Tantangan Makin Berat, Cawapres Jokowi Diusulkan yang Paham Ekonomi
Pendapat lain mengatakan tidak perlu sebaliknya dengan latar belakang ekonomi, yang paling penting dapat membina sebuah kabinet profesional.
Parti politik pengusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019 masih menggodok calon wakil presiden (cawapres) yang dianggap sesuai dan diterima ramai. Salah satu kriteria yang dipertimbangkan untuk dipertimbangkan dalam pemilihan naib presiden adalah tokoh perniagaan dan ekonomi.
Pengarah Eksekutif Pusat Pembaharuan Indonesia (CORE) Mohammad Faisal berkata naib presiden dengan latar belakang perniagaan dan pemahaman ekonomi adalah penting kerana cabaran kerajaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Faisal berkata pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tidak berubah di sekitar 5%. Di samping itu, Indonesia menghadapi cabaran dalam membangunkan industri domestik.
"Saya fikir yang kita perlukan, yang menjadi konsen saya saat ini adalah pembangunan industri pembuatan," kata Faisal di Hotel Mercure, Jakarta, Rabu (28/3).
Dia menilai Ketua Umum Parti Golkar Airlangga Hartarto tepat untuk mendampingi Jokowi agar ke depannya boleh kabinet yang dipimpin lebih memberi keutamaan kepada pembangunan industri.
"Misal wakil presiden yang mengawal agenda perindustrian, maka itu akan menjadi acuan bagi menteri-menteri di bawahnya. Karena permasalahan industri itu bukan di Kemenperin saja, tetapi juga di luar Kemenperin," kata Faisal.
Setiausaha Agung Partai Pembangunan Bersatu (PPP) PPP Arsul Sani menyampaikan kriteria pemahaman dalam bidang ekonomi penting yang dimiliki oleh wakil presiden.
"Cabaran pembangunan ekonomi masa depan adalah teruk, dan juga dipersetujui bahawa salah satu kriteria calon calon presiden akan mempunyai keupayaan dalam bidang pembangunan ekonomi," kata Arsul kepada pemberita pada hari Selasa (27/3).
Arsul menyebut angka yang patut dipertimbangkan di antaranya Menteri Kewangan Sri Mulyani atau bekas Gubernur Bank Indonesia Agus Martowadjojo.
Sementara itu, PDI-P memanggil Sri Mulyani dan Menteri Hal Ehwal Marin dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan latar belakang perniagaan dan ekonomi sebagai calon parti bukan politik yang dipertimbangkan.
Pandangan yang berbeza, Pengarah Institut Pembangunan Ekonomi dan Kewangan (Indef) Enny Sri Hartati menilai tokoh presiden atau naib presiden tidak perlu mempunyai latar belakang ekonomi.
Hanya, angka itu perlu membuat kabinet profesional. "Terutama dalam pasukan ekonomi, ini tidak sepadan dengan kepentingan politik," kata Enny.
Di samping itu, Enny menilai tokoh calon dan naib presiden jujur. Menurut Enny, kemudian calon presiden dan calon naib presiden harus dapat menangani isu-isu semasa secara telus.
Dengan cara itu, kerajaan juga boleh menerima penyelesaian yang membina untuk memperbaiki masalah ekonomi Indonesia pada masa akan datang.
"Kedua-duanya konsisten: Mana-mana dasar adalah konsisten dengan orientasi yang merupakan kebajikan masyarakat, dan konsistensi ini mestilah konkrit, dasarnya bukan hanya bibir," kata Enny. PDIP dengan parti gabungan itu menyusun beberapa nama yang menjadi sahabat Jokowi.
Pemilihan calon naib presiden oleh partai politik bersama dengan kerja tim informal yang dibuat Jokowi.
Tim informal yang dibentuk oleh Jokowi bertujuan untuk menampung perspektif masyarakat madani dan aktivis demokrasi.
Mantap rakan an? Semangat menulis!
Hahahah adak dren pe kureng man yang lenteng kalimat bek le yang hansep huruf hanjet terjemah