Penyimpangan Hutan Lindung
Polemik yang pelik dengan isu lingkungan hidup di berbagai daerah Indonesia tak akan habis temanya untuk di bahas. Dan kali ini saya akan membahas dari sisi perkebunan sawit yang ikut berkontribusi dampak negatif pada lingkungan hidup sekitar.
Kita tau, Sumatera, Kalimantan dan Indonesia bagian lainnya terkenal akan pamornya sebagai penyumbang aneka hasil bumi dari perkebunan sawit. Penghasil ribuan ton CPO (minyak murni sawit yg belum di olah) sangat menggendutkan pundi-pundi rupiah bagi kalayak pengusaha dan dapat menghidupi sebagian besar rakyat Indonesia. Banyak dari mereka sangat bergantung pada hasil sawit ini, karena kondisi topografi tanah mereka yang tak cocok ditumbuhi dengan aneka hasil bumi lainnya.
Sawit ini pun gampang-gampang sulit untuk merawatnya, tetapi jika sudah ahli dan menemukan celah dalam strategi pengolahan perkebunan sawit ini, ribuan rupiah akan terjamin mengalir deras pada tiap ranting pohonnya.
Sawit ini hanya membutuhkan waktu tanam minimal 3 tahun untuk mulai menghasilkan. Pada tahun ketiga, sawit muda ini akan panen hingga 30kg per pohonnya.
Bayangkan saja setiap satu pohon sawit bisa berbuah 30 kg dengan pengali harga jual termurah tiap kilonya Rp. 2000 = Rp. 60.000 dikalikan rata-rata 136 pohon perhektarnya. Hasilnya Rp. 8.160.000.
Dengan asumsi para petani memiliki 3 sampai 5 hektar, berarti bisa mengasilkan 24 juta hingga 40 juta per sekali panen.
Rasanya tidak ada masa paceklik untuk para petani perkebunan sawit yang sangat jauhlah berbeda dengan para petani sawah di jawa. Dompet mereka akan selalu gendut dan basah.
Disisi lain, selaras dengan kondisi dompet pemilik perkebunan yang selalu basah, tanah sawit pun akan selalu meminta konsekuensi pada para pemiliknya. Tanah sawit mereka, sama sekali tak boleh kering. jika tanahnya kering, maka dompet si pemiliknya pun perlahan akan ikut mengering pula.
Oleh karena itu, mereka akan selalu menjaga dengan berbagai cara, agar tanahnya selalu lembab dan basah.
*ket : air berwarna merah karena air gambut
Sekarang mari sama-sama berdiskusi, jika tanah- tanah di perkebunan sawit harus selalu lembab dan basah, dari mana kah sumber air irigasi perkebunan mereka berasal? Dengan notabene lingkungan perkebunan sawit rata-rata kebanyakan berada di daerah kering?
Air untuk sumber iragasi sawit biasanya berasal dari sumber air terdekat yaitu bisa berupa embung, situ, waduk dan tampungan air lainnya.
Hampir sebagian besar sumber air diserap perkebunan sawit untuk pengairan.
*ket: salah satu contoh embung alami
Yang menjadi dilema disini, biasanya sumber air itu merupakan tampungan air yang sangat vital di gunakan harian oleh para warga sekitar. Dengan pengelolaan yang benar seperti pdam, sumber air dari kolom-kolom air tersebut akan di olah menjadi air yang layak.
*ket : unit pengolahan air bersih
Apa yang terjadi jika ternyata para perkebunan sawit di sekitar tampungan air yang berhektar hektar luasnya menyerap air dari tampungan tersebut?
Hal ini pastinya akan menimbulkan masalah, karena akan mengeringkan area lumbung air atau "catchment area" sumber air. Dan pastinya permasalahan kekurangan air bersih perlahan akan muncul di area permukaan.
Salah satu contoh, di daerah Bintan, akibat colapsenya tambang bauksit, sebagian besar penduduk yang telah lama menetap dan membuat kehidupan mapan di Bintan, kebanyakan akan beralih profesi dengan memanfaatkan atau alih fungsi lahan bekas tambang bauksit tersebut menjadi perkebunan sawit sebagai pengganti ladang penghasilan mereka.
Butuh berhektar-hektar lahan yang dibuka demi pundi-pundi yang menguntungkan. Sehingga ada sebagian lokasi bahkan tak tanggung tanggung merambah ke daerah kawasan hutan lindung Bintan. Didalam kawasan hutan lindung itu, terdapatlah tampungan air/waduk yang tiap kolomnya di produksi untuk mensuplay kebutuhan air harian warga Bintan.
*ket: waduk Sei Pulai Bintan
Tanpa disadari akibat perubahan alih fungsi lahan perkebunan sawit di sekitar sumber air, tiap harinya tiap kolom air akan mengalami defisit pengelolaan air. Padahal masing-masing sumber air tersebut sudahlah memiliki akar permasalahan dasar seperti sedimentasi, masalah alga yang subur dan lain sebagainya, sudah banyak permasalahan yang muncul tanpa tambahan permasalahan sawit ini.
Seharusnya di area sempadan tampungan air merupakan area bebas penggunaan lahan tak beralih fungsi menjadi perkebunan sawit, biarkan lah area sempadan tetap menjadi area hutan lindung yang bahkan bisa menambah volume cadangan air.
Rasa acuh tak acuh melakukan ekspansi perkebunan sawit ke area hutan lindung dekat sumber air ini rasanya menjadi prioritas utama bagi sebagian warga sekitar tanpa memperhatikan isu lingkungan hidup yang ada. Seakan akan oknum ini menutup mata tentang fakta yang muncul, menganggap tak ada dampak yang disebabkan jika hal ini terus berlangsung. Semua ini hanyalah demi menggembungkan pundi pundi rupiah mereka. Dengan berbekal backing pejabat pemerintah yang seyogyanya menentang keras kondisi ini, mereka melenggang dengan lancarnya bisnis hingga saat ini. Alhasil pihak lingkungan hidup sendiri seakan tak memiliki power menghadapi isu isu yang terjadi.
Semoga ini menjadi renungan bagi kita untuk selalu berupaya menjaga dan terus belajar berbagai isu permasalahan lingkungan yang ada.
-Salam malam-
Menanam sawit di Indonesia adalah kesalahan besar dan harus ganti rugi atas segala kerusakan lingkungan yang sudah disebabkan oleh sawit.
Postingan yang bermutu
Congratulations @fatimputri31! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of posts published
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!