Membahas Perkembangan Desa

Malam, angin bertiup pelan membawa aroma kopi yang baru saja diseduh. Di sebuah warkop desa, saya duduk bersama dua aparatur desa Habibi seorang kepala dusun yang sudah mengabdi lebih dari 5 tahun dan @elarzi sebagai kerani Gampong yang dikenal cekatan dan ramah. Cangkir-cankir kopi pekat tersaji hangat, menemani obrolan santai yang perlahan berubah menjadi refleksi atas perjalanan desa salama satu tahun terakhir.

Kami memulai dengan cerita ringan tentang cuaca yang tak menentu, panen yang cukup baik tahun ini, dan anak-anak muda desa yang kini mulai banyak merantau namun tetap pulang saat musim liburan tiba. Dari sana, obrolan mengalir ke hal yang lebih serius.

Habibi bercerita bagaimana pembangunan jalan desa akhirnya rampung setelah bertahun-tahun diusulkan. Alhamdulillah akses dari dusun ke pasar kini lebih cepat. Petani juga terbantu, hasil panen bisa langsung dibawa ke kota tanpa harus lewat jalan memutar lagi.

@elrazi menambahkan, selama setahun terakhir, pemerintah desa juga mulai fokus pada pemberdayaan UMKM lokal. Kita sudah bantu beberapa ibu-ibu kelompok tani untuk memasarkan produk olahan mereka ke luar daerah lewat media sosial. Hasilnya cukup baik, dan mereka jadi semangat.

Tentu, tak semua berjalan mulus. Mereka jujur bahwa masih banyak PR. Mulai dari pengelolaan sampah, air bersih di dusun, hingga keterbatasan anggaran. Namun semangat gotong royong dan keterlibatan warga perlahan mengubah semuanya. Yang penting kita terus jalan pelan-pelan sambil terus melibatkan masyarakat.

Ngopi malam ini bukan sekedar minum kopi. Ia menjadi momen refleksi, diskusi, sekaligus pemantik semangat untuk terus membangun desa. Di antara tawa dan cerita, ada harapan yang tumbuh. Bahwa dengan kebersamaan dan komitmen, desa akan terus melangkah maju setahap demi setahap.

Salam @aril.hatake