Adam Kokesh: "I am a domestic terrorist for freedom!"
Saya masih tertarik mengamati @adamkokesh. Salah satunya mencermati pandangan yang disampaikannya pada post berjudul "Domestic Terrorist." Saya tertarik ketika Adam Korkesh di akhir postnya berkata: "I am a domestic terrorist for freedom!”
Sebagai Steemian yang tinggal di Aceh, saya cukup akrab dengan istilah teroris. Dahulu, lebel teroris pernah disematkan kepada Gerakan Aceh Merdeka (GAM) atau Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). Saya masih ingat ketika Susilo Bambang Yudhoyono, saat itu sebagai Menteri Politik dan Keamanan, Kamis 4 Juli 2002, menyatakan GAM sebagai teroris. Saat itu, SBY bahkan mengatakan sudah memberitahu kepada dunia tentang GAM sebagai gerakan dengan aksi-aksi teror.
Berbeda dengan Adam Kokesh, kala itu pihak GAM/ASNLF justru menghindari lebel dan stigma teroris terhadap perjuangan pembebasan (merdeka) yang mereka lakukan sejak 1976. Untuk itu, pihak GAM bahkan menghindar mensandarkan perjuangannya pada ideologi - keagamaan. GAM dalam kampanyenya lebih banyak mendasarkan pada ideologi nasionalisme Aceh lewat logika atau argumen sejarah.
Baca juga tentang Adam Kokesh di link ini:
https://steemit.com/steemfreedom/@rismanrachman/adam-kokesh-hard-road-towards-freedom
https://steemit.com/freedom/@rismanrachman/freedom
Sebenarnya, aksi-aksi protes yang dilakukan oleh Adam Kokesh yang disebut sebagai aksi teroris domestik juga tidak disetujui oleh beberapa kalangan di Amerika. Dalam sebuah pertanyaan yang dimuat di Quora: "Do you think Adam Kokesh has the tendencies of a domestic terrorit” para pemberi komentar tidak setuju melihat aksi aktivisme Adam Kokesh sebagai aksi teroris domestik. Meski mereka tidak setuju dengan pandangan Adam Kokesh yang dinilai radikal, mereka tidak melihat Adam Kokesh sebagai seorang teroris lokal/domestik.
Jadi, menurut saya Adam Charles Kokesh cukup berani. Penulis buku Freedom ini justru mengakui dirinya sebagai teroris domestik yang hadir untuk memberi ketakukan kepada penyelenggara negara yang menurutnya telah menggunakan kekuasannya untuk menginjak-injak hak rakyat. Dahsyatnya, untuk keberaniannya ini, Adam Kokesh bersandar pada apa yang disebutnya pernyataan Thomas Jefferson, pendiri Amerika Serikat: “The strongest reason for the people to retain the right to keep and bear arms is, as a last resort, to protect themselves against tyranny in government.”
Saya kira, keberanian Adam Kokesh mengakui dirinya sebagai teroris domestik untuk perjuangan kebebasan patut untuk diancungi jempol, khususnya bagi mereka yang percaya bahwa gerakan protes masih sangat diperlukan untuk membuat pemerintah meninggalkan kekerasan terhadap rakyatnya.
Saya sendiri memandang cryptocurrency sebagai gerakan protest ala Aikido untuk membuat pemerintah mengakhiri praktek kekerasan dan kecurangan melalui upaya sipil "melumpuhkan" mesin cetak uang negara. Jika mesin cetak uang masih dikuasai secara tunggal maka mesin-mesin kekerasan dan kecurangan legal masih sangat mungkin untuk membuat rakyatnya bertekuk lutut dihadapan penguasa otoriter dan curang. Bagaimana dengan teman-teman, apakah Anda punya pandangan ekslusif tentang Adam Kokesh?! Bagaimana jika sosok seperti Adam Kokesh ada di Indonesia, apakah Anda akan mendukungnya menjadi Presiden?
Adam Charles Kokesh adalah aktivis libertarian yang lahir 1 Februari 1982 di San Francisco, California. Hanya dalam usia 25 tahun, Adam sudah menjadi aktivis dengan aksi protes terhadap Perang Irak pada April 2007 dan pada Juni 2007 sudah ditangkap pada aksi anti-perang. Sejak itu, aksi Adam Kokesh terus berlanjut dengan aksi lainnya hingga 2017.
Menurut Revolvy, Adam telah mengerjakan buku Freedom sejak 2013 ketika ia berada di penjara. Berikut kutipan filosofi dari bukunya, masih menurut sumber Revolvy:
You, as a free, beautiful, independent human being with inalienable rights, own yourself! You can do what you want with your own body and the product of your labor. All human interactions should be free of force and coercion, and we are free to exercise our rights, limited only by respect for the rights of others. Governments rely on force, and force is a poor substitute for persuasion. When you learned "don’t hit," "don’t steal," and "don’t kill," it wasn’t, "unless you work for the government." Governments frighten us into thinking we need them, but we are moving past the statist paradigm and rendering them obsolete. Source
Jika Steemian Indonesia tertarik dengan buku Freedom Anda dapat mengaksesnya The Freedom Online. Jika Anda ingin mendukungnya sebagai presiden Amerika Serikat dapat mengetahui lebih lanjut di Kokesh for President.
@rismanrachman, saya sangat tertarik pas membaca postingannya.
Pengen baca lebih lanjut kayak nya.
Perjuangan @adamkokesh masih berlanjut. Setiap hari dia memperjuangkan kata #freedom. Adinda kadang malu kalau membaca postingannya. Betapa dia serius dalam perjuangan untuk perubahan.
sejarah yang begitu luar biasa
Informasi yang wah, terimakasih.
Salam @mpugondrong
Wahh.. Ini keren banget bukunya, saya hanya membaca resensinya.. Tpi skrg spertinya telah memotivasi saya untuk mendalaminya..