tembakau kretek masih saja tersulut api setelah makan siang. Tekad makin kuat malam harinya dengan mencoba memantapkan menahan diri ditengah kerumunan penikmat kopi dan kepulan asap agar tidak menyentuh kotak rokok di atas meja atau sekedar bermain memantik api mancis. Namun, sebatang-dua batang juga menjadi abu seluas lantai. Lewat tengah malam, selepas masing-masing berpisah kembali menuju pembaringan. Kios kecil yang memendarkan silau cahaya lampu bohlam putih mencuat keluar dari kerumunan kerupuk bergantungan terletak disamping gapura gang di bawah gelapnya pohon Trembesi yang rimbun, pesonanya tidak mampu memperdaya ku lagi untuk singgah mengisi kembali saku celana jean dengan sebungkus rokok isi 12 batang buat jaga-jaga seandainya terjaga di sepertiga malam.
Supaya apa aku bicarakan ini? Entahlah, You must be fun at the party kata itu terpikirku olehku. Buat yang belum tau, secara harfiah artinya "Kamu pasti orangnya menyenangkan(asik, heboh) jika di(diajak) pesta. Sebuah sindiran untuk orang yang bicarain hal-hal yang terkesan elaboratif, penafsiran teknis yang kaku dan tidak asik saja diutarakan diatas meja kedai kopi. Itulah kenapa aku menuangkannya di kolom ini.
Sejak itu satu, dua, tiga hari dan seterusnya berlalu, saat bangun tidur dan duduk di pinggir ranjang aku bisa menarik nafas sedalam-dalamnya hingga hitungan 7 detik dan menahannya cukup lama.
Seketika perasaan "mulut pahit" muncul, aku hanya mengecap seperti mengunyah kosong saja beberapa kali untuk melumasi dan melubrikasi rongga mulut yang kering dan menimbulkan kembali after-taste entah apa saja yang terakhir kali ku makan.
Selain itu, pengetahuan dari buku Breath - The New Sience Of A Lost Art karangan James Nestor dan wisdom dari atlit binaraga kebanggaan tanah air Ade Rai mengajarkanku langkah sederhana sebagai terapi alternatif pengganti rutinitas merokok.
Saintis menjelaskan bahwa, saat dengan sadar menarik nafas dalam-dalam (beralih dari bernafas otomatis menjadi manual), aktifitas ini bermanfaat meredakan stress, cemas atau kepanikan. Hal yang sama kita lakukan saat merokok jika kita amati, kita menghirup rokok dalam dan menghembuskannya dengan pelan, berulang-ulang. Ditambah dengan kandungan zat nikotin yang memberikan efek tenang. Itulah kenapa bagi perokok ketika merasa cemas, sedang menunggu, bosan, tidak sabaran, perasaan ini mereda jika sudah menyulut rokok dan menarik dan menghembuskannya lewat mulut dan hidung.
Selayaknya saat pandangan mata menjadi terbiasa dengan kegelapan, dengan mudah aku terbiasa dengan gap kekosongan rutinitas ini. Look, guys walau sekarang aku sudah berpaling ke sayap kiri, aku bukan antipati garis keras. Aku cinta cita rasa tembakau Indonesia, sungguh. Tapi, apalah kuasa usia tidak lagi belasan. Jika aku menyimpan niat di brangkas untuk berenti di usia ranum, sama saja tunggu terlanjur basah kehujanan baru membuka payung.
Efek kupu-kupu (bahasa Inggris: Butterfly effect) adalah istilah dalam teori kekacauan yang berhubungan dengan "ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal", di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem taklinear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam keadaan kemudian. Istilah yang pertama kali dipakai oleh Edward Norton Lorenz ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brasil secara teori dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
ntan sebuah untas