Mengikuti Parenting di MIN 5 Banda Aceh
Apakabar rekan Steemian
JUMAT lalu saya mengikuti Parenting di MIN 5 Banda Aceh. Parenting kali ini khusus untuk anak-anak kelas kecil. Kelas 1 sampai 3. Pesertanya kedua orang tua dan siswa sendiri. Dalam kenyataanya ada yang datang berdua, ada yang salah satunya; ibu atau ayah. Bahkan ada yang tak datang orang tua sama sekali.
Kegiatan Parenting MIN 5 Banda Aceh diikuti hampir 70 persen siswa dan orang tua. Acara cukup sederhana. Berlangsung di sisi belakang gedung madrasah. Saya sendiri datang pukul 11 siang. Untuk menggantikan posisi istri yang harus masuk dinas di rumah sakit.
Awalnya saya masuk dari sisi samping. Ternyata sudah padat dengan orang tua dan siswa yang duduk lesehan. Kemudian mencari tempat yang nyaman, yakni dari arah panitia masuk. Melihat keramaian yang ruang sempit ini, saya langsung membidik kamera.
Setelah itu saya hendak duduk dan mengikuti acara, baru melihat anak saya dan ibunya. Kami pun berganti posisi. Giliran saya yang mengikuti acara ini sampai tuntas. Minimal, hingga pukul 11.30 WIB. Sebab, saat itulah jadwal pulang sekolah si bungsu Gulfam.
![]() | ![]() |
---|
Peserta parenting cukup antusias mengikuti acara. Rata-rata mata mereka berembun. Sembab. Mungkin sangat mengena materi yang disampaikan oleh Ustazd Wahyu Riski.
Ustazd Wahyu Riski yang tercatat sebagai pengajar di UIN Ar-Raniry Banda Aceh terlihat piawai dalam mengayun emosi peserta. Saya sendiri baru kali ini ikut parenting dengan pria humoris ini. Dari cara dia menyampaikan materi memang, nyata-nyata dia bisa mengelola situasi.
Setelah semuanya dibuat sedih berair mata, setelah itu lewat permainan singkat bisa mengundang gelak tawa. Para siswa pun tak kalah riang gembiranya mengikuti parenting ini.
Ustazd Wahyu Riski, berjas hitam, ditengah kerumunan
![]() | ![]() |
---|
Kepala MIN 5 Banda Aceh, Zuriati, S.Ag., M.Pd., (berkerudung coklat muda), saat mengabadikan moment parenting ini. Sedangkan gambar kanan, saat ikut menenangkan anak-anak yang sedih usai mendengan berbagai ceramah Ustazd Wahyu. Sedangkan mereka sendiri tidak bisa didampingi oleh salah satu orang tuanya.
Bu Zuriati sendiri mengatakan, parenting dilakukan setiap enam bulan sekali. Kali ini khusus anak-anak kelas kecil alias kelas 1 hingga kelas 3. Sedangkan pada Desember 2024 lalu, juga sudah dilakukan hal yang sama, namun untuk anak-anak kelas besar alias kelas 4 hingga 6. "Mereka dilakukan lebih cepat, karena anak-anak kelas 6 akan berakhir pendidikannya."
Para orang tua diajak aktif selama mengikuti parenting. Aktif berinteraksi dengan anak. Semua dibuat menjadi kompak. Dalam sebuah moment kami diminta untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi ketiga fasilitator menyebut angka 1. Lalu diturunkan setengah saat terdengar angka 2. Baru kemudian tangan diturunkan sampai kehabis ketika disebutkan angka tiga...
Kata ti...
ditahan agar semua peserta terkecoh. Bahkan langsung menyosor ke bawah saat tiii
terdengar separoh. Padahal kata lengkapnya, tikusss, tidurrr, tidakkk
. Tapi, sesaat kemudian, ketika tigaaa
terdengar, semua berlomba-lomba memang dulu. Begitulah serunya.
![]() | ![]() |
---|
Sebagian wali murid harus duduk diteras untuk mengikuti acara. Termasuk saya dan beberapa ayah dari siswa lainnya
Kami pun tidak menunggu sampai semuanya tuntas. Sebab, saat melirik jam sudah pukul 11.33 Wib. Ini pertanda sudah lewat dari jadwal menjemput si sulung. Akhirnya, saya dan Ghazi langsung meninggalkan madrasah tanpa menunggu selesaikan pembacaan doa. Amin.