First Islamic Empire in Southeast Asia Part II / Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara Part II
The less conducive situation during the local internal conflict and also the Peureulak-Sriwijaya war caused some of the preachers in Peureulak to move to other areas in Aceh to other coastal areas such as Jeumpa and Samudera Pasai as well as inland Aceh such as Pasai, Beunua, Isak and Negeri Lingga (Central Aceh now), Negeri Serbajadi and Negeri Peunaron (Tamiang and Lokop areas now). Sultan of Lingga I Kingdom is Meurah Lingga (aka Adi Gebali or Tgk Kawe Teupat) son of Meurah Tanjong, sibling of Sultan Peureulak Makhdum Johan. Son Meurah Lingga named Meurah Johan studied to Pasai under the guidance of Sheikh Abdullah Kanan or Shi'ite Hudan who then came to Bandar Aceh and settled in Sibreh.
The Peureulak Islamic Kingdom built the Cot Kala University as a religious education center in the 3rd century H (circa 1000) and Malik Muhammad Amin was known as the sheikh there before then even became sultan. This institution is in addition to being the first Southeast Asian Islamic Education Center and also the Malay Language Development Center. More and more scholars came from the Middle East such as Sheikh Abdullah Arief from Mecca. While the Peuleulak clerics are also many who preach to the surrounding areas, such as Meurah Khair who preaches to Pasai.
The most important event in the time of Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II was politically influenced by the expansion of Islamic da'wah area, marked by the marriage of his daughter with the king of another country namely Raja Malaka and Raja Samudera Pasai Sultan Malikul Saleh. The marriage has a great significance in terms of expansion of territory, the unification of the kingdom, and the development of Islamic da'wah. After the next sultan of the Peureulak, Sultan Malik Abdulaziz died, Peureulak was incorporated into the Islamic empire of Pasai Samudra and his status was reduced to a state only. At the time of the merger that became king of the kingdom of Pasai Ocean is the Sultan Muhammad Malikul Dhahir who is the son of Sultan Malikul Saleh and Puteri Gangga Sari.
(Indonesian Version - Versi Indonesia)
Situasi yang kurang kondusif selama terjadi konflik internal lokal dan juga peperangan Peureulak-Sriwijaya ini menyebabkan sebagian para mubaligh di Peureulak pindah ke wilayah lain di Aceh baik ke daerah pesisir lain seperti Jeumpa dan Samudera Pasai maupun pedalaman Aceh seperti Pasai, Beunua, Negeri Isak dan Negeri Lingga (Aceh Tengah sekarang), Negeri Serbajadi dan Negeri Peunaron ( daerah Tamiang dan Lokop sekarang). Sultan Kerajaan Lingga I adalah Meurah Lingga (alias Adi Gebali atau Tgk. Kawe Teupat) putra Meurah Tanjong, saudara kandung Sultan Peureulak Makhdum Johan. Anak Meurah Lingga bernama Meurah Johan belajar ke Pasai dibawah bimbingan Syekh Abdullah Kanan atau Syiah Hudan yang kemudian datang ke Bandar Aceh dan menetap di Sibreh.
Kerajaan Islam Peureulak membangun Universitas Cot Kala sebagai pusat pendidikan agama pada abad ke 3 H (sekitar tahun 1000) dan Malik Muhammad Amin dikenal sebagai syekh di sana sebelum kemudian bahkan menjadi sultan. Lembaga ini selain menjadi Pusat pendidikan Islam pertama Asia Tenggara dan juga menjadi Pusat Pengembangan Bahasa Melayu. Semakin banyak ulama yang datang dari Timur Tengah seperti syekh Abdullah Arief dari Mekkah. Sedangkan ulama-ulama Peureulak juga banyak yang berdakwah ke wilayah sekitar, seperti Meurah Khair yang berdakwah ke Pasai.
Peristiwa terpenting pada masa Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II ditinjauh dari segi politik adalah perluasan daerah dakwah islam, yang ditandai dengan perkawinan putrinya dengan raja negeri lain yaitu Raja Malaka dan Raja Samudera Pasai Sultan Malikul Saleh. Perkawinan tersebut mempunyai arti yang besar dari sisi perluasan wilayah, penyatuan kerajaan, dan pengembangan dakwah Islam. Setelah sultan Peureulak berikutnya yaitu Sultan Malik Abdulaziz wafat, Peureulak digabungkan ke dalam kerajaan islam Samudra Pasai dan statusnya turun menjadi sebuah negeri bagian saja. Pada waktu penggabungan itu yang menjadi raja dari kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Muhammad Malikul Dhahir yang merupakan putra Sultan Malikul Saleh dan Puteri Gangga Sari.
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by mures from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.