Monumen Sentral Telepon Banda Aceh, Saksi Sejarah Komunikasi di Masa Kolonial

in Steem SEA16 days ago

IMG-20250314-WA0048(1).jpg

Monumen Sentral Telepon Banda Aceh

Sentral Telepon peninggalan Belanda di Banda Aceh menjadi saksi bisu perkembangan telekomunikasi di masa kolonial. Berlokasi di Jalan Teuku Umar Nomor 1, Gampong Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, bangunan dua lantai ini diperkirakan telah berdiri sejak 1903. Hal ini merujuk pada angka “1903” yang tertera di bagian atas ventilasi jendela gedung.

Bangunan ini dibangun dengan struktur beton tebal di bagian bawah sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan, sementara bagian atasnya menggunakan kayu yang tahan terhadap cuaca. Pada masa kolonial, gedung ini difungsikan sebagai sentral telepon militer Belanda dan menjadi satu-satunya layanan telepon yang beroperasi sejak 1903. Baru pada 1931, layanan telepon untuk masyarakat umum dibuka di lokasi terpisah.

Ketika Jepang menduduki Indonesia (1942-1945), gedung ini tetap digunakan untuk kepentingan telekomunikasi. Setelah Indonesia merdeka, hingga menjelang 1960, bangunan ini dijadikan Kantor Telepon Militer Kodam I/Iskandar Muda, yang dikenal dengan sebutan Wisebath (WB) Taruna. Dalam perjalanannya, gedung ini sempat difungsikan sebagai Kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), kantor surat kabar Atjeh Post, dan kini menjadi kantor PSSI Cabang Aceh.

Saat ini, Sentral Telepon Banda Aceh telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional di bawah pengelolaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, menandai perannya sebagai warisan sejarah yang terus dijaga.