Pengenalan Diri, Mengawali Proses Belajar.
Selamat malam sahabat steemian sekalian.
Satu pekan sudah proses belajar dan mengajar berlangsung, setelah sekian lama libur panjang perayaan lebaran dan libur kenaikan kelas. Seperti biasa, setiap tahunnya selalu ada yang namanya siswa baru, sebagai peserta didik untuk kelas satu.
Sebagaimana biasanya, peserta didik yang baru, saat saat memulai kegiatan belajar dan mengajar selalu di hadapkan dengan kegiatan Ospek, yaitu sebuah kegiatan sebagai pengenalan sesama siswa pemula, juga dengan kakak kelasnya. Serta jalinan silaturahmi dengan semua guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Tinjauan Teoritis*
**
Ospek singkatan dari orientasi pengenalan kampus, biasanya kegiatan tersebut adanya pada lembaga perkuliahan. Tapi sekarang kegiatan tersebut ada untuk tingkat SMA sederajat. Sayapun tak mendapatkan referensi yang jelas kapan kegiatan tersebut ada yang demikian bentuknya. Karena seingat di awal tahun 90 an, tak ada yang seperti itu, biasanya hanya pertemuan di ruangan berkisar dua sampai tiga hari. Tetapi saat ini ada baris berbaris, latihan kecil di luar ruangan yang di pandu oleh kakak kelasnya. Dalam hal ini kegiatan tersebut dapat kita tinjau dalam dua sudut yang berbeda antara lain :
**
Positif
Dilihat dari sisi positif kegiatan tersebut sangat bermanfaat, hal tersebut dilihat dari masih barunya para peserta didik, sehingga sesama mareka belum saling mengenal satu sama lainnya. Sehingga moment tersebut memberi kesempatan untuk saling mengenal, sehingga pada saat berlangsung proses pembelajaran, mareka sudah tak asing lagi dengan semua perangkat yang ada di tempat tersebut.
**
- Dampak Negatif
Kegiatan Ospek selama yang dilaksanakan lebih menjurus kepada hal hal kegiatan luar ruangan, kegiatan fisik, seperti baris berbaris, dan lainnya. Yang di koordinir oleh kakak kelas. Biasanya dalam kegiatan tersebut adanya kekerasan yang di lakukan oleh para pelatih. Akibatnya banyak yang menaruh demdam, yang dapat menimbulkan perkelahian atau lainnya. Secara# kasat mata hal tersebut tak terbantahkan, dan terus terjadi setiap tahun. Moment tersebut selalu menjadi ajang untuk membalas bagi para senior terhadap juniornya.
**
Kesimpulan
Berdasarkan realita yang ada, alangkah baiknya bila kegiatan tersebut di evaluasi keberadaannya untuk tingkat SMA Sederajat, apalagi situasinya seperti yang digambarkan di atas, sangat tidak layak penerapan, serta mencarikan satu solusi bagaimana1 caranya proses pengenalan yang baik, lembut, dan segala kegiatan di lakukan oleh atau dalam pengawasan guru.