Dari Damai ke proyek:potret keamanan Aceh
Saya akan melanjutkan mereview buku Acehnologi volume 4, kali ini pada bab 41 mengenai Dari damai ke proyek: potret keamanan Aceh .
Pada bab ini dijelaskan bagaimana situasi perdamaian yang terjadi setelah konflik ,namun setelah penandatangan Mou Helsinki pada tanggal 5 agustus 2005 anggota GAM berubah nasib yang sebelum nya tidak memiliki apa-apa sekarang mereka telah memiliki rumah dan kendaraaan yang cukup mewah. Bantuan pun berdatangan setelah tragedi tsunami dan penandatangan perdamaian MoU Helsinki sehingga pada tahun 2009 aceh kehidupan aceh berubah total.dan selama konflik target yang di bunuh oleh GAM adalah bedasarkan garis suku,bukan karena agama. Kombatan gam tersebut mengalami pembaruan di dalam masyarakat,tetapi dalam kehidupan sosial,politik. Dan keinginan kombatan gam tersebut membuahkan hasil mereka berhasil mendirikan partai lokal yang dikenal dengan PA (partai aceh).partai ini diketuai oleh mantan pemegang komando tertinggi GAM yakni Muzakir Manaf.
Situasi tersebut memberikan kesempatan bagi anggota GAM untuk terjun langsung ke roda pemerintahan, mereka di dibolehkan untuk menjabat menjadi guberbur,bupati, wali kota maupun anggota legislatif .namun masalah lain datang dengan didirikan lembaga wali nanggroe atau kepala negara yang diarahkan dari lembaga adat istiadat dan wali nanggroe tersebut bertanggung jawab dalam memelihara ,melindungi, dan melestarikan kehidupan adat dan budaya masyarakat aceh.