7 Fakta Tentang Jengkol, Makanan Fenomenal yang Dibenci Tapi Dicinta
Alasan unik jengkol mampu menempati posisi istimewa di hati banyak orang adalah ciri khas aromanya yang menyengat. Selain itu, jengkol juga memiliki dampak baik bagi jantung dan kesehatan tulang.
Jengkol. Tanaman yang sejatinya termasuk dalam bangsa polong-polongan ini juga memiliki sejumlah hal menarik untuk diketahui.
Yuk, kita bahas sejenak.!!
1. Nama latin dari Jengkol yaitu: Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum.
Jengkol merupakan tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk makanan yang digemari di daerah lain seperti Thailand, Malaysia. Di Indonesia sendiri terutama di wilayah Aceh dan juga Jawa Barat yang lebih dari 100 ton jengkol dikonsumsi setiap bulannya.
2. Asam amino dan sulfur menjadi "pengacau" dari aroma jengkol yang menusuk hidung.
Bau yang ditimbulkan dari jengkol itu sebenarnya cukup mengganggu, terutama bagi orang lain yang tidak ikut makan. Kalau yang makan, meskipun bau, setidak-tidaknya sudah menikmati kelezatan jengkol. Tetapi bagi orang lain yang tidak ikut merasakan, tetapi cuma kebagian baunya, akan merasa sangat terganggu. Apalagi dengan air seni yang dikeluarkannya. Jika pemakan jengkol ini buang air di WC dan kurang sempurna membilasnya, maka WC akan bau tidak enak dan mengganggu ketenangan orang lain.
3. Di samping aromanya yang fenomenal, jengkol ternyata kaya akan gizi dan protein.
Jengkol, ternyata terkandung manfaat yang berguna bagi kesehatan. Menurut berbagai penelitian menunjukkan bahwa jengkol juga kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, Vitamin C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.
Selain itu, Jengkol merupakan sumber protein yang baik, yaitu kadar proteinnya jauh melebihi tempe yang selama ini dikenal sebagai sumber protein nabati. Kebutuhan protein setiap individu tentu saja berbeda-beda. Selain untuk membantu pertumbuhan dan pemeliharaan, protein juga berfungsi membangun enzim, hormon, dan imunitas tubuh. Karena itu, protein sering disebut zat pembangun.
4. Dalam 100 gram jengkol, terkandung 80 mg vitamin C.
Artinya untuk vitamin C terdapat kandungan 80 mg pada 100 gram biji jengkol, sedangkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan per hari adalah 75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa.
5. Selain banyak mengandung vitamin C, Jengkol juga kaya akan zat besi.
Untuk zat besi, Jengkol mengandung 4,7 gram per 100 gram jengkol. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Gejala-gejala orang yang mengalami anemia defisiensi zat besi adalah kelelahan, lemah, pucat dan kurang bergairah, sakit kepala dan mudah marah, tidak mampu berkonsentrasi, serta rentan terhadap infeksi. Maka, bagi penderita anemia kronis itu bagus jika banyak mengkonsumsi jengkol.
6. Jengkol berkhasiat memperkuat tulang dan gigi. Ini akibat kandungan fosfornya yang cukup tinggi.
Jengkol juga sangat baik bagi kesehatan tulang karena tinggi kandungan kalsium, yaitu 140 mg/ 100 g. Peran kalsium pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu membantu pembentukan tulang dan gigi, serta mengatur proses biologis dalam tubuh.
Keperluan kalsium terbesar adalah pada saat masa pertumbuhan, tetapi pada masa dewasa konsumsi yang cukup sangat dianjurkan untuk memelihara kesehatan tulang. Konsumsi kalsium yang dianjurkan pada orang dewasa adalah 800 mg per hari.
Kandungan fosfor pada jengkol (166,7 mg/100 g) juga sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi. Dengan demikian, sesungguhnya banyak manfaat yang diperoleh dari mengonsumsi jengkol dan ini hanya masukan saja, bukan doktor yang mengharuskan Anda untuk percaya dan mengikuti agar mengkonsumsi jengkol, tapi hanya sekedar Anda tahu bahwa ada khasiat dibalik sayuran polong berbau ini.
7. Disamping enak dan lezat, jengkol juga dapat mengakibatkan.
Saat dicerna, jengkol akan menyisakan zat yang disebut asam jengkolat (jencolid acid) yang dibuang ke ginjal. Di sinilah efek yang sering ditakuti oleh orang-orang, yaitu jengkoleun atau jengkolan.
Jengkolan terjadi saat asam jengkolat yang memang sulit larut dalam air akhirnya mengendap dalam ginjal, membentuk kristal padat hingga bisa berakibat sulit membuang air kecil (kencing). Jika pH darah kita netral, asam jengkolat aman-aman saja, tapi jika cenderung asam (pH kurang dari 7) asam jengkolat membentuk kristal tak larut.
Risiko terkena jengkolan ini tidak tergantung pada banyaknya jengkol yang dikonsumsi, tetapi bergantung pada kerentanan tubuh seseorang. Orang yang rentan mengonsumsi sedikit jengkol saja dapat menyebabkan terjadinya jengkolan. Apa yang memengaruhi kerentanan seseorang terhadap asam jengkolat belum jelas, tapi diduga akibat faktor genetik dan lingkungan.
Dear steemer,
nice post and I followed you :) Please follow me :)
yes, I have to follow back. do not vote also yeah??