Pengorbanan seorang suami untuk istrinya yang sedang mengandung buah hati mereka

Suamiku...
6 tahun aku sudah mengenalmu sebelum kita mutusin untuk hidup bersama seperti sekarang ini. Tapi aku baru mengenal sosok kamu yang sebenarnya pada masa-masa aku hamidah.
Kamu yang begitu sabar menghadapi tingkahku yang alay subhanallah pada trismester pertama kehamilan ( mungkin beberapa dari kalian sudah tahu alay yang aku maksud disini seperti apa dan bagaimana).

Kamu yang setia menyirami muntah aku yang berserakan dikamar mandi.
Kamu yang bela-belain keluar jam 2 malam cuma buat beliin aku minuman Frestea Apel, tpi yang kebeli adalah Fruittea dan aku gak mau minum karena salah beli ( trismester pertama kehamilan aku gak bisa minum air mineral).
Kamu yang gak pernah marah karna aku gak pintar dan jarang masak, malah kamu mau turun ke dapur buat masak sama-sama.
Kamu yang selalu senyum saat aku ngomel-ngomel gak jelas dan gak mau dekat-dekat sama kamu padahal aku tau kamu pasti dongkol banget sama tingkahku ( gak sanggup nyium bau parfum, handbody n deodorant yg dipakai).
Kamu yang mau potongin kuku kaki aku saat trismester kedua karna aku uda susah buat nunduk.

Kamu yang bela-belain bolak balik Banda Aceh-Bireun buat jengukin n nemenin aku.
Kamu yang setia elusin perut aku waktu Aakash masi joget-joget brutal di dalam sana sampai kamu tertidur.
Kamu juga yang paling bahagia dan senyum sumbringah saat ngapusin air mata aku saat Aakash lahir, seolah semua sabar dan pengorbananmu selama ini terbayarkan.

Suamiku....
Semoga semua lelah, keringat, pengorbanan, beban dan sabarmu menjadi ladang pahala bagimu untuk mendapatkan surgaNYA nanti.
Makasi telah menyayangiku sebegininya. Semoga cintamu terhadapku dan anak kita gak pernah berubah.