Prosa : Karsa & Darsa

in Steem SEA3 days ago (edited)

1000227006.jpg

”Ntah apa karsanya”, Ujar Karsa di ujung lorong tangga sekolah sana

(Image source by : pixabay.com


Sebelumnya beberapa orang pernah menjadi dekat bahkan sangat dekat lantas setelahnya mereka menjadi asi(n)g. Terlebih lagi ketika beberapa dari mereka dipisahkan oleh ruang, waktu merta tempat yang berbeza pasca menata yang sedang (belum ?) tertata di atas loka & ardh-Nya. Bertanya kabar mereka dalam telep(h)ati meski tidak tahu apakah si dia di sana masih hidup atau sudah mati?


Karsa masih saja berkutat dengan buku-buku tebalnya di kelas barunya di tahun pertama memasuki masa-masa yang katanya nian sulit untuk dilupakan. Apalagi kalau bukan masa SMA, Sekolah Menengah Atas.

Pada zahirnya cerita masa-masa itu benar saja menjadi tan terlupakan hingga tergiring ke masa depan. Tapi ini bukan soal harapan & masa depan, ini hanya soal kenangan yang luhur sempurnanya agih (ber)makna lagi pelajaran.

Apa yang teramat suka cita pergi sekolah bagi seorang Karsa, yang tiada lain & tiada bukan ialah belajar & belajar plus memutar otaknya untuk saling bersaing bahagia dengan teman-teman di kelas unggulnya hingga pagi menjelang petang.

Handai tolannya berpunya pikir ia benar-benar seorang anak kampung yang berasal dari kampung dengan agak sedikit dia anggap petantang-petenteng (bukan kayak ayam sayur) bangga berbahasa Indonesia. Tiada yang tahu bahwa dia ialah seorang siswi pindahan semasa kelas tiga Sekolah Menengah Pertama dari sebuah kota kecil di (kutub?) utara sana.

Tersiar kabar rumah Karsa cukup jauh dari sekolah. Itu memakan waktu kurang lebih satu jam naik bus daerah, beberapa anasir di sana menyebutnya BE. Pergi agak gelap pulangpun dalam keadaan gelita pekat. Hasratnya benar begitu kuat untuk berkutat dengan pelajaran-pelajaran di salah satu kota yang terkenal dengan penghasil melinjo alias Kerupuk Mulieng.


1000227004.jpg

(Image source by : pixabay.com)

”Satu..., dua..., ti......., ga... Tuhkan lihat-lihat. Pasti dia noleh”, Celoteh seorang bocah lelaki yang agak sedikit bertubuh gemoy, berkulit putih dengan rambut jigrak sedikit tipis, dengan alis mata lebat, mata coklat sedikit sipit, hidung kecil bangir & lesung pipit kecil yang menghiasi kedua pipinya. Karsa lebih idam memanggilnya bocah karena keusilannya di awal-awal yang ternyata berujung hingga kelulusan mereka yang berujung nir saling tatap muka.

Diketahui dari para tolan bahwa ianya merupakan seorang bocah yang cukup memiliki ekonomi yang baik dengan background keluarga yang cukup lumayan terbilang tajir. Anyway gayanya teragak sengklek (gaya seperti orang menyebalkan, namun bisa jadi atau tidak) tapi asik.

Pada dasarnya bocah lelaki tersebut seorang yang cukup pintar plus seorang komedian di kelas. Sebut saja namanya Darsa. Namun Karsa lebih girang memanggilnya Doraemon. Begitu kiranya Karsa memanggilnya karena kejahilannya yang tiada henti-hentinya dari awal sua pandang temu mereka di kelas satu sembilan ujung yang penuh suka & duka.

Ntah apa karsanya di tahun pertama yang seharusnya disambut dengan riang gembira ria tapi malah berakhir dengan petaka bukan malah penuh jenaka.


To be continue part II

Nb : Tan sengaja terdengar lagu Arafiq - Pandangan Pertama pasca bangun dari tidur ba'da mengajar. Hingga penulis terinspirasi membuat prosa di atas



Warm regards,
Intropluv

@asiahaiss