SLC-S24/W3 - Powerful Debate | Love & Arguments

IMG-20250510-WA0000.jpg

div.png

SLC-S24/W3 - Powerful Debate | Love & Arguments :

Saya ingin berpartisipasi pada kontes SLC-Season 24, Week #3 yang bertemakan Powerful Debate, dan mengajak @ridwant, @suryati1 dan @bahrol untuk ikut serta.

Topik pada Minggu ke-3 ini sangat menarik untuk diperbincangkan, karena banyak kegagalan dari sebuah rumah tangga terjadi pada aspek ini dimana sumber keributan dan memburuknya sebuah hubungan itu bisa dipicu oleh faktor anak.

Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa ikatan pernikahan itu mempertemukan dua insan yang memiliki perbedaan satu dengan lainnya, dimana keduanya memiliki tujuan yang luhur untuk membentuk sebuah keluarga yang nantinya akan dilengkapi dengan hadirnya anak-anak, sang buah hati.

Sebuah rumah tangga akan dikategorikan sebagai keluarga yang sukses, bila anak-anak mereka tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai harapan dan menjadi orang yang berguna bagi orang banyak.

Agar seorang anak menjadi sukses dimasa depannya tentu harus melalui sebuah proses panjang sejak mereka dilahirkan, kemudian tumbuh dan berkembang, menjalani proses belajar (formal dan informal) dan akhirnya hidup secara mandiri.

Bahkan dalam perspektif agama (islam), pendidikan untuk membentuk sebuah generasi itu dimulai saat kedua orang tuanya menikah dan mengandung calon bayi, dimana perilaku baik dari kedua orang tua akan berpengaruh kepada janin yang dikandung oleh seorang ibu.

Among the mixed reactions of parents, is it only the mother's responsibility to educate the child? The father has no responsibility, and if the fathers avoid responsibility in this regard, So what kind of mentality can be developed towards those children?

IMG20250421192315.jpg

Saya dan anak perempuan kami

Lalu siapa yang berperan dan bertanggung jawab terhadap pendidikan seorang anak?

Bagi saya, pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama, baik ibu maupun ayah dari seorang anak, yang pada dasarnya anak itu dilahirkan dalam keadaan suci seperti halnya secarik kertas putih. Ayah dan ibunya lah yang akan menulis di kertas yang putih itu.

Artinya, peran kedua orang tuanya akan menentukan bagaimana anak-anak itu kelak. Baik dalam aspek karakter (moral dan etika) maupun kapasitas serta kapabilitasnya.

Apapun profesi dari kedua orang tua, mereka harus berperan aktif dalam mendidik anak, tentu dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada. Tetapi pada prinsipnya keduanya harus ikut mendidik dan membentuk karakter si anak sejak usia dini.

Penyesuaian ini termasuk beberapa aspek yang akan diajarkan dan biasakan kepada anak. Misalnya seorang ayah akan lebih mengambil peran dalam mendidik seorang anak dengan keterampilan tertentu yang nantinya akan berguna di masa depan anak-anak.

Seorang ayah juga bisa berperan dalam bermacam aspek, termasuk memberikan contoh dan tauladan sehingga hal itu akan menjadi panutan bagi si anak, dan anak akan memiliki karakter dan sifat seperti kedua orangtuanya.

Begitu pula dengan peran ibu dalam membentuk karakter si anak di masa depan. Karena mendidik secara tidak langsung biasanya akan lebih mudah dicerna dan diadopsi oleh seorang anak, dibandingkan dengan hanya berupa perintah dan larangan-larangan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.

Bagaimana tindak tanduk dari seorang ayah dan ibu akan dicontoh oleh si anak yang akan membentuk karakternya. Misalnya bila sehari-harinya seorang ayah memperlakukan istrinya dengan baik, lembut dan penuh kasih sayang, maka anak akan mencontoh prilaku tersebut dan nantinya si anak akan menjadi pribadi yang penuh kasih sayang dan menghormati perempuan dan juga orang lain.

Begitu pula bila kondisi sebaliknya. Bila sehari-harinya anak melihat tindak tanduk kedua orang tuanya yang negatif, kasar, tidak menghargai orang lain, maka si anak akan tumbuh menjadi pribadi yang negatif pula.

Untuk itu, baik ayah maupun ibu harus sama-sama berperan dalam mendidik anak mereka, agar nantinya si anak tumbuh menjadi pribadi yang positif dan sukses di masa depan mereka.


Where the responsibility of the family's success lies with the father and the father has to earn an income to handle all the details of the family, due to which the father cannot give enough time to the family and his child, is it right? Or if the father cannot take the responsibility of his child's education while earning money, is it right? What do you mean by that?

Secara umum memang seorang ayah memiliki tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya, yang dalam hal ini menyangkut kebutuhan primer, sekunder maupun tersier sehingga seorang ayah biasanya selalu sibuk bekerja untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Tetapi bukan berarti seorang ayah tidak berperan dalam pendidikan seorang anak. Seorang ayah harus mendedikasikan sebagian waktunya dalam mendidik anak-anaknya.

Dan ini adalah kolaborasi antara seorang ayah dengan seorang ibu, yang disesuaikan dengan kondisi keluarga tersebut.

Sebagai contoh, saya ikut mengambil peran dalam mendidik anak-anak kami, meskipun sehari-harinya saya bekerja di pemerintahan sebagai dokter hewan dengan kegiatan yang cukup padat.

Saya selalu mendiskusikan pendidikan anak dengan istri dalam hal mengambil peran dan juga mengurus anak-anak kami, seperti halnya bila ada acara di sekolah anak yang tidak bisa saya hadiri, maka istri saya akan mengambil peran itu dan menggantikan saya.

IMG-20250510-WA0000.jpg

Istri saya menemani anak laki-laki kami di acara wisuda

Begitu pula dengan hal lainnya, yang pada intinya seorang ayah maupun ibu sama-sama memiliki tanggung jawab dalam pendidikan seorang anak, apapun pekerjaan mereka.

Menurut saya, tidak beralasan bila karena sibuk mencari uang maka seorang ayah tidak bisa berperan dalam mendidik anak-anak. Yang dibutuhkan adalah kesadaran bersama untuk mendidik anak-anak, yang tentunya bisa disesuaikan dan didiskusikan bersama agar anak mendapatkan haknya yaitu pendidikan dari orang tua mereka.


What is the most important thing in a child's education? Both parents should provide them with good education and study on time. In this case, can the child's education and progress improve? Or if the father does not pay attention to education, can the child achieve much more success in education only through the mother's education?

IMG20250430123207.jpg

Saya dan anak perempuan saya makan siang di kebun

Seperti yang saya utarakan diatas, bahwa seorang ayah dan ibu harus berperan dalam pendidikan anak. Tidak boleh ada pihak (ayah atau ibu) yang menyerahkan tanggung jawab pendidikan seorang anak kepada pihak yang lain.

Mereka harus sama-sama bertanggung jawab dalam hal ini. Dan bila ada ketimpangan, maka pendidikan seorang anak akan tidak sempurna, dan akan mempengaruhi masa depan anak-anak tersebut.

Dengan dua karakter yang berbeda dari kedua orang tuanya, akan menjadi kombinasi yang sempurna bagi pendidikan seorang anak. Karena secara alamiah seorang perempuan (ibu) memiliki karakter dan sifat yang khas yang bisa diturunkan dan dicontohkan kepada si anak, begitu pula dengan seorang laki-laki (ayah) yang juga memiliki karakter dan sifat yang khas yang juga menjadi contoh tauladan bagi si anak.

Kesimpulannya, bila kita menginginkan anak-anak kita menjadi pribadi yang positif dan sukses, maka seorang ayah dan ibu harus sama-sama bertanggung jawab dan berperan dalam mendidik anak-anak mereka.

Sekian postingan ku kali ini. Stay healthy and Fun.....Ciao...!

Regards

@alee75

📚Jalaluddin Rumi : Ciptakanlah keindahan di dalam hati Anda, dan keindahan di sekitar Anda akan mengikuti.💝

We invite you to support @pennsif.witness for growth across the whole platform through robust communication at all levels and targeted high-yield developments with the resources available.
Click Here
Sort:  

Benar! mendidik anak adalah tanggungjawab bersama meskipun kenyataannya Ibu lebih dominan, dalam artian bukan atas dorongan atau paksaan seorang suami, melainkan karena ibu sebagai pemilik rumah dan selalu dekat dengan anak-anak. Namun ada faktor lain dimana kondisi kedua orang tua dengan profesi mereka yang benar-benar sulit untuk memberi perhatian lebih terhadap pendidikan anak-anak mereka.

Ada fakta menarik yang sulit diterima, dimana ibu dan ayah dengan profesi sebagai guru tidak menjamin dapat mendidik anak-anak mereka tumbuh dengan baik dan sukses dengan pendidikan mereka.

Tanpa kedua orang tua atau "ada" tapi keduanya berprofesi sebagai tentara atau orang penting yang disibukkan dengan tugas dan pekerjaan mereka akan berdampak negatif pada pertumbuhan mental dan psikologis anak, secara umum permasalahan ini telah menjadi catatan merah sebagai imbas dari gaya hidup sebuah rumah tangga.

Meskipun solusi begitu banyak, namun melibatkan pihak ketiga untuk pendidikan anak-anak tidak efektif karena hubungan emosional orang tua dan anak lebih berperan membentuk karakter dan mentalitas seorang anak ketimbang orang lain atau lembaga. Faktor lain mungkin dipengaruhi oleh usia seorang anak, jika mereka mulai dewasa tentu orang tua tidak perlu terlalu khawatir tentang hal ini.

Mohon diperbaiki jika komentar sederhana ini keliru, Semoga sukses selalu pak @alee75

Tepat sekali bang. Memang realitasnya seperti itu. Tidak semua keluarga punya masalah dan kondisi yang sama, sehingga solusinya juga beragam.
Secara umum memang kita sebagai ayah masih bisa berperan dalam mendidik anak-anak, walaupun tentu ada perbedaan porsi seperti yang bang ridwant sebutkan diatas, dengan catatan seorang ayah benar-benar menyadari pentingnya kehadiran seorang ayah dalam mendidik anak-anaknya.
Seorang ayah yang menyadari hal itu, akan berusaha melakukannya dan akan menjadikannya sebagai prioritas. Misalnya ia akan lebih memilih mendampingi si anak dibandingkan dengan nongkrong di cafe setiap hari, dan kegiatan lain yang bersifat kurang penting.

Tetapi pada kasus-kasus tertentu memang seorang ayah tidak bisa sama sekali berperan dalam mendidik anak-anaknya, seperti halnya anggota TNI/Polri yang sedang berdinas dan jauh dari keluarganya atau seorang ayah yang berada di perantauan, atau orang yang berprofesi khusus lainnya yang tidak memungkinkannya untuk mendidik anak-anak mereka.
Fenomena pasangan yang notabene adalah seorang guru tetapi tidak bisa mendidik anak-anaknya juga banyak kita temui dalam masyarakat kita.
Di daerah kami ada seorang guru bahkan kepala sekolah tetapi anak-anaknya tidak bisa terdidik dengan baik. Ada yang terlibat narkoba, kenakalan remaja dan juga sekolahnya tidak benar. Jadi itu bukan sebuah jaminan.

Memang ada kecenderungan dari sebagian orangtua untuk menggunakan jasa orang ketiga dalam mendidik si anak. Tetapi seharusnya itu pada hal-hal atau bidang yang orang tua tersebut tidak punya kapasitas. Misalnya guru ngaji dan keahlian lainnya.
Hal itu tidak begitu bermasalah seandainya kita tetap mendampingi si anak, walaupun kita di bantu oleh orang ketiga.

Btw, asumsi bahwa anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya dan anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya sepertinya betul. Minimal itu yang terjadi dalam keluarga kami...☺️

Terima kasih bang ridwant untuk diskusi yang produktif ini. Semoga ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita dalam mendidik anak-anak kita dan menjaga keutuhan serta keharmonisan keluarga kita.

Ya pak Alee! Saya pribadi termasuk dalam daftar Wasting Time meskipun untuk alasan bercocok tanam di Steemit, namun dalam konteks ini tetap saja tidak produktif jika memaknai tujuan dan misi utama seorang pemimpin rumah tangga yakni memberi perhatian penuh dan meluangkan banyak waktu untuk mendidik anak-anak dan membekali mereka dengan contoh yang baik.

Saya juga memiliki seorang putri, dan benar seperti Pak Alee sampaikan bahwa anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya ketimbang anak lelaki. Baginya ayah adalah laki-laki pertama dalam hidupnya dan ia ingin mendapatkan cinta dan kasih sayang dari sang ayah melebihi dari yang didapatkan oleh ibunya.

Sama sama pak Alee. Diskusi adalah upgrade pengetahuan sehingga kita mendapatkan hal-hal baru yang bermanfaat dan saling berbagi dengan yang lainnya..

Kalheh wisuda sare si Abang ehm, semoga sukses selalu kedepannya

Alhamdulillah. Nyo Ka lulus di FKIP Unsyiah dan Baro selesai bayar UKT Baroe...

Bereh nyan, semoga lancar FKIP Pue icok lutfi

FKIP sejarah.

Loading...