Sejarah kopi khas Aceh
Kenikmatan Citarasa Kopi AcehBy lintaskopi / Category Artikel / May 16, 2017
Kebiasaan ngopi bagi masyarakat Aceh tentunya telah mendarah daging sejak zaman dahulu. Dimana di propinsi Aceh ini memang disetiap sudut terdapat warung kopi yang penuh dengan pengunjung yang menikmati kopi khas aceh yang disajikan dengan cara yang lain. Kebiasaan ngopi tentunya telah menjadi hasil budaya bagi masyarakat aceh.
Dimana disetiap waktu banyak masyarakat yang berkumpul mengobrol atau berdiskusi sambil menikmati kelezatan Kopi Aceh yang memiliki banyak jenisnya. Disisi lain ngopi di warung kopi bagi masyarakat tentunya telah menjadi simbol kebutuhan dan juga bisa memaknai tatanan sosial yang anda. Terlepas dari hal itu, Kopi Aceh memang memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan kopi jenis lainnya. Hingga terdapat pernyataan yang mengungkapkan belum pernah ke Aceh kalau belum mencoba kopi khas aceh tersebut.
Sejarah Kopi Aceh
Kopi bisa sampai di kawasan Serambi Mekah tersebut, merupakan peran serta dari belanda yang saat itu tengah menjajah di Indonesia. Belanda masuk ke Indonesia melalui Jakarta, kemudian membawa kopi tersebut ke Aceh pada awal abad 20. Dimana di Aceh tersebut belanda menemukan sebuah daratan yang luas dan tinggi yang dikenal dengan Daratan Tinggi Gayo yang terletak di pusat wilayah Aceh. Seperti yang diketahui bahwa terdapat riset yang menyatakan wilayah dataran tinggi memang sebagai lokasi yang paling cocok untuk pembudidayaan kopi dengan jenis tertentu. Sehingga di dataran tinggi Gayo tersebut pemerintah membangun perkebunan kopi pertama yang bernama Belang Gele. Dengan diketahuinya nilai jual kopi yang cukup tinggi, saat itu juga bermunculan di beberapa lokasi di Daratan Tinggi Gayo beberapa perkebunan kopi berskala kecil.
Daratan Tinggi Gayo sempat menjadi penghasil kopi yang cukup diperhitungkan, namun setelah belanda hengkang, aset dan perkebunan kopi di Daratan Tinggi Gayo menjadi tidak begitu terurus. Dimana, perkebunan kopi tersebut dibagikan ke masyarakat setempat bukannya dibagikan ke pemerintahan. Tepatnya perkebunan dan pabrik Kopi Aceh tersebut diberikan kepada perwira militer asal Gayo yang bernama Ilyas Leube yang memiliki jasa dalam perang Medan Area. Oleh Ilyas Leubee, perkebunan tersebut tidak hanya dijadikan milikinya sendiri namun dibagikan kepada masyarakat sekitar yang tidak melanjutkan pengelolaan kebun itu. Itulah penyebab mengapa pabrik peninggalan Belanda tersebut menjadi terbengkalai.
Setelah mendapati kenyataan bahwa tanaman Kopi Aceh cukup menguntungkan, barulah para petani kopi mulai menanami lahan-lahan perkebunan dengan tanaman kopi. Dimana perkebunan kopi di Daratan Tinggi Gayo tersebut dikelola oleh petani individual yang memiliki lahan maksimum hanya 2 hektar. Dengan jumlah total perkebunan kopi pada saat itu mencapai 90 hektar. Di Daratan Tinggi Gayo pun ketinggiannya cukup beragam, dengan jenis dan karakter tanah yang berbeda-beda juga. Seperti di beberapa wilayah diantaranya Lukup Sabun, Bandar Lampahan, Simpang Balik dan Bener Meriah merupakan perkebunan dengan jenis tanah vulkanis dengan ketinggian 1500 mdpl. Sedangkan di Jagong Jeget, Batu Lintang merupakan perkebunan yang tanahnya bukan tanah vulkanis dengan ketinggian 700 mdpl. Dengan adanya keragaman jenis dan ketinggian tanah untuk dijadikan perkebunan juga menjadi penentu hasil kopi yang ditanam. Apalagi varietas kopi yang ditanam pun beragam mulai dari Bourbon hingga catimor dan masih banyak lagi. Hal tersebut lah yang menjadikan Kopi Aceh menjadi memiliki citarasa yang istimewa yang tidak ditemukan di wilayah lainnya.
Ragam Kopi Aceh
Salah satu jenis Kopi Aceh yang digemari adalah kopi ulee kareeng. Dimana sebenarnya nama Ulee Kareeng merupakan salah satu kecamatan Di Banda Aceh. Biji kopi Ulee Kareeng merupakan hasil dari biji kopi pilihan dengan kualitas yang tinggi berasal dari Lamno kabupaten Aceh jaya. Salah satu karakteristik kopi Ulee Kareeng ini dibandingkan kopi jenis lainnya adalah warna kopi ini sangat pekat dan juga memiliki aroma yang dikenal cukup melegenda di Aceh. Untuk mendapatkan kualitas dan cita rasa yang diinginkan, biji Kopi Aceh ule kareeng ini harus diolah melalui proses yang penjang. Dimulai dari proses pengovenan selama 4 jam untuk mendapatkan tingkat kematangan 80 %. Kemudian dicampur dengan gula dan mentega dengan porsi tertentu dan selanjutnya digiling hingga halus untuk membangkitkan aroma Kopi Aceh yang kuat namun tidak asam.
Selain itu Kopi Aceh juga banyak digemari pada jenis kopi Arabika. Kopi Arabika jenis ini memang banyak ditanam di Daratan Tinggi Gayo di Aceh yang memiliki ketinggian diantara 700 hingga 1700 mdpl. Tidak hanya itu syarat tumbuh kopi Arabika dikawasan dengan suhu 16 hingga 20 derajat celcius. Selain itu wilayah perkebunan kopi juga harus beriklim kering selama 3 bulan berturut-turut. Salah satu varietas kopi arabika di aceh yang digemari adalah kopi arabika gayo yang telah mendunia citarasanya.
Terdapat beberapa ciri-ciri Kopi Aceh arabika. Pertama aroma kopi arabika memiliki wangi yang sedap mirip percampuran bunga dan buah. Dinilai dari segi rasa, kopi arabika memiliki rasa asam yang tidak dimiliki kopi jenis robusta. Citarasa kopi arabika lebih mild dan halus terdapat sedikit rasa pahit. Dari segi penanamannya, pohon kopi arabica ini memang membutuhkan perawatan yang lebih dibandingkan jenis kopi lainnya. dimana kopi ini cukup rentan dengan beberapa jenis penyakit karat daun. Selain itu pohon kopi arabika juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses berbunga hingga menghasilkan buah yaitu dengan jangka waktu 9 bulan. Disisi lain jumlah biji kopi yang dihasilkan pun cukup rendah dibandingkan jenis kopi robusta.
Kopi Aceh yang banyak digemari juga dihasilkan dari jenis kopi robusta. Mengingat wilayah di Aceh tidak semuanya merupakan kawasan dataran tinggi. Dimana daratan rendah merupakan perkebunan yang tidak cocok ditanami jenis kopi arabika melainkan kopi robusta. Jenis kopi robusta tersebut tumbuh dengan baik dengan ketinggian 400 hingga 7000 mdpl. Selain itu temperaturnya harus sekitar 21 hingga 24 derajat celcius. Kawasan yang cocok untuk perkebunan kopi robusta di wilayah aceh meliputi kawasan kabupaten Pidie yaitu salah satunya di wilayah Tangse, Geumpang dan Aceh barat.
Ciri-ciri kopi robusta bisa diklasifikasikan dengan citarasa kopi yang mirip dengan coklat. Selain itu bau yang dihasilkan dari kopi robusta ini sangat khas dan manis. Warna kopi robusta ini cukup bervariasi tergantung dengan cara proses pengolahannya. Dari segi tekstur, kopi robusta ini memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan kopi arabika. Ciri-ciri penanaman pohon kopi robusta ini biasanya memang lebih rentan diserang serangga. Hasil biji kopi yang dihasilkan pun juga lebih tinggi dengan masa proses berbunga dan berbuah membutuhkan waktu 10 hingga 11 bulan.
Cara Penyajian Kopi Aceh
Dalam penyajian Kopi Aceh terdapat beberapa hal yang perlu diperhitungkan untuk mendapatkan kopi dengan citarasa yang nikmat. Dimana hal pertama adalah pemilihan kopi bubuk. Terdapat beberapa jenis kopi yang bisa dipilih mulai dari jenis kopi arabika, kopi arabika gayo, kopi robusta, ataupun kopi ule kareng dan masih banyak lagi jenisnya. Selain itu suhu air panas yang digunakan juga bisa menentukan citarasa dari sebuah kopi. Dimana suhu panas yang ideal untuk menyeduh kopi adalah air dengan suhu 90 derajat celcius hingga 95 derajat celcius. Selain bubuk kopi dan suhu air panas, campuran gula juga bisa menentukan aroma dan citarasa yang muncul pada kopi tersebut. Namun untuk campuran gula ini tentunya bergantung pada selera setiap penikmat kopi.
Cara pembuatan Kopi Aceh memang tergolong unik dan berbeda dengan kopi didaerah lainnya. dimana pertama-tama kopi diseduh dengan menggunakan air yang memiliki suhu tertentu, namun ada pula yang menyeduh kopi dengan menjaga air tetap mendidih. Selanjutnya seduhan kopi yang telah didiamkan beberapa saat disaring berulang kali dengan saringan yang terbuat dari kain. Pada proses inilah akan tercipta rasa dan aroma yang khas pada Kopi Aceh. Dimana kopi yang diseduh tersebut dituangkan ke ceret yang satu ke ceret yang lain sambil disaring hingga beberapa kali. Dengan demikian hasil yang didapatkan adalah kopi yang sangat pekat, harum dan bersih tanpa tersisa bubuk kopi. Hingga saat ini telah banyak warung kopi mudah ditemukan di Aceh, mulai warung kopi modern ataupun warung kopi yang masih menjaga keaslian sejak zaman dahulu.
Oooman trep that Hana lupah keunan lee