Panggung Sederhana untuk Apache13
Barangkali sudah agak berjarak, antara tulisan ini dan acara penampilan Apache13 di Yogyakarta pada 21 maret, hampir dua bulan yang lalu. Tapi, mungkin ini bisa menjadi semacam penanda, untuk menandai waktu dan salah satu peristiwa yang pernah terjadi di sini. Saya patut menulisnya, agar tidak lenyap dari ingatan. Lagi pun, ditiga hari bulan ramadhan ini, saya agak enak badan.
Memang bukan merupakan suatu peristiwa luar biasa, namun seperti halnya peristiwa lainnya, juga patut dicatat, pun karena peristiwa satu dengan yang lainnya itu memiliki keistimewaannya masing-masing. Bagi anda yang enggan membaca tulisan yang agak panjang ini, mending anda cukupkan di sini saja, daripada anda emosi dan kemudian ngeflag tulisan ini. Oke ya, bagi yang ingin membaca lebih lanjut, segera pasang sabuk pengaman. Cekipap.!
Pasca Yogyakarta
Siapa orang Aceh jaman now yang tidak kenal grub band Apache13? Salah satu band yang sekarang sedang naik tampong itu. Tidak terkecuali bagi mereka yang sedang kuliah di Yogyakarta. Namun saya pikir baik di Aceh maupun di Jogja, hanya sedikit saja yang tahu, bahwa sejumlah anak muda yang berada dalam grub ini adalah mereka yang sangat mencintai proses. Maka mereka kemudian "ada".
Misalkan saja @gulistan atau yang memiliki nama lengkap Nazar Syah Alam, sang pengemudi Apache13 yang memiliki kaki lincah itu. Ia merupakan salah seorang anak muda Aceh yang sudah melanglangbuana dalam dunia seni sejak lama. Ya, ia memang tidak lahir dalam hujan kemarin sore lalu sekejab besar ketika hujan itu reda, namun ia telah melewati ribuan mendung.
Saya sendiri mendengar nama dari anak muda satu ini sudah sejak lama, dari rekan-rekan pegiat seni di Aceh. Namun tentu saja bukan dalam dunia tarik suara, akan tetapi dalam dunia sastra dan tulis menulis. Pernah terbersit dalam benak untuk mengundangnya dalam sebuah acara seni rupa "Nuga-nuga art workshop and exibition" yang saya adakan bersama komunitas Kanot bu Banda Aceh pada tahun 2016, tapi kemudian dengan beberapa kesibukan dan persiapan acara, saya pun lupa.
Tapi sungguh tanpa disangka, rupanya kami akhirnya bertatap muka juga, untuk yang pertama sekali, kendati tidak saling banyak bicara. Itu terjadi ketika saya ditunjuk oleh bang @morengbeladro untuk menjadi humas pada acara pemutaran film layar lebar di gedung Sultan Selim II Banda Aceh, tepat ketika acara "Nuga-nuga art workshop and exibition" juga sedang berlangsung.
Saat itu, komunitas Jeuneurop yang menjadi tempat bernaungnya Nazar Syah Alam dipilih oleh yayasan Aceh Documentary untuk mempresentasikan sebuah karya film, sebagai bentuk apresiasi pada film buatan lokal dalam rangkaian acara tersebut.
Saat itulah pertama sekali saya melihat anak muda satu ini berdiri di atas panggung, walaupun saya agak sedikit heran, karena ternyata anak muda satu ini juga selain jago baca puisi dan menulis, ia juga seorang film maker. Sepertinya saya termakan kagum sejak saat itu, bahwa ada anak muda yang begitu serius berproses dalam berbagai lini untuk menemukan singgasananya, ditengah banyaknya anak muda yang hanya mengejar hasil, namun mengabaikan proses.
Dari atas panggung itu pula, saya sedikit mengetahui tentang potensi anak muda Aceh satu ini. Walaupun ketika datang giliran memberi komentar setelah presentasi usai, saya tidak banyak bicara, hanya mencoba belajar memuji saja. Maklum, saya memang amat takut dalam memberikan komentar pada orang atau karya yang belum begitu saya kenal. Apalagi itu soal film, yang tidak begitu saya kuasai seluk beluknya.
Namun demikian, bukan berarti saya bisa diam setelah usai acara presentasi film tersebut. Ketika sedang minum kopi bersama beberapa rekan lainnya saya pun berkata, bahwa Nazar Syah Alam itu lebih menonjol dalam bidang sastra, bukan film. Film bagi Nazar Syah Alam menurut saya adalah medium ungkap bahasa sastra. Itulah yang saya lihat dari salah satu film hasil garapannya bersama komunitas Jeuneurop.
Ya, waktu terus berlanjut, hingga suatu saat saya mendengar namanya melambung lewat album lagu *Bek Panik". Rupanya Nazar Syah Alam juga berkecimpung dalam dunia tarik suara. Saya bertambah kagum padanya. Bagi saya, itu sesuatu yang langka dan cenderung luar biasa. Saya yakin, untuk ini semua pasti butuh semangat yang sekuat baja, untuk terus mencoba dan berani dalam apapun.
Ya, saya pikir juga bukan tentang bakat, namun tentang tekad dan ketekunan. Seperti yang kerap diungkap melalui beberapa tulisan @gulistan pada laman Steemit ini. Orang semacam ini memang tidak sedikit saya temukan, @gulistan adalah salah satunya. Saya yakin, ia juga pasti terkejut menemukan dirinya berada di tempat semegah ini sekarang. Ya, mungkin posisi ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Tapi itu adalah sebuah kepastian yang tertunda menurut saya, ketika ia tekun berproses.
Suatu saat, ketika saya tahu bahwa @gulistan dan pasukan Apache13 sedang berada di Bandung, saya langsung berfikir untuk bisa mengajaknya ke Yogyakarta. Barangkali ia bisa menjadi contoh atas adanya kepastian hasil dari proses yang dijalani, bagi anak muda Aceh di sini. Tidak butuh waktu lama memang, untuk kami bisa menjalin komunikasi. Keinginan saya untuk menghadirkan mereka pun kemudian ditanggapi serius, hingga kita pun mengatur siasat untuk bisa bertemu kembali.
Sebuah Panggung Sederhana di Kota Istimewa
Tepat pada tanggal 20 Maret 2018, sehari sebelum acara berlangsung, Apache13 pun mendarat di asrama Aceh Sabena, salah satu asrama yang menjadi markas saya dalam beberapa tahun belakangan ini. Saya pun menyambut mereka seperti halnya saudara. Tidak ada yang istimewa. Ini hampir sama ketika saya menyambut rakan-rakan lainnya yang berasal dari manapun juga.
Saya sungguh berterimakasih pada @gulistan serta kawan-kawan lainnya, yang telah menyambut baik undangan saya untuk bisa tampil di sini, di kota yang dilabeli istimewa ini. Walaupun ucapan terimakasih saya juga tidak memadai, setelah mereka mengungkapkan bahwa kedatangannya ke kota ini juga dalam rangka mengucapkan selamat atas diwisudanya saya dari bangku pascasarjana.
Bagi saya, ini bukan suatu yang kebetulan, karena beberapa hari sebelumnya juga pasukan Kanot Bu telah membawa ucapan yang sama. Saya sungguh bangga dan beruntung, memiliki banyak sahabat seperti mereka, yang saling mensupport satu sama lainnya, baik dalam keadaan susah dan juga dalam keadaan bahagia.
Maka, seperti halnya mereka yang telah bersusah payah ke sini, saya dengan segenap pasukan Lempap pun berusaha memberikan pelayanan maksimal pada mereka, tidak terkecuali berupa panggung sederhana dan juga tempat tidur, sebagai fasilitas yang mungkin ala kadarnya. Jika sebelumnya @fooart, @zulham dan @senjajingga hanya bisa kami tampilkan di kelas Gerakan Surah Buku (GSB) saja, numun itu tidak mungkin kami berlakukan untuk @apache13, yang memiliki lebih banyak dedek gemesnya.
Singkatnya, tampilnya Apache13 dan kawan-kawan Kanot Bu di Jogja tentu saja bukan untuk merayakan lainnya, namun dalam rangka merayakan suatu proses bersama-sama. Baik itu proses kuliah saya selama 14 tahun, maupun proses berkarya sahabat saya sekalian yang juga penuh pengorbanan. Saya tidak mungkin menyamai mereka, pun begitu juga dengan mereka, yang tidak mungkin berada di posisi saya saat ini. Semua akan berdiri pada singgasananya masing-masing.
Ketika kita berada dalam dunia seni, yang saya tahu adalah tentang bagaimana saling mengapresiasi satu sama lain. Maka panggung sederhana buatan mahasiswa Aceh di Jogja adalah salah satu buktinya, atas terjadinya saling apresiasi, yaitu apresiasi dari Apache13 untuk mahasiswa Aceh di Jogja dan apresiasi dari mahasiswa Aceh di Jogja untuk Apache13. Begitupun halnya bagi yang hadir dan tampil di kelas Gerakan Surah Buku GSB) Sabena.
Selama 14 tahun di sini, memang bukan sekali dua kali saya mendatangkan seniman atau katakanlah artis Aceh untuk tampil, termasuk iuga menyediakan panggung untuk mereka. Katakanlah dalam event besar Bale Seni yang telah berlangsung beberapa kali, sejumlah seniman Aceh dari bermacam keahlian pun sudah pernah unjuk rupa bersama karyanya di sini, begitu juga berbagai ruang lain yang juga saya prakarsai.
Sebagai inisiator dan sekaligus penggerak organisasi Seniman Perantauan Atjeh (SePAt), tentu itu merupakan tugas biasa. Menghidupkan iklim apresiasi adalah utama. Karena pun, soal dunia seni Aceh memang tidak banyak yang mau peduli. Tapi percayakah anda, bahwa tanggungjawab itu tetap saya pikul dengan senang hati, karena ini adalah dunia seni, ddunia saya, dunia yang telah saya cintai selama puluhan tahun lamanya, jauh sebelum saya memilih hijrah ke Yogyakarta untuk mempelajarinya.
Akhirnya, salam apresiasi dan teruslah berproses untuk saudaraku semuanya, karena dengan itulah kita mendapat kepastian atas apa yang kita cita-citakan. Selamat menjalankan ibadah puasa.!
Top markotop aduen, cekipap saya suka kata itu , BEHAhahahahha
Hhhhhh..lon pruduek bacut, bek hn sagai, krn pun buleun puasa nyoe ka lon kurangi bacut..he
Bereh aduen, semoga lheuh uroe raya leubeh brat dari sigalom puasa... :)
Hhhhhhh..lheuh uroe raya beurtohhh..he
Pue chit dipeugah Apache13 hana ganteng.
Rupajih Groen lagoe?
Meunyo bak agam ya jelas hn gantenglah ipeugah, ci tanyong bak ureung inong ilee, na cantek?..he
Meunyoe rukok teutap payah peukap ngoen Cantek
Poklek.!
Panyang that ka tuleh malam njou ...
Panyang bacut bang @iskandarpcc, tgh stabil darah, lethat keunong ie boh timon..he
Semoga saja ada kesempatan saya untuk berjabat tangan dengan mereka... anda dan mereka memang luar biasa...
Insyaallah @ramadhan akan tiba, kita pajoh timphan bersama bang @pieasant..hee
Maka semakin menjadi-jadilah kelempapan para lempap di semesta raya Steemit ini setelah membaca ini. Ada yang kurang, sepertinya. Meja batu. Mestinya ada itu.
Saleumpap!
Hhhhh.. itu yang tidak cukup ditulis dalam bagian ini, lagipun di akhir-akhir lajang begini, sangat rentan menulis eknam..hhe
Terpana membaca tulisan panjang yang mempesona ini. Penuturan yang teratur dan membawa pembaca (khususnya saya) ke dalam proses yang telah dijalani oleh @gulistan dan pasukannya hingga ke singgasana terkini.
Keren tulisannya, Bang. Dan nanti, setelah bulan puasa, apakah taburan kata-kata khusus yang saat nyoe hana deuh lee, akan di woe bak sot lom? Haha.
Hhhhhh..Trimakasih kak @alaikaabdullah,.he.
Nyoe tulisan edisi ramadhan, jadi agak relijius bacut, hn tateupue lheuh ramadhan, puekeuh emosi teuh mantong stabil lheuh proses puasa,.hhe
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by Kitablempap from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Nyan mantap aduen meutuah... Semoga sukses
Comment removed