Malam Mingguan dan Semangkun Ramyeon
BIASANYA jika malam Minggu, saya dan istri memilih kafe yang ada makanan serta pilihan kopi yang enak. Tapi kali ini, kami berdua ingin mendapatkan suasana malam minggu yang berbeda. Suasana yang lebih hangat dengan jian menu makanan Korea.
Pada malam yang tenang dan menyenangkan itu, saya dan istri memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di salah satu restoran Korea yang ternyata sudah lama hadir di Kota Lhokseumawe. Restoran ini karanta sudah ada sejak tahun 2021. Tapi kami baru tau. Jadi sebuah keputusan sederhana, namun bermakna besar karena memberi ruang bagi kami untuk menikmati makanan Ramyeon sembari saling bercerita, tertawa.
Restoran ini cukup strategis, tidak jauh dari pusat kota. Desain interiornya modern namun tetap menyuguhkan nuansa hangat dan bersahaja. Begitu masuk, kami langsung disambut oleh aroma khas masakan Korea yang menguar dari dapur terbuka di sudut ruangan. Lampu-lampu gantung yang tergantung dari langit-langit tinggi memberikan pencahayaan lembut, menciptakan suasana nyaman dan intim. Di sisi kaca besar restoran, terpampang jelas logo Alfamart yang menyala terang, seolah menjadi saksi bisu atas malam sederhana kami.
Saya memilih duduk di meja dekat dinding, tempat yang cukup tenang namun tetap memberikan pandangan luas ke seluruh ruangan. Di sekeliling kami, beberapa pengunjung lain tampak menikmati hidangan mereka sambil berbincang hangat. Beberapa wanita muda duduk di meja sebelah, mengenakan hijab dan berbagi cerita sambil sesekali tertawa kecil. Suasana keseluruhan sangat bersahabat, seperti mengajak siapa pun yang datang untuk merasa nyaman dan betah berlama-lama.
Saya memesan Ramyeon, mi kuah khas Korea yang selalu berhasil menggugah selera. Kuahnya hangat dan kaya rasa, berpadu dengan potongan daging dan sayuran segar yang menggoda. Setiap suapan membawa kenangan akan drama-drama Korea yang sering kami tonton bersama di rumah. Rasanya seperti membawa potongan kecil dari Negeri Ginseng itu langsung ke meja makan kami malam itu.
Istri saya pun menikmati makanannya dengan wajah berseri. Kami saling bertukar cerita, tentang hari-hari yang telah kami lewati, tentang anak-anak kami, dan tentang harapan di masa depan. Obrolan yang sederhana, tapi justru di situlah letak keindahannya. Tidak perlu mewah atau luar biasa, yang penting adalah kebersamaan dan keikhlasan untuk hadir sepenuhnya satu sama lain.
Salah satu momen yang paling saya ingat adalah ketika istri saya tertawa lepas karena lelucon kecil yang saya lontarkan. Tawanya yang tulus dan hangat mengingatkan saya akan awal mula perjalanan kami bersama. Saya menyadari bahwa waktu yang kami habiskan bersama malam itu bukan sekadar makan malam biasa, tapi sebuah pengingat akan pentingnya menjaga kebersamaan dalam rumah tangga.
Saya sempat meminta pelayan restoran untuk memotret saya sebagai kenang-kenangan. Dalam foto itu, saya duduk dengan senyum hangat, mengenakan kaus polo biru bertuliskan "HUGO", dengan semangkuk Ramyeon yang hampir habis di depan saya. Di latar belakang, suasana restoran yang hidup dan penuh tawa terekam jelas. Foto itu menjadi saksi bisu dari malam yang sederhana, namun penuh makna.
Malam itu, kami pulang dengan hati yang hangat dan pikiran yang lebih ringan. Tidak ada hal besar yang terjadi, tapi justru dalam kesederhanaan itulah kami menemukan kembali arti dari sebuah hubungan: saling hadir, saling mendengarkan, dan saling mencintai. Sebuah malam minggu yang akan selalu saya kenang sebagai salah satu momen paling indah dalam perjalanan hidup saya bersama istri tercinta.