Tiga Bidadari Dalam Pelukan Krueng Aceh
Awal bulan November saya mengajak anak-anak untuk sejenak bermain di ruang terbuka. Setelah beberapa saat yang lalu saya mengantar ummi mereka ke sebuah tempat perbelanjaan. Kalian pasti tau bagaimana asiknya seorang wanita berbelanja, banyak suami yang setia menemani istrinya berbelanja berjam-jam lamanya. Ada sebagian dari mereka setia menunggu di etalase toko, sambil memainkan gadget mereka. Bermain game, buka tutup beberapa aplikasi medsos.
Untuk hari itu, setelah menurunkan istri saya di jalan Diponegoro, saya berembug dengan anak-anak. Yang satu mau makan ice-cream, yang satu mau ke funlane, sementara yang satu lagi ikut saja kemana yang Abi bawa. Saya menawarkan beberapa pilihan. Sambil kendaraan kami terus menyusuri, setiba di jalan dekat bantaran krueng Aceh, saya menawarkan anak-anak untuk bermain di taman itu.
Semua perbedaan tadi menjadi satu kata. "Sepakat", tapi ada kata "tapi"nya. Tapi beli ice-cream terlebih dahulu baru kita kembali lagi kesini. Ke taman tepi kali sering kami menyebutnya. Akhirnya saya penuhi permintaan mereka, kami putar kendaraan mencari ice-cream, setelah itu kami kembali lagi ke tempat yang sudah kami sepakati.
Setibanya kami ke taman tepi kali, anak-anak sudah tidak sabaran untuk segera turun dari mobil. Saya parkirkan kendaraan di tepi jalan depan Poltabes Banda Aceh. Lalu kami bergegas turun, anak-anak langsung berhamburan ke taman ingin berlari-lari dan yang paling penting makan ice-cream di taman tepi kali.
Setelah menyusuri taman dari ujung ke ujung. Tidak ada lagi tempat duduk yang kosong. Akhirnya tiga bidadari itu kompak memilih dermaga mini untuk menikmati ice-cream dan berbagi cerita. Entah apa yang mereka bahas, saya hanya memantau mereka tidak jauh dari tempat mereka duduk. Mereka seakan sedang dalam pelukan Krueng Aceh. Mereka begitu menikmati. Abi di sungai ini ada buaya? Tanya salah satu bidadari. Abi tidak pernah dengar kalau di sungai ini ada atau tidak adanya buaya. Begitu jawabku. Tapi kita tetap harus berhati-hati sambungku.
Sejenak kemudian mereka larut dalam cerita mereka bertiga, dan sudah lebih 30 menit mereka duduk di dermaga mini itu, sambil sesekali mereka jalan mengelilingi beberapa tanaman yang ada. Lalu kembali lagi ke dermaga mini itu. Sampai akhirnya hp saya berdering. Pertanda sang nyonya sudah siap untuk dijemput. Dan kamipun meninggalkan taman tepi kali, menuju ke tempat dimana pertama kami menurunkan ummi mereka.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq