You are viewing a single comment's thread from:
RE: Stunting dan Masa Depan Sosial Media
Jadi, maksud loe orang-orang yang menebar berita negatif atau menebar kebodohan adalah mantan penderita stunting dimasa lalu? Hahaha...
Persekutuan terjadi karena adanya kesamaan mereka dalam menangkap frekuensi informasi yg beredar.. Bisa jadi karena sama-sama dengan frekuensi FM, disaat orang lain udah memakai frekuensi 5G.. Hahaha
Keren juga atuh...
Wakakaka. Kalau merujuk ke statistik, memang begitu adanya, kan? Nah, frekuensi FM ini kan gak terbentuk gitu aja, ada proses yang menyebabkan daya tangkapnya cuma stuck di situ. Stunting salah satunya.
Thank you sudah menyempatkan diri untuk membaca tulisan saya, om @aafadjar.
Meskipun aku tak sepenuhnya setuju dengan celotehan dedek @firyfaiz yang sepertinya ingin mengatakan gizi buruklah adalah penyebab "buramnya" wajah media sosial kita, tetapi dibalik itu, aku suka caramu membangun logika dengan cara mengutip satu fakta yang ada (hubungan IQ dan Gizi Buruk) untuk meyakinkan atas pendapatmu atas fakta dimana banyak orang di indonesia yang "taken for granded" ketika menerima suatu berita dari media-media termasuk media sosial.
Menurutku, banyak orang menjadi "taken for granded" alias menerima berita tanpa mencerna dan mengolah dulu, karena tradisi budaya kita yang kurang memerdekakan "siswa; atau santri" untuk berpendapat berlawanan dgn pendapat umum..
🤣🤣🤣🤣
Bukai hai, om @aafadjar, saya gak menggeneralisir semua yang wadidaw di sosmed itu adalah penyintas stunting, tapi cuma sebagiannya aja. Cuma sengaja saya tulis seakan2 begitu untuk memberikan kesan satire heheh.
Soal kurang memerdekakan siswa, tulll banget tuch. Mungkin itu alasan mengapa logical fallacy masih tumbuh subur di institusi pendidikan kita. Karena kebanyakan orang menganut sesat pikir argumentum ad populum, dimana mereka beranggapan bahwa sesuatu dianggap benar karena banyak yang percaya. Padahal, kepercayaan dan kebenaran itu kan dua hal yang berbeda, bahkan sering mendustakan satu sama lain.
Yee.. Saya gak mengatakan menggeneralisir lho.. Pokoknya Cara loe membuat Satire itu, wokee punya.
Menurutku, logical fallacy bisa terjadi karena sedikit sekali pelajaran logika (mantiq), dialektika dan filsafat di institusi pendidikan. Saya sendiri, selama berproses di institusi pendidikan, merasakan banyak disuguhi dogma, yang benar-salahnya tidak boleh dipertanyakan.
Haha... Kebenaran akan tetap benar meski tidak diyakini.