Istri Bang Napi
Sosok yang ngehits di layar kaca beberapa tahun silam, yang punya jargon khusus : “ ingat, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan! Waspadalah... Waspadalah!” sering saya tonton di televisi. Tapi di dunia nyata, sama sekali tidak pernah terbayangkan untuk menjadi istri bang napi dengan artian sebenar-benarnya. Menjadi istri seorang narapidana yang menunggu suaminya bertahun-tahun. Tapi nyatanya sekarang itu benar terjadi.
Mungkin ketika orang-orang membaca tulisan ini akan bertanya kenapa itu bisa terjadi? Dan kenapa suami saya harus menjalani hukuman ini bertahun tahun lamanya?
Saya di sini tidak akan menjelaskannya secara detail. Kalau mau detail, mungkin orang-orang yang mengenal saya di Aceh atau di Bogor bisa menanyakannya dengan saya secara langsung. Saya akan dengan senang hati menjelaskan. Saya tak pernah malu kasus ini saya bicarakan kepada orang lain di sekitar saya, karena sejatinya saya tidak malu akan keputusan yang kami ambil sehingga pada akhirnya kami harus menjalani cobaan ini.
Kami malah bersyukur kami diberi ujian ini. Kami bersyukur Alloh selalu membersamai kami. Itu sudah lebih dari cukup untuk bisa memaknai kebersyukuran hidup ini.
Ketimbang terus menyalahkan diri dan keadaan, kenapa kami memberikan kepercayaan kepada orang yang salah.
Kembali lagi kepada status istri narapidana yang sekarang saya sandang. Banyak dari istri narapidana yang saya jumpai di dua lapas dimana suami saya pernah menjalani hukuman. Saya melihat beberapa dari mereka pasrah dengan keadaan, bingung bagaiamana menjalani kehidupan dengan menjadi single fighter karena keadaaan. Saya ingin menyikapi itu dengan cara berbeda.
Saya juga mencoba untuk mencari blog atau situs tentang istri narapidana, tapi yang membahas itu masih sedikit sekali. Oleh karena itu saya berfikir saya harus menuliskannya, menebar manfaat untuk sesama.
Mungkin beberapa postingan saya di steemit ini nantinya akan berkaitan dengan keseharian saya yang berkaitan dengan napi dan penjara juga kehidupan kami. Tapi yang pasti satu dari semua itu saya ingin memaknai bahwa tak ada alasan untuk seorang istri narapidana untuk tidak berkarya walalupun beban kami lebih berat dari biasanya.
“Membalas pahitnya kehidupan adalah dengan berkarya dalam kehidupan, berterima kasih akan kehidupan”
Selamat berkarya para steemian.