Pembunuhan yang tidak ingin aku inginkan

in #historylast year

IMG20210419175847_00.jpg

Pada hari itu 29 04 2021, hari dimana hidupku sangat kelam diselimuti ketakutan yang luar biasa, semenjak kejadian itu, tak sedetik pun hatiku terasa tenang dan tentram, tragedi yang sangat sadis, aku membunuh seseorang yang pada dasarnya kejadian itu tak sedikit pun aku inginkan.

Berawal dari suasana hampir lebaran, sudah lumrah dari orang perdesaan pergi ke kota membeli persiapan untuk memeriahkan lebaran yang sudah lama dinantikan. Seminggu sebelum lebaran saya juga pergi kekota beserta rombongan mengendarai sepeda motor kesayangan, keberangkatan yang cukup bahagia ditambah konpoi menuju keramaian kota.
Mengapa tidak melihat pemandangan yang indah dipagi hari menghirup udara yang segar di tambah pula diguyur hujan pada malamnya, sangan indah bukan?.

Kami konpoi sekitar 15 buah sepeda motor karena perjalanan menuju kota sangan rawan terjadi begal, apalagi suasana hampir lebaran. Jarak perjalan yang di tempuh kisaran 2 jam melewati perkebunan karet, sawit dan kopi cukup rawan jika pergi sendirian.

Sampai di kota sekitar jam 08:00, kami pun berpisah karena tidak mungkin lagi bersama sama, teman teman membeli kebutuhan mereka masing masing, saya pun membeli baju, celana dan sebagainya maklumlah orang perdesaan sekali kali kekota.
Setelah sekian lama mondar mandir tidak kenal gerah dan dahaga lantaran sangan heppy sehingga lupa bahwa saat itu sedang menjalankan ibadah puasa, hari itu terasa singgkat lantaran lalai melihat indahnya kota.

Sekitar jam 3 sore hp pun bedering menerima panggilan dari salah satu teman, sebelum mengangkat panggilan, saya sudah mengetahui pasti itu panggilan supaya segera berkumpul kembali lantaran sudah hampir sore dan besiap siap untuk pulang.

Memang hari apes tidak tertulis di kalender, tiba tiba motor saya mendadak mogok, saya pun mencari bengkel untuk segera memperbaikinya, sesampai di bengkel ternyata Honda mengalami rusak yang agak serius, ada beberapa komponen yang harus diganti, dalam keadaan yang tenang saya mengubungi teman teman agar mereka berangkat duluan lantaran motor saya mogok, pada dasarnya mereka mau menunggu saya hampir selesai, tepi saya tidak tega melihat anak kecil pulang kemalaman dan saya rasa tidak apa apa kalo pulang sendiri. Mereka pun pulang duluan dan berpesan agar hati hati kepada saya saat pulang.

Tidak lama setelah menutup telepon dari teman, tiba tiba salah satu dari mereka datang ke bengkel tempat saya memperbaiki Honda untuk memberikan sebilah pisau untuk menjaga diri, saya sangat kaget mengatahui mereka membawa senjata tajam, tanpa berpikir panjang saya mengambil pisau itu, sedikit pun tidak tau menau apa kejadian yang kedepannya.

Setelah 2 jam mengunggu Abang montir akhirnya selesai juga, saya pun berangkat, tidak langsung pulang lantaran hapir buka puasa, saya membeli perbekalan untuk berbuka dulu baru pulang, agar bisa berbuka di perjalanan. Telah selesai semuanya saya pun menarik napas panjang lantaran siap siap pulang menempuh perjalanan 3 jam, hari sudah sore sekitar 1 jam lagi menjelang magrib.

Sesampai di persimpangan jalan raya disitulah awal tragedi di mulai, matahari hampir terbenam ditambah lagi gelapnya perkebunan sawit, tidak ada pilihan lain saya harus memberanikan diri semoga tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Baru sepertiga perjalanan matahari terbenam, saya pun berhenti untuk berbuka puasa sejenak sembari menikmati rasa takut di dalam kegelapan. Setelah merasa lapar dan dahaga sudah hilang, saya langsung melanjutkan perjalanan sembari menikmati sebatang rokok, tidak lama bahkan rokok yang saya hisap baru di buang, saya di hentikan oleh 2 orang yang sama sekali tidak saya kenali.

Berhenti dalam keadaan takut, mereka mengambil kunci motor dan mengancam saya agar memberikan semua yang saya punya, hanya itu yang saya ingat, entah apa kejadian setelahnya, mungkin secara replek saya mengambil pisau dan membunuh mereka, saya tersadar saat semuanya sudah terjadi tangan berlumuran darah 2 mayat berguling tidak berdaya.

Panik dan sangat ketakutan, tidak tau apa yang harus saya lakukan setalah itu, dalam keadaan yang sangat gelisan saya duduk sejenak sembari merokok agar pikiran tenang kembali, sahabat pasti tau apa konsekuensi yang saya lakukan dan bagai mana hukum di negara kita ini, saya sudah menjadi korban dan tersangka pada waktu yang bersamaan.

Tidak ada ide lain selain mengubur 2 mayat itu, dan begitulah akhir cerita, saya menguburkan mayat itu sendirian, sampai saat ini, berita dari pihak polisi pun telah memudar dan saya masih di timpa gelisan yang tiada menentu.

Akhirnya alhamdulilah beberapa bulan lalu saya mendatangi memuka agama mengadu keresahan tragedi yang terjadi beberapa tahun lalu kepadanya dan saya pun menjalani kehidupan seperti biasa sembari menyembunyikan rahasia itu.