“Tukaran Rokok” Tradisi Memuliakan Tamu
foto:pixabay.com
TAMU memiliki tempat tersendiri dalam persepsi masyarakat. Tamu senantiasa harus dilayani tanpa menyoal batas agama, suku, bangsa, dan budaya.
Dalam filosofi kehidupan masyarakat Aceh umum, berkait pelayanan dan pemuliaan tamu itu dengan pepatah “Mulia waree raneup lam puan, mulia rakan mamee suara. Adat tajunjong hukom peutimang, kanun ngon reusam wajib tajaga” Artinya: mulia famili sirih dalam cerana, mulia teman atau sahabat, manis suara. Adat dijunjung hukum ditimbang/dihormati, kanun dan resam wajib dijaga.
Memuliakan tamu disimbolkan dengan “sirih dalam cerana”. Kepada tamu selalu disuguhkan yang terbaik, makan enak dan tempat yang layak. Terutama bila tamunya datang dari tempat jauh. Tuan rumah merasa tak elok atau tidak puas bila hidangan yang disuguhkan kepada tamunya tidak dilengkapi lauk pauk istimewa. Malahan ada yang terpaksa harus berhutang demi menyediakan makanan enak bagi tamunya.
Masyarakat Aceh (notabene muslim), melayani tamu dalam tradisi Aceh adalah keharusan. Karena Nabi saw bersabda, “Tidak beriman seseorang kamu sebelum mencintai saudaramu sebagaimana mencintai diri sendiri”.Jadi, Islam menjadi mainstream adat budaya masyarakat Aceh, termasuk di daerah Simelue yang menganjurkan setiap tamu harus dilayani dengan ramah, dan kesopanan.
Di Simelue, ada tradisi unik dalam memuliakan tamu. Itu tidak ada di daerah lain, yaitu adat yang disebut “Mansiarokok’ (bertukaran rokok) dan “Malangak” (bertukar sirih). Tentu, ini khusus tamu atau orang-orang yg sudah dewasa, tidak termasuk anak-anak.
Dulu, bila ada orang laki-laki bertemu, selalu saling bertukaran rokok (mansiarorok) untuk membuka suatu pembicaraan atau diskusi. Ketika bertemu saling bersalaman, lalu saling bertukaran rokok Masing-masing mengambil sebatang dari dalam bungkus, kemudian mengembalikan lagi bungkusnya.
Nah, bila jenis rokok mereka itu berbeda, masing-masing tetap mengambil sebatang yang kemudian menyimpannya dalam bungkus rokok masing-masing. Namun, bila seorangnya yang bukan perokok, untuk menghormati temanya, dia juga mengambil sebatang dan disimpannya.
Tradisi mansiarokok’ tentunya hanya di kalangan orang dewasa, tidak termasuk anak-anak atau mereka yang bukan perokok.Dan tradisi itu masih belangsung secara alamiah sampai sekarang. Demikian pula kaum wanitanya, khususnya yang sudah tua dan pemakan sirih, maka tradisi bertukar daun sirih lalu masing-masing mengunyahnya (mansialangak) juga masih ada.
Sepintas, tradisi bertukar rokok itu, dianggap tidak lazim. Apalagi sebagian orang yang berpikir militant dengan menyatakan rokok itu haram dsb atau karena mengganggu kesehatan. Akan tetapi dalam terma adat di Simeulue, justru ‘mansiarokok’ atau ‘malangak” merupakan symbol penghargaan dan tanda keakraban. Kecuali itu, rokok menjadi salah satu media untuk saling membangun kepercayaan.
Catatan: Anda yang bermashab anti rokok, saya tidak menganjurkan merokok.
Salam persahabatan Steemian. haha
Na rukok sibak?
merukok un, merukun ok, haha
Rokok saya biasanya merk "168"
wah... kesempatan yang bagus ni bang, bisa tukaran rokok sama yang punya "234" Dji Sam Soe.. hehe.. lebih mantap!