RESIDUAL INCOME DAN EVA RESIDUAL INCOME

in #ekonomic7 years ago

3.jpg

Pada awal tahun 1960-an, david solomons, profesor akuntansi pada wharton school, menjabarkan suatu monograf yang berjudul divisional performance: measurement and control, suatu kelaziman penggunaan konsep return on investment di 50 perusahaan besar amerika. Ia menyatakan:

“ though almost all the companies participating in this study make some use of the concept of return on investment, the nature and extent of its use are by no means uniform. In this respect, these companies are probably typical of the rest of america industry. At one end of the spectrum are the firms which use the rate of return concept least. For these organization, profit as a percentage of sales still plays the largest role in the apparatus control. Then there are those companies which use the rate of return primarily as a measure of corporate success and publish the corporate earnings rate for the information of the stockholders. Finally there are some companies which have placed the rate of return right in the center of their thinking about both planning and control, and never make a decision (or judge a past decision or the achievement of a past period) without relating earnings to the capital investment needed to generate them.

1.jpg

Pada saat yang sama perhatian orang dihabiskan untuk mendiskusikan bagaimana cara yang tepat untuk menghitung return on investment, dengan menggunakan angka-angka akuntansi, yang mencakup keadaan ekonomi mendasar yang sebagaimana yang dimaksud analisis discounted cash flow fisher (goetzmann dan gartska, 1999).

Solomons mengakui bahwa tingkat kembalian mengabaikan skala operasi dan berfokus pada kembalian itu sendiri. Sebagai ukuran kinerja ex post, tingkat kembalian cukup baik, namun sebagai insentif manajerial untuk pengambilan keputusan yang tepat, tingkat kembalian tidak dapat secara tepat mengarah pada investasi semua proyek yang memiliki npv yang positif. Solomons kemudian mengusulkan, untuk semua perusahaan, laba residual (residual income) adalah ukuran yang tepat untuk perilaku maksimalisasi para manajer dan untuk mengevaluasi kinerja. Laba residual di sini adalah laba akuntansi dikurangi dengan beban penggunaan modal ekuitas.

2.jpg

Pertanyaan yang muncul tentang laba residual adalah angka akuntansi mana yang akan digunakan untuk menaksir tingkat kenaikan investasi. Laporan akuntansi gagal melaporkan semua investasi yang ada di sisi aktiva sebuah neraca (misalnya biaya iklan atau riset dan pengembangan). Laporan akuntansi juga tidak selalu menilai investasi yang dicatat dengan menggunakan nilai rupiah. Ini merupakan bias harga pokok historis akuntansi akrual. Lebih jauh lagi, jika laba residual digunakan sebagai ukuran evaluasi kinerja, maka dibutuhkan suatu penaksiran harga pokok modal yang tepat.

5.jpg

Dengan demikian, walaupun beberapa konsep utama pengukuran kinerja saat ini berasal dari tahun 1920-an, banyak perdebatan tentang evaluasi kinerja perusahaan berpusat pada masalah paling praktikal yang ditemukan oleh solomons di tahun 1960-an, yaitu bagaimana caranya menghasilkan angka akuntansi yang tepat untuk dimasukkan ke dalam model ekonomi yang tepat secara ekonomis (g & g, 1999). Solomons mengidentifikasikan beberapa masalah pengukuran yang lebih lazim saat ini dibandingkan dengan 40 tahun yang lalu. Masalah yang paling serius menurut solomons dalam penghitungan tingkat kembalian adalah sebagian besar penghitungan modal yang ditanamkan atau investasi dibatasi hanya pada investasi yang berwujud saja. Contohnya adalah pengeluaran awal yang terjadi pada saat pendirian perusahaan. Contoh lain, uang yang dibelanjakan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan pelanggan, pemasok, dan pegawai tidak dimasukkan ke dalam penghitungan investasi, hanya dibebankan sebagai biaya periodik. Sehingga investasi yang dicantumkan di neraca hanya investasi yang berwujud saja.

6.jpg