@BEBALEN-(GAYO READ-RUMAH TEMPAT BERTEDUH)-@UMAH PITU RUANG
Fakta sejarah memang hampir disetiap daerah di nusantara, bahwa sesuatu hal yang dari dulunya sudah menjadi peninggalan leluhur berupa seni kah itu, seperti seni musik, tarian, kerajinan dsb...seakan di era modern saat ini itu semua akan lenyap pula seiring munculnya pola dan gaya hidup baru bagi semua manusia yang ada di muka bumi ini.
Mereka seakan tidak mau tau bagaimana memaknai suatu sejarah atau adat-istiadat maupun kebiasaan itu sebagai jati diri bangsa, daerah maupun kesukuan...
Begitu juga halnya dengan gambar ini, mungkin kita lebih familiar dengan menyebutnya BEBALEN, Replika Bebalen seperti ini biasa dulunya sering dibuat disaat adanya Pesta pada suatu anggota keluarga. disamping sebagai seni adat istiadat juga sebenarnya dapat menambah nilai seni acara pesta yg dilaksankan, namun kenyataannya pada saat ini replika bangunan Bebalen ini sudah kalah bersaing dengan Tenda-tenda gaul yang seakan begitu mudahnya menghilangkan nilai sejarah dan Nilai hak asal usul suatu kesukuan tersebut.
bebalen yakni pondok kecil, mirip dengan joyah, yang biasanya dibangun dipinggiran jalan, tempat orang pejalan kaki berteduh sekaligus melaksanakan shalat.
Rumah adat tradisional di Kabupaten Aceh Tengah adalah rumah panggung, berkolong sekitar 2 meter sampai 2,5 meter di atas tanah. Membujur dari dari Timur ke Barat dengan maksud untuk memudahkan mengenali kiblat ketika sembahyang dan menghindari terpaan angin yang mudah merusak atap. Karena umumnya angin bertiup lebih kencang dari Barat ke Timur.
Rumah dibuat tinggi karena kondisi alam yang saat itu masih berhutan-hutan. Untuk mengindari gangguan binatang buas. Selain itu juga untuk memudahkan memandikan orang tua yang telah ozor, yang sedang sakit, serta memudahkan anak kecil buang air di malam hari. Di samping itu juga memudahkan memandikan jenazah. Lantainya pada umumnya dari sejenis enau yang disebut temor dan ada juga yang dari bambu yang telah direndam terlebih dahulu. Atap rumah dibuat dari daun serule yang panjangnya sekitar 60 cm disematkan dengan serat kulit tumbuhan lelede, kereteng, nunen. Jarum penjahitnya dibuat dari bambu tua. Setelah semuanya terekat barulah atap tersebut disebut supu.
Umah Time Ruang (umah=rumah) ialah rumah besar yang memiliki beberapa ruang. Tiangnya didirikan di atas batu yang merupakan ompak. Memiliki 36 buah tiang berderet-deret empat-empat. Pada ruang bagian tengah terdapat reje tiang dan puteri tiang. Setiap ruangan yag terdapat di umah time ruang ini berukuran 3x3 meter.
Lebar rumah tradisional ini umumnya sembilan meter. Bagian depan sebelah timur merupaka ruang terbuka yang disebut lepo. Bagian ini merupakan tempat berjemur, menghirup udara pagi dan tempat para wanita menganyam tikar, mengobrol dan lain-lain.
Bagian kanan rumah disebut serami rawan (serambi laki-laki) dan bagian kiri disebut serambi banan (serambi perempuan). Bagian depan yang sejajar serambi banan terdapat anyung yang berisi dapur besar yang hanya digunakan ketika ada upacasra atau hajatan besar.
Antara serambi rawan dan serambi banan terdapat bilik dari ujung ke ujung sebanyak tujuh buah yang disebut umah rinung (kamar tidur). Pad apinggir lepo sejajar serambi rawan terletak kite (tangga) yang kadang-kadnag berukir.
Tiang rumah adat tradisional ada dua bentuk. Ada yang berbentuk bulat dan ada yang persegi empat. Pada ketinggian 2 atau 3 meter tiang dipalang untuk tempat bentalan. Bentalan yang memanjang disebut rak bujur, sedangkan bantalan menurut lebar disebut ruk lintang. Di atas bantalan yang melintang ini diletakkan gergel yang merupakan papan tebal diletakkan berdiri sebagai penahan lantai.
Bagian bawah rumah panggung disebut keleten. Keleten sebagai tempat bekerja pada waktu-waktu senggang seperti membuat gagang cangkul, menarah rotan-rotan dan sebagainya. Di bawah kolong ni juga baisa nya dijumpai jingki yaitu alat menumbuk padi dan tepung yang ditekan dengan kaki beramai-ramai. Disamping itu di antara tiang-tiang sekeliling rumah itu diletakkan bersusun kayu api sampai-sampai mencapai buntalan rumah. Kayu-kayu tersebut merupakan persiapan ketka turun ke sawah maupun persiapan kayu api dalam upacara-upcara seperti perkawinan dan sebagainya.
Setiap petak ruangan diduduki oleh satu keluarga dan setiap keluarga memiliki minimal satu dapur. Setiap petak ruangan serami dilengkapi oleh tungku, selain memasak digunakan juga sebagai tempat berdiang terutama bagi keluarga masing-masing ada waktu malam hari. Pada musim dingin dapur dikelilingi untuk menghangatkan badan. Para anggota keluarga tidur mengelilingi ketiga sisi tungku
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.scribd.com/doc/290497876/RUMAH-TRADISIONAL-ACEH-GAYO-PRESENTASI-pdf
Thank you