ACEHNOLOGI ''JEJAK SPIRIT ACEH'' (VOLUME III:Bab 23)
pada bab ini membahasa tentang spirit orang Aceh yang seolah-olah telah tenggelam ditelan masa. Walaupun, pada daratan fenomena, pusat-pusat yang memberikan kekuatan spirit tersebut masih dapat dilihat secara real, missal ketika ada seseorang yang jatuh atau tertimpa masalah secara mendadak , maka orang Aceh kan mengatakan krue semangat, istilah krue adalah istilah yang abstark. Bagi petani, istilah ini mengacu kepada angin. Bagi yang memberikan seumangat,istilah krue memberikan kembali kekuatanuntuk hidup dengan penuh semangat. Ternyata, spirit Aceh memberikan tatanan dalam kehidupan masayarakat Aceh dengan lebih tekontrol. Bahkan jejak pejuang Aceh dan budaya Aceh mampu menjadi semangat, semangat menjadi kata kunci bagaimana orang Aceh mensinergikan nilai-nilai perjuangan dan kebudayaan. Contoh, ketika Aceh melawan belanda, para ulama mengambil perang sabil sebagai spirit perjuangan, saat itu, siapapun yang dibacakan atau mendengarkan hikayatperang sabil, maka semangat pejuang Aceh akan menggelora dalam tubuh mereka.
Jadi tokoh spiritual Aceh masih terletak di ulama karena sampai saat ini dayahtetap menjadi tempat peleburan antara masyarakat dan intelektual, hilangnya otoritas kesulthanan di Aceh telah menyebabkan hilangnya spirit kekuasaan di Aceh, upaya untuk mengambil spirit ini pernah dilakukan oleh Tgk. Hasan di Tiro sejak tahun 1976. Dia selalu merujuk pada sejatrah Aceh sebagai bagian dari upaya membangkitkan spirit perjuangan, namun posiisi ulama sendiri tidak begitu jelas, sehingga sejak konflik mulai tahun 1976 sampai 2005, perjuangan Tgk. Hasan di Tiro dianggan sebagai ‘’separatis’’oleh pemerintah Indonesia, spirit di Aceh hilang dan sudah tidak teratur lagi tatalaksananya.