Senja Menjemputmu Kembali
Senja itu akan selalu indah, dengan warna nya yang selalu merona menghiasi langit semesta. Menemani setiap pujangga yang tengah jatuh cinta. Hanya dalam sepersekian detik keindahan itu hilang, berubah menjadi gelap, muram, dingin. Senja mengajarkanku, betapa keindahan nya dikejar banyak orang, senja itu selalu dinanti keindahannya. Waktu yang berlalu singkat itu selalu dinikmati perlahan bersama kebahagiaan walau itu hanya sementara. Entah nanti akan berubah menjadi tangisan yang meledak, luka yang berdarah, kecewa yang menyapa, rindu yang terasa. Tak perduli akan itu semua yang pasti kebahagiaan itu akan tetap ada. Walau seperti senja, yang berlalu cepat dan akan kembali esok hari.
Aku menikmati semilir angin sore yang menggilitik kulitku, mencoba menikmati setiap perahu yang lalu lalang di tepi pantai. Para nelayan yang sibuk menyambut kapal entah berapa ukurannya itu. Mengerahkan semua tenaganya untuk menarik perahu yang akan berhenti. Menyambut hasil ikan-ikan yang telah mereka tangkap. Aku menghela nafas, kurapikan sedikit kerudungku yang mulai di hembus angin pagi. Aku mencoba membiarkan angin membawa pergi rinduku, aku mencoba mengikhlaskan kesesakan yang merobek jiwaku secara perlahan. Sekarang tak perduli akan suasana sekitar, bulir-bulir air mata yang mulai berembun disudut pelupuk mata. Kali ini kucoba melepas semua kesesakan yang belum terpulihkan walaupun orang pernah berkata “seiring berjalan nya waktu, luka itu akan pulih”.
Lalu apakabar denganku yang terus bertikai dengan rindu seiring berjalawan waktu? Sendu selalu menyapaku, setiap detik, setiap denyut nadi berdetak aku selalu merindukan nya. Afnan. Suamiku, 3 tahun yang lalu kami memutuskan untuk menikah diusia muda. Saat itu umurku baru beranjak 18 tahun. Sedangkan Afnan berumur 20 tahun. Aku tidak bisa berdusta akan perasaan yang selalu mengekang asa. Setiap detik tanpa jeda aku selalu merindukannya.
3 Tahun Yang Lalu.
Pukul 05.00 Azan subuh bergema membangun setiap insan untuk menghadap sang Illahi, aku mengusap mataku berderap untuk mempersiapkan diri melakukan solat wajib, seperti biasa. Sebelum kekamar mandi aku selalu membaca notes kecil yang ia tempel di cermin meja riasku sebelum ia berangkat untuk solat subuh berjam’ah di masjid depan komplek. ‘Sayang, aku tadi buru-buru jadi lupa cium kamu’ pesan singkat itu cukup membuatku geli “dasar” Desisku bahagia.
Seperti wanita yang sudah berkeluarga pada umumnya. Setiap pagi aku harus beres-beres dan menyiapkan sarapan untuknya. “Assalamualaikum” Afnan datang menyapa ku yang tengah sibuk mondar-mandir berusaha menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. “Aduh, sayang. Maaf banget ya.. Masakan nya belum jadi. Aku belum beresin ruang tamu lagi..” Kerutuku sibuk tanpa mencoba menatapnya sedetikpun. Aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan, ia tak merespon satu katapun dariku. Hampir setengah jam kuhabiskan waktu untuk menyelesaikan sisa perkejaan rumah tangga. Setelah menyiapkan semua makanan di meja makan aku menolehkan wajahku ke arahnya yang sedang sumringah tak jelas melihatku yang sedang kerepotan. “Kamu kenapa?” Selidikku.
“Kamu kalau lagi rempong gini, makin cantik ya” Ucapnya disela-sela tawa kecilnya.
“Ih mas, kamu jahat banget sih. Aku lagi gajelas gini dibilang cantik” Aku mencoba melanjutkan menuangkan air kedalam gelas untuknya.
“Gak percaya nih? Kalau kamu memang cantik?”
“Buktinya”
“Disinikan memang kamu yang paling cantik. Kalau aku ganteng ya kamu cantik” ucapnya searaya terkekeh tak karuan.
“Nyebelin.” Aku mencoba meninju lengannya yang kokoh itu.
“Sayang, nanti kita ke pantai lagi ya” Ucapnya sebelum melahap nasi yang sudah kusiapkan.
“Bukannya itu memang udah kewajiban, nunggu magrib disana. Sampe aku jarang banget solat magrib dirumah”
“Kamu memang ngerti banget” Ucapnya lembut
“Hari ini aku kuliah pagi, kamu masuk ngajar gak hari ini?” Tanyaku
“Iya, hari ini ada rapat wali murid di pesantren. Yaudah…. Kalau udah selesai kita berangkat sekarang!!” Ucapnya buru-buru
“Sayaaaangg” Kerutuku
“Hmmm”
“Aku belum mandi, kamu yang bener aja” Jelasku kesal
Ia tertawa kecil, hinga sederetan giginya terlihat. Lesung pipi itu terus menghiasi wajahnya “Sengaja” Ujarnya, ia tertawa seraya bangkit untuk bersiap-siap. Aku terus bersiap-siap menuju ke kampus. Afnan seperti biasa mengajar di pesantren Al-marhum Abinya. Ia tidak melanjutkan kuliah, karena kemampuan nya untuk menjadi guru ngaji sudah terlatih sejak kecil. Aku selalu bersyukur. Ia sangat pandai membuatku jatuh cinta setiap harinya.
Ku ingin nikmati segala jalan yang ada dalam hidupku bersamanya, setiap hari. Senyuman nya. Pelukannya yang selalu meneduhkan. Tutur kata nya yang selalu menyemangatiku ketika aku terjatuh. Ia selalu mampu membuatku tersenyum bahagia walau kesedihan menyapa. Ia hanya sementara kemudian terusir oleh hiburnya.
Riuh ombak menemani senjaku dan dia untuk kesekian kali. Sebut saja aku dan dia adalah pemburu senja. Menghabiskan waktu hanya untuk berlarian di pesisir pantai. Saling perang percikan air laut. Atau mengumpul kan kerang. Aku bahkan tidak perlu menjadi ratu di jagat raya. Cukup disampingnya aku seolah menjadi ratu hatinya.
“Tujuh…Delapan… Sembilan.. Sepuluh. Mau kita bawa kemana kerang ini?” Tanyaku seraya mencuci kerang dengan air laut yang membasahi kaos kakiku. “Simpan dong. Kita kan gak pernah ngabadiin momen indah kita di kamera. Jadi ini alternatifnya. Kamu bisa simpen semua koleksi kerang-kerang kita. “ Jelasnya seraya mengelus lembut kepalaku.
Nyiur pantai menjadi saksi bisu, ombak yang saling berkejaran seolah ikut bahagia dan paham apa yang sedang aku rasakan. “Aku bahkan gak butuh alternatif apapun hanya untuk ingat momen indah sama kamu. Semuanya uda tersimpan disini” Ujarku, menunjuk dadanya.
Ia tersenyum, dan lagi lesung pipi itu membuatnya semakin manis. Kami duduk berdampingan hanya beralas Kantong pelastik agar baju kami tidak kotor. “Kamu inget ngga jawaban kenapa aku suka pantai?”
“Karena disini. Kita bisa habisin waktu berdua” balasku seraya tertawa kecil.
Ia meninju pelan lenganku, “Udah mulai iseng ya kamu”
“Karna kamu suka senja. Senja itu ibarat bahagiakan? Walau sebentar kita harus tetap menikmati setiap detik yang berjalan. Entah nanti duka akan menyapa. Yang pasti kebahagiaan pasti akan tetap ada” Aku menoleh wajahku. Ku dapati ia sedang menatapku lekat-lekat. Aku membeku.
Ia mendekat, kemudian berbisik “Aku mencintai kamu reina”. Kembali ia membuatku jatuh cinta kepadanya. Aku menyeka sudut pelupuk matanya yang berair. “Aku juga”
“Kamu terus menjadi istri yang salihah ya. Aku juga akan terus memperbaiki diri. Agar nanti kita akan di persatukan lagi di surganya Allah” Bisiknya lagi. Kali ini berhasil membuatku meneteskan airmataku. Diiringi dengan anggukan.
Hari itu senjapun ikut menjadi saksi cinta kami. Semoga akan terus seperti ini. Aku tidak akan pernah berhenti untuk melangitkan do’a agar kita tetap terus bersama. Aku mencintaimu karna Taatmu, karna kau begitu sempurna menjaga maruah sebagai laki. Itu sebabnya aku mencintaimu. Karena semakin aku mencintaimu semakin bertambah pula cintaku kepada Rabbku. Sebab kau adalah arti kasih sayang Allah untukku.
Satu tahun berlalu, kebahagiaan terus menghampiri hari-hariku. Hingga hari yang tak ingin kunanti pun tiba. Dimana aku harus LDR-an sementara dengan Afnan karena ia harus mengantar santri nya yang menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti lomba Hafizh Qur’an. Ya, walaupun cukup berat harus tidak bertemu dengannya selama satu bulan aku harus tetap sabar. “Cuma sebulan kok gak terasa tuh” Celetuk Anisah adikku.
“Kamu sih bilang nya gampang. Kamu gak tau kalau dia telat pulang aja aku suka nelpon teruss” Balasku
“Namanya juga pengantin baru. Ya satu cm meter pun gak boleh pisah dong dek” Sambar ibu yang datang dengan membawa 2 toples kue dan 2 gelas jus jeruk.
“Ibu pasti pernah ngerasain kan?” Selidikku menatap nanar kearah ibu. Ibu hanya tersenyum kearahku.
“Kamu benar sayang, dan saat-saat seperti ini. Kamu juga harus kuat! Jadilah perempuan yang tangguh. Kamu masih ingat kisah khadijah kan?”
Aku mengangguk pelan.
“Yaudah buk, aku antar mas Afnann dulu ke bandara.” Aku beranjak dan menyalami ibu.
***
Pesawat akan berangkat pada pukul 20.00 WIB. Aku berjalan beriringan dengan Afnan kepalaku terus tertunduk. “Sebulan itu lama nggak sih?” Desisku pelan.
“Gak lama. Kamu cuma butuh waktu untuk terus doain aku.” Balasnya. Ternyata suaraku terdengar juga. Kutolehkan wajahku ke arahnya. Ia tersenyum. Dan kembali mengulang perkataannya “Gak lama kok” ucapnya lembut.
Pemberitahuan pemberangkatan sudah terdengar. Jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. “Aku berangkat ya. Kamu jaga diri baik-baik” Ucapnya seraya mengecup keningku. Aku tidak mengerti. Mungkin semua orang akan mengira mengapa aku terlalu berlebihan. Tetapi ada rasa enggan untuk melepasnya. Tapi, aku punya Allah. Allah yang akan menjaga mas Afnan.
Setelah mengantar mas Afnan. Aku menginap dirumah Ibuku untuk satu bulan kedepan. Semua itu permintaan nya. Karena khawatir aku sendirian. Malam itu perasaanku tidak enak, kuputuskan untuk muroja’ah agar hatiku mencoba kembali tentram dan tenang.
Pukul 03.00 aku terbangun, padahal tak ada satupun yang membangunkanku. Hanya detakan jarum jam yang memecahkan kesunyian. Aku bangkit dan wudhu untuk tahajud. Berdo’a agar mas Afnan baik-baik saja dan sampai dengan selamat. Setelah solat, buru-buru aku mengambil ponselku untuk menghubungi mas Afnan. “YaAllah. Aku lupa, mas Afnan pasti belum ganti kartu deh. Atau dia masih dipesawat” Aku mencoba menepis kekhawatiranku terhadapnya.
Setiap saat aku selalu mencoba menghubunginya. Tetap saja belum bisa di hubungi. Keesokan harinya. Sekitar pukul 08.00 pagi aku mencoba menghubunginya kembali. Tetap saja yang ku dengar “Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan” Perbuatan itu terus kuulang dan tidak pernah bosan. Aku terus mengirim pesan singkat untuk nya “Sayang. Kamu udah nyampe belum?”
Hingga 2 hari berlalu. Tanpa henti aku terus mengirimnya pesan singkat berharap WhatssApp dariku di baca olehnya. Aku juga tidak pernah berhenti untuk terus menelpon nya. Tidak pernah lelah. Seperti obat bagiku. Perasaanku semakin tidak karuan saja. Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi? Kenapa dia tidak menghubungiku setelah 2 hari. Apa saat transit dia tidak bisa menyalakan ponselnya?
Tiba-tiba suara teriakan Adikku terdengar. Ia tergopoh-gopoh menghampiriku “Kaaak” Ucapnya seraya menangis. Ia memberikan surat kabar itu kepadaku. Seketika neuronku seolah terhenti. Darahku seolah berhenti mengalir. Air mata terus meledak, tubuhku bergertar hebat. Apa ini yang selalu di ajarkan senja. Kebahagiaanku di renggut senja.
Kecelakaan pesawat yang terjadi Rabu malam tepat malam keberangkatan Afnan dan itu pesawat yang ditumpangi Afnan dan santri-santrinya. Aku hanya mampu mengucap “Innalillahi wainnailahi Raji’un.” Air mata begitu semangat menghampiriku. Kenapa secepat ini? Aku bahkan belum sempat memberi kebahagiaan untuknya. Kulihat Nama Afnan tertera pada tabel ‘Belum ditemukan’
Aku tersungkur. Otot-ototku terasa lemas. Sekarang tatapan kosong yang terasa. Dunia seakan gelap tak berwarna. Senja itu telah pergi. Yang ada hanya gelap dan gelap. Tim pencarian terus mencari korban-korban yang hilang. Tak henti-hentinya ku langitkan do’a kepada Allah. Selamatkan Afnan yaAllah. Berilah hamba kesempatan untuk membahagiakannya.
Satu bulan..Dua bulan.. Bahkan satu tahun berlalu. Tak ada tanda-tanda Afman kembali. Hari-hari dipenuhi ke abu-abuan. Airmata kembali jatuh ketika kulihat langit dan menyebut namanya. Satu tahun terakhir tak ada lagi canda tawa nya. Tidak ada lagi kejar-kejaran dipantai. Tidak ada lagi mengumpulkan kerang bersama, tidak ada lagi yang mengangguku ketika pagi. Aku merindukan itu semua Tuhan..
Semua telah direnggut senja. Kebahagiaanku dibawa pergi senja, entah siapa yang akan merayakan masa depan seperti ini? Aku menatap pantai, air mata terus merekah bagai permata, bulir itu jatuh tanpa henti, setahun ia pergi dan sama sekali tidak pernah kembali. Tuhan beri sedikit keajaiban untukku. Entah saat ini dia akan berada disini. Di pantai ini, entah nanti dia akan menyapaku seperti biasanya. Tuhan, haruskah aku yang harus membunuh rindu ini?
Aku mengambil kumpulan-kumpulan kerang yang menjadi alternatif penikmat rindu. Setelah satu tahun menghias kerang sudah menjadi kebiasaanku. Selalu mengerjakan Daily Remainder yang ia list kan untukku di pintu kulkas. Menyalakan shalawat-shalawat kesukaannya. Hanya satu definisi yang kupunya ‘saat ini rindu tengah mengekangku’ setiap saat. Aku harus bersabar atas ujian ini.
Hari ini kuputuskan untuk berkunjung kerumah ibu, Ibu begitu semangat menyambut kedatanganku, Ibu menyiapkan banyak menu makanan kesukaanku. Dan mengundang seluruh keluarga besar untuk makan malam bersama, kurasa lebih tepatnya syukuran kecil-kecilan. Aku juga heran kenapa ibu membuat acara tidak memberitahukan ku terlebih dulu.
“Ibu juga dapat idenya mendadak dari adik kamu reina, ibu juga ngundang beberapa anak di panti asuhan” Jelas ibu seraya memotong kecil semangka dan sebagian dihabiskan ibu sendiri.
Aku mengangguk pelan, “yaudah, aku kebelakang ya buk, mau bantu-bantu”
Setelah beberapa saat acara syukuran kecil-kecilan mendadak pun dimulai. Ust Efendi yaitu kakak Mas Afnan menyampaikan tausiyah singkat. Disini aku mencoba tegar, ketika rindu itu kembali menyergap, ketika aku harus bersabar untuk terus tegar dan tersenyum. Aku ridha atas semua ketentuan Allah.
‘Sebelum mengakhiri tausiyah singkat ini, saya ingin menyampaikan rasa syukur yang sangat besar kepada Allah SWT karena masih memberikan waktu untuk adik saya Afnan. Alhamdulillah Afnan sehat-sehat saja dan selamat. Malam ini juga hadir disini. Mari kita sama-sama berd’oa kemudian ditutup dengan shalawat’
Sejenak aku tidak memberanikan diriku mendongak. Apa ini semua halusinasiku saja. Kembali kuusap mataku kupastikan ini bukan mimpi. Tidak kulihat Afnan disana. Apa aku salah dengar? Tidak mungkin, sekarang kami sedang berdo’a dan bersalawat. Apapun itu berkali-kali kuucapkan syukur kepada Allah. Air mata yang beberapa kali kutahan sekarang menyeruak tumpah tak terhenti. Allah menyayangiku. Orang-orang yang Allah utuskan untukku yang selalu memberiku kekuatan.
“Maaf ya nak, ibu sengaja tidak memberitahu kamu tentang ini” Ujar ibu, seketika kurengkuh ibu erat-erat. Seketika aku terhanyut dalam tangisan. Setelah acara tausiyah, keluargaku menyempatkan aku dan Afnan untuk bertemu. Benar-benar. Mataku sama sekali tidak memfokuskan pria yang dari tadi mengenakan peci hitam dan gamis putih. Ia terlihat lebih berisi, ia berjalan mendekatiku seolah menyeret seonggok rindu yang mengekang. Entah benar atau tidak, aku memeluknya erat. Begitu erat tak sepatah katapun keluar darimulutku. Hati bergetar menyebut asma Allah “Allahuakbar” Percaya tidak ada yang lebih menakjubkan selain berdo’a kepada Allah. Dan kau akan mendapatkan kejutan yang bahkan tidak perlu logis untuk menalarkannya.
Sekarang, setelah satu tahun. Berharap akan dia yang selalu mengisi mimpiku saja. Sekarang, tidak hanya dimimpi. Aku sedang berada dalam dekapnya. Meleburkan rindu yang membatu.
“Kenapa senja membawa pergi kamu?” Ujarku disela-sela tangisan yang belum bisa ku redam.
“Sedikit banyak Ia telah mengajarkan kita banyak hal. Kamu wanita yang kuat Reina” Balasnya yang terus memelukku erat.
“ Karena aku tau. Allah akan memberikan sesuatu kepada hamba nya yang yakin. Aku yakin kamu akan kembali” Enggan bagiku untuk melepas nya. Rindu terlalu besar.
Malam itu, senyuman ku kembali merekah. Senja telah mengembalikan dia. Dan aku bahagia. Kata-kata yang selalu membuatku kokoh berdiri hingga saat ini ‘kau hanya perlu taqwa untuk bahagia. Kau sedih Allah ada, kau lemah, Allah mampu menguatkanmu’
Kejadian ini mengajarkanku, betapa kehidupan ini dipeluk kefanaan. Semua orang yang kita cintai tetap akan pergi. Karna faktanya yang kekal itu cuma Allah. Kulluman ‘alaiha faan. Fakta pemberi kekuatan hanya Allah. Terimakasih tuhan, Engkau Maha mengetahui melebihi diriku sendiri. Cinta yang kokoh hanya ada padamu. Ketika engkau mencintai Hambamu. Engkau akan menitipkan cinta orang-orang yang mencintaimu seperti Afnan.
TAMAT
tagnya dek belum tepat, di cerpen itu boleh ditambah tag indonesia, aceh, story dll
iya bang sudah di perbaiki
Jroeh seukali
makasih 😂😂
Masama
Congratulations @riazuljnnah! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Tepat
maksud nya?