PENULISAN CERITA YANG BAIK
Dikesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana kita menulis cerita yang baik..
Berbagi pengalaman penulisan cerita yang di kutip dari blog ASHA D
Tips Menulis Cerita yang Lebih Baik (Dengan Contoh)
Sumber
Hai, semuanya, apa kabar? Asha akan share tentang gimana caranya supaya kita bisa menulis cerita yang lebih baik. Ya, baik/tidaknya cerita itu relatif. Tapi umumnya ciri-ciri cerita yang tidak baik itu :
Tidak menarik minat pembaca dari awal
Faktor : sinopsis/judul tidak cukup menarik, atau memang tidak sesuai selera pembaca.
Membuat pembaca berhenti membaca di tengah cerita
Faktor : cerita tidak sesuai harapan, konflik berputar di situ-situ saja, tidak ada kemajuan yang berarti, bertele-tele atau terlalu banyak kesalahan teknis.
Tidak memberikan kesan kepada pembaca
Faktor : plot yang klise tapi tidak diolah dengan baik, alur dicepetin sehingga terlihat maksa, tidak ada feel, ending yang terkesan dipaksa/menggantung.
Kalau ceritamu memenuhi salah satu faktor di atas, jangan pesimis! Kalau kamu sudah memberikan yang terbaik tapi hasilnya belum bagus, bukan berarti kamu gak bisa maju lagi. Kamu masih bisa berkembang, asalkan kamu pantang menyerah. Semangat!
Nah, gimana cara mengatasinya? Berikut tipsnya :
- Buat judul yang eye-catchy
source
Buat judulmu 'sedikit' ambigu dan menggambarkan keseluruhan cerita. Ini penting buat kamu yang mengirim cerita ke majalah. Editor majalah gamau repot dengan mengecek keseluruhan cerita, wong ada ratusan naskah yang masuk dalam sehari. Kalau judulnya aja ga menarik, ya buang.
Judul tidak harus memakai bahasa asing kalau tidak perlu. Hindari menulis judul yang terlalu panjang dan atau susah untuk diingat. Sitta Karina juga share tipsnya sendiri tentang cara buat judul yang eye-catchy, yang bisa di baca di sini.
Contoh :
Daripada menulis judul 'Cinta Pada Pandangan Pertama' lebih baik 'Unpredictable Love'. Kenapa? Karena judul pertama 'membocorkan cerita'. Kalau begitu, apa lagi yang mau kamu ceritakan?
- Tulis sinopsis/summary yang menjual
source
Jika kamu menulis fanfic, hindari menulis 'abal, gaje, bad at summary,'. Kalau sudah tahu abal dan gaje, untuk apa dipublish? Sebagai alternatifnya, coba tulis konflik yang akan muncul di sinopsis, tapi jangan tulis tentang konflik tambahan/cara penyelesaian konflik. Biarkan itu jadi rahasia yang akan mengejutkan pembaca saat mereka membaca ceritamu. Buat pembaca simpati/tertarik pada konflik yang dialami tokohmu.
Contoh (yang buruk) :
Aleyna Kim, gadis biasa dengan kehidupan gak kalah biasa, tiba-tiba bertemu 12 cowo ganteng luar biasa! Gimana ya jadinya?
Contoh (yang baik) :
Apa yang akan kamu lakukan jika ada 12 cowo ganteng di rumahmu mengaku sebagai alien yang harus melindungimu?
a. Telepon polisi
b. Pergi ke dokter mata. Kalau gak ada gangguan pada mata, pergi ke rumah sakit jiwa.c. Jadikan mereka boyband dan jadilah manajer mereka.
d. Mencubit diri. Kalau tidak sadar juga, kembali tidur.
e. Percaya pada mereka.
Sebelumnya, Aleyna Kim hanya seorang pengangguran yatim piatu yang berusaha keras menjadi model. Namun hidupnya berubah saat 12 cowo nyaris sempurna berada di rumahnya. Mereka menyebut diri mereka EXO, alien dari planet Exorcism. Mereka juga punya kekuatan masing-masing! Bukannya mengurangi masalah, mereka malah menambah masalah! Anehnya, mereka bilang bahwa mereka harus melindungi Aleyna. Kenapa? Dan dari siapa?
- Tampilkan sedikit 'cuplikan' konflik di pembukaan
Ini sih mau berantem namanya
source
Dari pada menulis pembukaan cerita yang biasa aja, akan lebih baik menulis pembukaan yang 'luar biasa'. Bahkan salah satu editor penerbit terkenal di Indonesia pun mengeluh, bahwa sering kali novel yang dikirim ke mereka diawali dengan pembukaan yang klise, dan akhirnya langsung ditolak bahkan tanpa dibaca keseluruhan ceritanya (bisa dibaca di sini).
Contoh (yang buruk) :
Pagi ini burung berkicau begitu indah. Hingga akhirnya semua itu rusak oleh karena alarm Karina yang berbunyi begitu nyaring. Karina terbangun dan memelototi alarm-nya. "Hah? Udah jam segini? Mamaaa, kok aku gak dibangunin sih? Aku kan jadi telat untuk ke hari pertama sekolah!"
(tuh, dari paragraf pembukanya aja, udah ketebak kan bakal gimana jalan ceritanya).
Contoh (yang baik) :
Untuk alasan yang dia tak mengerti, Marcus merasa gelisah hari ini. Jika selama ini pria berambut mahoni dengan warna mata serupa senang dengan bau ruangan, tidak kali ini. Mendadak ia begitu merindukan bau rumput basah yang diinjaknya, bau roti yang baru saja dipanggang di toko, bau parfum dari para wanita yang lalu lalang, dan segala bau absurd lainnya.
(lewat sini pembaca bertanya-tanya, kenapa si Marcus tiba-tiba gelisah? Selama ini emang hidupnya kayak gimana aja? And so on.)
- Perkuat ceritamu!
Pokoknya ceritamu harus bisa believable
source
Banyak hal untuk memperkuat cerita kita, tapi menurut saya yang kita perlu hanya deskripsi yang bagus, karakterisasi yang baik, alur yang mengalir alami dan plot dengan konflik yang menarik. Ada satu faktor lagi, yaitu sudut pandang yang unik, tapi tanpa itu cerita juga bisa tetap menarik.
Plot dengan konflik yang menarik
Plot dengan konflik yang menarik (baik konflik utama ataupun konflik tambahan di akhir cerita) itu berguna banget bagi yang punya plot klise.Tambahkan konflik yang unik, atau sulit diatasi, namun tidak terkesan dipaksakan, sehingga pembaca jadi penasaran.
Deskripsi yang bagus
Deskripsi yang bagus itu perlu karena dengan deskripsi pembaca akan terhanyut ke dalam cerita buatan kita. Usahakan agar apa yang kamu tulis tetap dapat dimengerti pembaca, ada variasi kata-kata (tidak menggunakan kata-kata yang itu-itu saja), dan tidak bertele-tele :) Kamu juga bisa pakai konsep 'show, not tell.'.
Contoh deskripsi tanpa 'show, not tell' :
Fathur itu gendut dan menyebalkan. Setiap hari ia merampas bekal dari teman-temannya yang lain. Namun mereka tidak berani protes, karena tubuh mereka lebih kecil dibanding Fathur.
(disini semua udah dijelasin, jadinya pembaca ga bisa nebak-nebak. Otomatis cerita jadi bosenin)
Contoh deskripsi dengan 'show, not tell' :
Fathur mengambil bekal dari tangan Ari dan memakan isinya begitu saja. Ari melongo, namun tak bisa berkata apa-apa. Ari yang berbobot 35 kilogram tentunya kalah besar jika dibanding Fathur yang ber bobot 60 kilogram. Melihat Fathur yang memelototinya sebagai isyarat untuk tetap diam, Ari pun hanya bisa menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.
(Di sini fakta diberitahu secara ga langsung, sehingga feel-nya lebih terasa.)
Karakterisasi yang baik
Buatlah penokohan yang terasa realistis :D Untuk penulis original fiction, kalau tokohnya aja gak menarik, apalagi ceritanya? Buat tokoh yang punya ciri khas dengan kepribadian dan kebiasaannya masing-masing. Jadi pembaca mudah membedakan para tokohmu. Bisa-bisa pembaca malah 'jatuh cinta' dengan tokohmu. Kalau bisa jangan buat tokoh yang sempurna, karena pembaca tidak bisa simpati padanya.
Untuk membuat tokoh dalam ceritamu itu 'hidup', posisikan dirimu sebagai tokoh tersebut, apalagi jika di ceritamu sudut pandangnya (point of view) terus berubah-ubah. Karena beda tokoh, beda juga reaksinya terhadap sesuatu.
Alur yang mengalir alami
Kadang saya membaca cerita yang bagus, tapi alurnya maju-mundur dengan tidak rapi. Jadi membacanya itu kayak naik roller coaster, karena kaget-kaget terus. Nah kalau misalnya kamu mau membuat alur seperti itu, cobalah membuatnya terkesan alami. Buatlah pergantian dari satu waktu ke waktu lain harus mulus.
Contoh pergantian waktu yang tidak mulus :
"Ibu, aku pergi ke sekolah dulu ya!" Lena berpamitan dan mengayuh sepedanya menuju ke sekolah.
"Lena, kamu sudah buat PR belum?" tanya Siska, teman sebangku Lena. Lena langsung menepuk dahinya, "Oh iya, lupa!"
(di sini tidak ada yang mengindikasikan keberadaan Lena, tiba-tiba aja udah nongol si Siska).
Contoh pergantian waktu yang mulus :
"Ibu, aku pergi ke sekolah dulu ya!" Lena berpamitan dan mengayuh sepedanya menuju ke sekolah. Begitu ia sampai di kelas, ia melihat teman-teman sekelasnya sibuk berkutat dengan buku. Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya. "Lena, kamu sudah buat PR belum?" tanya Siska, teman sebangku Lena. Lena langsung menepuk dahinya, "Oh iya, lupa!"
(di sini dijelaskan lebih jelas, jadi alur ga terkesan lompat-lompat)
Sudut pandang yang unik
Jika biasanya ceritamu memakai sudut pandang orang pertama pelaku utama atau sudut pandang orang ketiga, kamu bisa memakai sudut pandang orang pertama pengamat atau sudut pandang orang kedua. Tentunya ceritamu jadi beda dari pada yang lain.
- Jangan tulis hal-hal yang gak dibutuhkan
source
Seperti tokoh yang tanpa dia pun cerita masih bisa berjalan, deskripsi yang bertele-tele, percakapan garing dan adegan gak penting. Seimbangkan jumlah narasi dan dialog, jadi tidak terkesan monoton.
- Jangan buat ending yang ga nyambung!
source
Ending harus realistis, bukan seperti dipaksakan. Ingin membuat ending yang gantung? Itu wajar kalau kamu ingin membuat sekuel. Karena dengan begitu pembaca akan ingin membaca cerita berikutnya. Tapi jangan buat ending yang gantung hanya karena ingin buru-buru menamatkan cerita atau tidak bisa memikirkan akhir yang pas.
Udah punya ide cerita tapi gak ada ide untuk penutupnya? Lebih baik kamu simpen dulu, refreshing, baru cari ide lagi. 'Kan sayang kalau ceritamu punya potensi tapi malah kamu paksain selesai dengan cara yang gak berkepri-penulisan banget.
Contoh ending yang dipaksakan :
A sama B pacaran, tapi C si saudara B suka sama A.Awalnya A nolak C, tapi lama-lama A jadi suka sama C. Endingnya C pacaran sama D. Padahal cerita gak pernah mengungkit tentang hubungan C dan D. Aneh 'kan?
Contoh ending yang gantung :
A sama B pacaran, tapi C si saudara B suka sama A.Awalnya A nolak C, tapi lama-lama A jadi suka sama C. Tapi C udah mulai deket sama D. A pun ngaku ke B kalo dia suka C, dan tiba-tiba muncul C dan D yang mendengar semua itu. B pun marah dan mutusin A. Lalu tiba-tiba tamat gitu aja.
Contoh ending yang baik :
A sama B pacaran, tapi C si saudara B suka sama A.Awalnya A nolak C, tapi lama-lama A jadi suka sama C. Tapi C udah mulai deket sama D. A pun ngaku ke B kalo dia suka C, dan tiba-tiba muncul C dan D yang mendengar semua itu. B pun marah dan mutusin A.Lalu C jelasin ke A kalo dia udah pacaran sama D. Endingnya, A pun belajar dari kesalahan dia.
- Jangan terlalu banyak melakukan kesalahan teknis
source
Apalagi sampai tingkat yang tidak bisa ditoleransi. Karena itu hanya membuat pembaca ilfil dan berhenti membaca di tengah. Tenang, cara mengatasinya bisa dibaca di sini.
Ingat, kita sedang menulis, bukan dikejar rentenir karena belum bayar cicilan panci. Hindari buru-buru menamatkan cerita. Nikmati saja prosesnya. Boleh saja mempercepat alur, tapi kalau kita tidak pandai menyiasatinya, itu malah bisa mengurangi kualitas cerita kita. Sayang 'kan? Pembaca bisa lho membedakan cerita yang ditulis dengan baik dengan cerita yang ditulis karena kepepet.
Oh ya, Baik/tidaknya cerita itu relatif. Jadi kalau kamu ada tips lain berdasarkan versimu sendiri, silakan komentar. So, enjoy yourself and your writing! ^o^ Tetap semangat berkarya ya
Trimakasih untuk kawan kawan semua, yang sudah sudi kiranya untuk membaca post yang saya ambil dari Blog ASHA
Terima kasih banyak atas perhatian rekan-rekan.
Salam terhangat kawan kawan steemians semua seIndonesia.
Jangan lupa upvote ya 😁
Wassalam,
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://ashadebora.blogspot.com/2013/09/tips-menulis-cerita-yang-lebih-baik.html
This post recieved an upvote from minnowpond. If you would like to recieve upvotes from minnowpond on all your posts, simply FOLLOW @minnowpond
mantap... jgn lupa berkunjung ke blog saya jg
Baik bos @albertjester
mantap jiwamu,...
sukses menanti
Teori ini harus memiliki dasar dulu, yaitu pemahaman dasar dan logika kata serta bahasa. Tapi, thanks sudah berbagi.
Congratulations @yuliz! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
You got your First payout
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP