Negeri Agraris, Beton Raksasa dan Tanah

in #aceh7 years ago (edited)

Lagi dan lagi kumenggambar dalam tulisan, untuk negeri agraris yang tak beragraria ini. Dan lagi-lagi kita harus belajar pada sejarah, bahwa tanah itu abadi dan uang itu tidak, dan sejak dahulu kala pada masa pra aksara manusia bertahan hidup dengan tanah, bukan beton-beton yang sekarang mampu mencakar langit, ntah mereka orang yang tidak belajar sejarah atau tidak menghargai gaya hidup moyangnya, dan selayaknya kita mempraktikkan demokrasi tanah "dari tanah, oleh tanah, untuk tanah". Aneh bin ajaib jika di negeri agraris tapi hektaran produktif yang mampu menghidupi satu kabupaten malah disulap menjadi bandara skala internasional dan akan menyusul hotel, monorail, jalan tol, rumah makan mewah dan sejenisnya, ayolah belajar logika. Bangsa yang besar adalah bangsa yang merawat tanahnya seperti merawat anaknya sendiri, jika dahulu tanah itu merupakan alat sosial yang memiliki nilai gotong royong, sekarang tanah sebagai alat tukar dan memiliki nilai harga yang berbeda-beda di tiap daerah, sungguh itulah bangsa yang kualat terhadap moyangnya. Ambillah secukupnya apa yang alam berikan, kelolalah apa yang alam sediakan secukupnya, dan jangan berlebihan. Kuncinya adalah kata "secukupnya" ini, yang mampu mengorganisir pertanahan. Daulat Tani !IMG-20180311-WA0007.jpg