Puisi #20 : terlihat lebih indah

in #freewriting6 years ago

Alarmku berbunyi sedari tadi menandakan bahwa sekarang sudah jam 05.00 tapi rasanya badanku masih ingin menempel dengan kasur. Sepertinya aku harus mengumpulkan niat untuk membuka mata, alarmku semakin lama semakin kencang suaranya. Dan aku semakin terganggu, oke baiklah aku bangun sekarang.
Supaya tidak terasa ngantuk, aku segera mengambil air wudhu dan menjalankan shalat subuh.
Seusai shalat aku kembali ke meja kerjaku, hari ini dijadwalkan aku harus presentasi ke Rino dan atasannya. Lebih baik aku memperbaiki slide presentasi. Akhirnya aku membuka laptop dan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk presentasi nanti siang. Terdengar bunyi nada dering dari ponsel ku, sepertinya ada orang yang telpon. Buru-buru aku mengangkatnya.
"Hallo sudah bangun?"
"Hallo, sudah. Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mendengar suara mu saja. Apa yang kamu lakukan sekarang?"
"Mempersiapkan presentasi untuk nanti siang"
"Ohh.. apa perlu aku melakukan sesuatu. Mengantarkan sarapan misalnya?"
"Rino aku harap kamu menelpon bukan hanya untuk menggombali diriku"
"Memang bukan santai dulu lah"
"Memang untuk apa, aku gak mau kalau bukan hal penting tentang pekerjaan kita"
"Aku hanya ingin memberikan gambaran padamu tentang atasanku nanti dia bisa dibilang orang yang ketus berbicara"
"Tidak masalah Pak Haidar juga sering berkata ketus"
"Dia tipekal orang yang detail"
"Malah bagus dong aku juga orang yang detail di kantor"
"Emm dia kalau ngomong keras banget loh meskipun tanpa microfont"
"Biarin saja, aku juga tidak takut" ucapku dengan nada yang sedikit sombong. Obrolan dengan Rino sekarang lebih mengasyikkan dibandingkan harus bermain didepan laptop.
"Benarkah? Emmm..." Ucap Rino yang kemudian berdiam sebentar seperti mencoba mengingat sesuatu. "Dan dia suka wanita muda yang belum menikah" ucap Rino dan aku sendiri tidak paham dengan kalimat pernyataan dari Rino.
"Maksudnya gimana?"
"Ya, jika nanti pak Jefri meminta kontak person mu jangan kau berikan. Berjanjilah, aku tidak akan membiarkan tua-tua keladi itu menggoda mu nanti"
"Hih, apaan sih Rino bos sendiri digituin" ucapku yang tidak percaya apa yang dikatakan Rino. Sepertinya apa yang dikatakan barusan adalah sebuah alasan yang lucu untuk mendekati ku.
"Aku serius. Maka dari itu aku menelpon mu sekarang. Jangan perlihatkan kalau kamu seorang wanita muda yang belum menikah. Jaga dirimu baik-baik aku akan menutup teleponnya. Sungguh aku ingin segera menemuimu" ucap Rino aku hanya berdiam diri, tak tahu harus menjawab apa. Rino pun menutup sambungan telepon.
Akupun melanjutkan pekerjaan ku di depan laptop. Dan terdengar lagi suara nada dering dari ponselku, duh apa tadi belum cukup ngobrolnya sih Rino?
"Hallo, ada apa lagi Rino?" Ucapku sedikit ketus.
"Aku Kevin, kak. Tadi Rino menelpon mu ya?"
"Oh kamu, ada apa?"
"Emmm... Hari ini kan hari terakhir aku ujian. Nanti siang makan bareng ya kak"
"Nggak bisa, nanti siang aku harus presentasi"
"Yaudah aku tungguin"
"Udah gak usah. Kamu langsung pulang aja"
"Emang kakak presentasi lama ya?"
"Ya nggak tahu Vin, tergantung dari cliennya juga"
"Emang nanti dimana?"
"Duh, kamu tanya-tanya terus ya. Dah sana siap2 bentar lagi harus berangkat kan?"
"Hmmmm... Yaudah deh" ucapnya dengan nada sedikit kesal. Sikap Kevin terhadap ku semakin hari semakin kekanak-kanakan saja.
Aku menengok jam dinding sekarang sudah jam 06.15, sebaiknya aku segera segera mandi dan bersiap berangkat ke kantor.
Hari ini aku ingin berangkat lebih pagi, aku tidak ingin mengecewakan pak Haidar dengan kinerja ku selama 3 bulan ini. Aku harus membuktikan kepadanya. Setelah selesai mandi aku menuju meja dandan dikamar ku. Sebenarnya aku memiliki beberapa peralatan make up seperti eyeliner, blush-on, eyeshadow, pensil alis dan beberapa make yang sederhana lainnya. Tapi karena rasa malasku untuk dandan cukup besar jadi aku jarang menyentuh alat-alat itu. Aku hanya menggunakan saat acara penting seperti kondangan. Tiba-tiba aku teringat dengan ucapan Kevin kalau aku itu cantik hanya butuh sentuhan make up dan senyuman manis. Kata-kata itu masih terngiang di otakku, rasanya seneng dan kalau aku ingat pasti aku tersenyum sendiri. Ah, sebaiknya aku melihat tutorial makeup di YouTube, siapa tahu ada tutorial yang mudah dan gak terlalu ribet.
Aku sudah melihat beberapa tutorial make up dan akhirnya aku memilih 1 tutorial make up natural milik salah satu vlogger. Sebenarnya aku tidak terlalu mengikuti vlogger yang sering memposting tutorial aku hanya asal milih saja. Sial sepertinya tak semudah yang ku lihat. Aku sudah memutar video itu 10x dan 10 kali juga aku menghapus make up ku.
Oke ini untuk yang terakhir kali, kalau masih jelek aku tidak akan pakai make hari ini. Aku mencoba berhati-hati membuat alisku, aku tidak mau terlihat tebal seperti rokok Sinchan. Jangan sampai seluruh kantor jadi gempar karena dandanan ku yang terlalu menor.
"Cie cie tumben dandan mbak" ucap Tina yang berdiri di samping pintu kamar ku.
"Sejak kapan berdiri disitu?" Ucapku sedikit malu dilihat oleh Tina. Tina lalu melangkah kedalam kamar dan duduk di samping ku.
"Gak lama sih, paling baru 5 menitan. Oh ya mbak kok tumben dandan? Ada orang yang ditaksir di kantor ya?" Ucap Tina menebak-nebak.
"Ohh nggak lah. Di kantorku tuh rata2 bapak-bapak. Dan gak mungkin aku naksir mereka, mau jadi istri kedua emang" ucapku
"Terus ngapain dandan biasanyacuma pakek bedak sama lipstik doang"
"Ya cuma pengen aja, lagian hari ini pertama kalinya aku presentasi di depan clien jadi aku mau kelihatan fresh gak pucat"
"Oh gitu aja? Gak ada yang lain nih?"
"Iyalah, aku harus ngasih kesan pertama yang baik. Oh ya Tin, bikinin alis dong"
"Hehehe, iya deh sini tak bikinin. Makanya latihan dandan mbak, usia udah segitu bikin alis sendiri gak bisa. Masak kalah sama anak SMA sekarang"
"Dandan sama usia gak ada hubungannya, udah buruan"
"Iya deh iya"
image
Sumber gambar :
http://clipart-library.com/cartoon-makeup-cliparts.html

Akhirnya berkat bantuan dari Tina aku bisa dandan sesuai dengan tampilan yang ku inginkan. Hmmm... Sepertinya aku harus memakai pakaian yang cerah juga.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 60 menit akhirnya aku selesai juga. Sepertinya hari ini aku tak perlu berangkat bersama Kevin dengan bus. Aku pakai motor ku saja. Motor yang penuh sejarah yang beberapa hari ini aku anggurin, karena rengekan Kevin.
Sesampainya di kantor aku langsung menuju meja kerjaku. Aku menyapa semua pegawai hari ini, tidak tahu kenapa. Melihat dandanan ku saat ini aku sungguh senang terlihat sederhana tidak menor dan tetap anggun. Pulang kantor kayaknya aku perlu beliin makan Tina nih kalau nanti siang presentasinya sukses.

Sudah siang, lokasi presentasi kali ini. Ada di restoran yang menjadi tempat pertama kali aku dan Rino bertemu. Aku ditemani pak Haidar menyiapkan peralatan dan bahan presentasi nanti. Sebenarnya mbak Nita yang harus menemani ku tapi berhubung dia cuti karena besok menikah, jadi pak Haidar yang menemani ku hari ini.
Sudah hampir 20 menit kami menunggu, tapi Rino dan bosnya Pak Jefri itu tidak segera muncul. Aku dan pak Haidar jadinya mengobrol santai sambil menunggu banyak yang jadi bahan perbincangan kami mulai dari pekerjaan, pernikahan mbak Nita besok bahkan hasil pertandingan Eropa semalam meski aku sendiri tidak paham. Sedang asyiknya ngobrol ternyata dari belakang sudah nampak Rino dan bos-nya datang. Hari ini Rino juga terlihat sangat rapi, dia memakai kemeja polos abu-abu. Dan tentu saja rambut yang klimis.
Setelah dirasa komplit akhirnya presentasi kami mulai, peran pak Haidar hari ini saya sebagai negosiator yang berbicara dibagian akhir. Sedangkan aku harus menjelaskan dari awal hingga akhir dan meyakinkan Pak Jefri ini kalau projek ini akan sukses nantinya.
Kurang lebih 60 menit aku berbicara didepan pak Jefri. Aku tidak tahu hasil dari presentasi dinilai seperti apa? Karena yang terlihat pak Jefri hanya senyum-senyum, dan malah Rino yang sering memberikan tambahan. Kenapa omongan Rino tadi pagi berbohong semua tidak seperti yang dia ceritakan. Ekspresi pak Haidar dan pak Jefri seperti teman akrab. Dan beliau bilang kalau nanti akan segera menghubungi kantor untuk hasil keputusannya bagaimana.
"Aku rasa sudah cukup anda menjelaskan pada saya. Tambahan dari pak Rino tolong dimasukan ke sistem yang akan dibangun nanti ya" ucap pak Jefri dengan ramah.
"Iya pak, pasti nanti akan saya perbaiki"
"Kalau gitu saya pamit dulu ya" ucap pak Jefri yang berpamitan, pak Haidar dan pak Jefri terlihat berjalan bersama. Entah dari tadi obrolan mereka hanya liga Eropa dan meninggalkan dengan Rino. Akupun membereskan peralatan kerjaku. aku tidak mau memulai obrolan dengan Rino. Suasana cukup canggung hingga...
"Apa kau mau makan siang bersama?" Tanya Rino iapun berjalan mendekati ku dan duduk di meja yang sama dengan meja yang ku taruh laptopku diatasnya.
"Bukannya tadi sudah makan?"
"Iya, tadi rasanya aku lapar lagi"
"Tapi aku tidak lapar sama sekali. Lagipula kamu berbohong padaku"
"Berbohong bagaimana?"
"Kamu bilang kalau pak Jefri itu orang g yang ketus berbicara, detail dan suka godain perempuan yang belum nikah"
"Iya memang begitu"
"Tapi tadi dia tidak demikian?"
"Iya ya aneh, mungkin karena kamu terlihat sangat cantik hari ini" ucapnya sambil berbisik di telingaku dan aku hanya diam, pujian Rino membuat ku merasa malu.
"Ayo temani aku makan, aku tidak ingin melihatmu langsung pulang"
"Tapi aku harus kembali ke kantor" ucapku beralasan
"Aku akan meminta izin pak Haidar. Dan pasti dia akan mengizinkan"
"Tapi.."
"Hanya 30 menit aku berjanji"
Akupun tidak bisa beralasan lagi, sudah sejak lama bahkan dari kami pacaran hingga sekarang aku selalu sulit untuk menolak permintaan Rino. Mau tidak mau aku menemani dia makan siang. Apakah ini tanda kalau aku dan dia akan kembali bersama lagi?