Puisi #17 : Sisi Lain

in #freewriting6 years ago (edited)

Aku meletakan badanku di kasur tersayang, jantungku berdebar cukup cepat. Ahh... Apa yang terjadi apa aku kembali menaruh rasa terhadap Rino. Padahal saat pertemuan pertama kami aku sudah berniat untuk tidak jatuh cinta lagi padanya. Tapi hari ini benar-benar terasa beda aku merasa kami masih dibuai cinta sama seperti SMA dulu. Aku masih membayangkan obrolan tadi siang.

Terdengar suara dering dari ponselku, sepertinya ada sebuah pesan masuk. Dan ternyata itu dari kevin.

Kak, sudah pulang? Boleh aku main ke kostan?
Kevin

Sebenarnya aku sedang tidak ingin menerima tamu, tapi aku merasa tidak enak karena menolak pulang bersama dengan mereka. Akupun menjawab iya dan memintanya langsung datang ke kostan, aku tidak ingin dia bertamu semakin larut. Mungkin aku bisa menerimanya hanya 20 atau 30 menit saja.
Tak lama terdengar suara ketukan pintur dan teriakan yang memanggil namaku. Aku sudah hafal sepertinya itu Kevin. Tanpa sempat mengganti bajuku langsung saja aku menemui dia. Paling yang dia katakan "kak pinjem ini dong" atau "kak mau makan bareng gak?" atau alasan terbarunya "kak ada pertanyaan susah ajarin dong! Aku belajar di sini ya?!" Begitulah si Kevin ini, apalagi sekarang dia Ujian Nasional pasti lagi giat-giatnya belajar.
"Kak Amara" teriaknya didepan pintu kostan.
"Iya bentar" ucapku santai sambil menuju pintu untuk membukanya dan kemudian ku tanyakan apa maksud kedatangannya.
"Ada apa?" tanyaku
"Nggak papa, cuma mau ngecek aja kakak udah pulang atau belum?"
"Kalau cuma itu ya aku bisa bales lewat shat aja, gak perlu datang ke sini"
"Tapi aku khawatir, tadi siapa yang nganterin kakak?"
"Bukan siapa-siapa kok kepo sama kehidupan pribadi orang sih"
"Ya kan aku cuma tanya kak, kira-kira siapa kak? Clien yang kakak temui tadi sore?"
"Nah kan mulai menyebalkan. Dah kalau gak ada pembahasan lagi lebih baik kamu pulang aja. Belajar sana seminggu lagi kamu kan Ujian Nasional"
"Tapi kak..."
"Tapi apa lagi?? Udah sana belajar. Jangan temui aku sampai selesai ujiannya"

Ucapku tanpa mendengar perkataannya lagi aku langsung kembali ke kamarku dan sepertinya Kevin juga langsung pergi dari kostanku. Aku kembali tidur, lagi pula kenapa dia menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi. Hari ini aku capek sekali lebih baik segera mandi dan istirahat tidur.

Di sisi lain...

Sumber gambar : http://daphoow.blogspot.com/2013/07/tentang-sebuah-krinduan.html?m=1

Seorang pria kembali ke dalam kamarnya dia dan duduk dikasur tempat tinggalnya sekarang. Baru 2 hari ini dia menempati sebuah rumah yang sudah dibelinya satu bulan yang lalu, ya karena dia bosan dengan suasanan kost-kostan dia putuskan dari hasil jerih payahnya 3 tahun ini dia berhasil membeli rumah yang terletak di semarang bagian atas.
Pria itu mengambil sebuah kotak yang berisikan kertas-kertas lusuh yang mungkin sudah lama sekali tulisan itu berada diatas kertas tersebut.
Dibalik semua kertas lusuh itu ternyata ada sebuah foto, dari fotonya terlihat sangat kusam dan lama sekali. Foto yang menggambarkan kegembiraan dua pasangan yang masih memakai baju putih abu-abu.


Sumber gambar :
http://majalahouch.com/pacaran-satu-sekolah-ini-kata-anak-sman-34-jakarta/

Itu adalah foto pertama yang mereka ambil waktu first Anniversary, dengan background lapangan hijau yang begitu luas. Sepertinya foti dan kotak rahasia tersebut selalu disimpannya aman.
Lalu dibacalah puisi yang ada di kotak itu satu-satu, sebenarnya ada sekitar 20 lembar kertas dikotak itu. Tapi baginya hanya 3 kertas yang teramat berharga, karena memiliki momentnya sendiri.
Puisi pertama yang selalu membuatnya tersenyum adalah puisi dengan judul "Hari pertama".

-Hari pertama-

Dulu, ketika pertama kali aku melihatmu
Kamu tampak sangat lucu
Dengan gerai rambut panjangmu
Yang membayangi matahari
Rasanya ingin sekali berteduh disana
Terkadang aku mendengar tawamu
Terkesan sedikit cempreng memang
Tapi kau tahu?
Aku semakin ingin berkenalan denganmu
Tapi apa dayaku?
Aku hanya orang yang melihatmu dari kejauhan

Itu adalah puisi pertama yang dia buat ketika melihat seseorang yang ada didalam foto itu. Ketika membaca puisi ini rasanya selalu ingat wajah lugunya tanpa sebuah lipstik dan bedak yang sangat tipis.

Kemudian dia beranjak ke puisi kedua, puisi ini mungkin terkesan puisi sedih. Moment yang dirasakan hanyalah kepedihan dan kekecewaan. Judulnya " mengecewakanmu" memang terdengar berlebihan tapi pengarang puisi ini berusaha membuatnya menjadi sederhana.

-Mengecewakanmu-
Maaf dan Maaf.
Entah berapa kali aku mengucapnya
Kau memang tak bisa menerima itu
Kesalahanku terlalu besar untuk hati kecilmu yang lembut
Inilah pertama kalinya
Aku tak melihat senyum bahagia yang kau punya
Inilah pertama kalinya aku terlihat begitu mengecewakan

Ya, puisi kedua ini jauh lebih dalam yang menggambarkan penyesalan si pria terhadap apa yang dia lakukan. Tapi kesedihan itu tidak berlarut, ini adalah puisi yang terakhir yang dia tulis setelah hampir 3 tahun ini dia tak pernah menulis lagi.

-Amara gadis yang hilang dan Rino pria yang merindunya-

Judul yang cukup panjang jika dibandingkan tulisannya.
Ini bukan soal puisi belaka
Tapi ini tentang isi hati yang tak bisa ku katakan
Dia gadis yang teramat ku cinta
Dan aku hanyalah pria biasa yang merindukannya.
Kamu adalah matahari di pagiku
Dan aku hanyalah serigala yang mengaung karena rindu
Tapi mereka tak bisa bertemu
Terlalu besar ketakutanku untuk menemuimu
Aku mencoba membuat ini sederhana
Tapi yang kurasakan hanyalah kerinduan yang membulat.
Aku begitu merindukanmu, hingga akhrinya aku kehabisan cara agara kita dapat bertemu?
Hanya satu cara yang ada, yaitu menunggu.

Ya pria ini mulai tersenyum, rasanya tak percaya dengan puisi yang terakhir dia baca. Penantiannya telah berhenti. Dia memang sangat berjiwa melankolis, semua yang dia rasakan selalu tertuang dalam tulisan. Sama seperti saat ini. Rasanya jiwa mengarangnya telah kembali lagi, setelah lama dia tak merasakan apa-apa.

Lamunan Pria ini tiba-tiba buyar karena terdengar suara dering ponselnya, ada sebuah pesan masuk. Buru-buru dia membuka isi pesan tersebut.

Besok meeting jam berapa?
Amara

Senyum sumringah terpancar rasanya kerinduan yang semakin lama semakin besar telah mengecil dengan sendirinya. Inilah arti sebuah penantian.