Hidup di ruang bekas sekolah
Bagaimana rasanya menjalani hidup di dalam ruangan bekas sekolah?
Bayangkan hidup berhimpitan satu ruangan dengan 3 keluarga, berisi hingga belasan jiwa. Lansia, orang tua, hingga anak-anak tinggal bersama satu atap dalam bekas ruang kelas. Bukan sehari dua hari, bukan pula menginap indah untuk perkemahan Sabtu-Minggu. Ini kisah duka saudara sebangsa di lereng Gunung Sinabung, mereka hidup 5 tahun lamanya berpindah pindah, dari tenda pengungsian hingga ke tempat-tempat sementara lainnya.
Mungkin bila dicatat, sejak letusan besar pertama pada September 2013 lalu, sudah puluhan sampai ratusan kali episode letusan Sinabung. Setiap hari, setiap minggu terus berulang. Sinabung tidak lagi memberi tanda, letupan awan panas dan abu vulkanik itu keluar begitu saja dari mulut kawah.
Ribuan warga dari desa di lingkaran zona merah terpaksa diungsikan. Bukan diungsikan untuk sementara waktu, lantaran tak ada pilihan sama sekali untuk kembali ke rumah asal. Sebagian telah dipindahkan ke hunian sementara, sebagian lainnya, masih menanti janji yang entah kapan akan terjadi.
Ramadhan akan tiba dalam hitungan hari ke depan, akankah kita biarkan saudara sebangsa meratapi nasib hidup di tengah erupsi. Ini saatnya isi penuh periuk dapur mereka dengan sajian terbaik kita. Jangan biarkan mereka terlunta tanpa pangan sahur dan berbuka.
This post has received a 0.40 % upvote from @booster thanks to: @nova007.
Amazing post! I love it. Hey UPVOTE my post: https://steemit.com/life/@cryptopaparazzi/chapter-one-let-there-be-the-man-and-there-was-a-man-let-there-be-a-woman-and-there-was-sex and FOLLOW ME and I ll do the same :)
Amazing post! I love it. Hey UPVOTE my post: https://steemit.com/life/@cryptopaparazzi/chapter-one-let-there-be-the-man-and-there-was-a-man-let-there-be-a-woman-and-there-was-sex and FOLLOW ME and I ll do the same :)