SMP (Selesai Makan Pulang)

in #culture6 years ago

Guyonan dari ibu saya sih sebenarnya. Bermula ketika saya diberitahu undangan ke pernikahan tetangga. Mengingat kebiasaan walimah(pesta pernikahan/resepsi) di kampung selalu identik dengan kerja sama. Acara yang bukan di pelopori oleh WO (Wedding Organizer). Nyatanya sekarang di kampung pun telah mengadopsi hal ini, sehingga adanya perbedaan dengan tradisi kebiasaan. Inilah yang menjadi rujukan kenapa ada guyonan singkatan SMP (Selesai Makan Pulang).

Kebiasaannya bagi pemuda selalu datang lebih awal dan setelahnya tetap membantu penyeleggaraan walimah tersebut. Ada yang mengambil peran di tempat hidangan tamu, atau kalau saya tempat favoritnya ya di tempat cuci piring. Makanya tidak ada istilah pulang setelah makan. Lantas saya membalas guyonan tadi dengan singkatan juga, kalau biasanya SMA (Selesai Makan Angkat). Iya karena setelah makan ya angkat piring terus cuci. Walaupun ujung-ujungnya angkat kaki juga. Saya rasa tidak ada yang berani datang hanya untuk makan terus pulang, karena memang kebiasaan masyarakat yang saling bahu membahu untuk menyokong acara tersebut.


Source

Kendati demikian, dengan keadaan acara walimah saat ini yang telah di pegang sepenuhnya oleh WO maka tentu masyarakat atau pemuda hanya datang makan dan tidak tahu harus mengambil peran dimana. Memang terasa ada yang hilang dari sistem seprti ini. Terutama ukhwah atau ikatan persaudaraan semakin terkikis. Menumbuhkan rasa individualisme layaknya di kawasan urban. Lebih berbeda lagi jika kita ingin melihat kebiasaan masyarakat urban dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan. Saya tidak begitu tertarik membahasnya disini, apalagi baru-baru ini juga sempat ikut teman kerja di acara resepsi pernikahan, terutama bisa dapat tatap yang wah, tatapan yang seakan menelanjangi, tatapan yang ah sudahlah.

Kembali ke topik steemians. Pengamtan sekilas saya juga melihat hal ini dilakukan oleh keluarga berada dan menikah dengan orang kawasan urban. Tergantung juga sebenarnya sudut pandang kita, namun saya sendiri lebih tertarik dengan tradisi yang telah ada. Banyak nilai yang terkandung dan bukan hanya sekedar resepsi semata. Setiap agenda dalam masyarakat dengan tradisinya tentu adanya sisi lain yang menarik untuk dilihat.

Sort:  

Namanya juga khenduri, itu sedekah mah
Jadi bisa langsung SMP 😁

haha, iya sih kalo jdi tamu, bkan tetangga😁