Suasana Malam Lebaran

Malam itu, suasana Kota Geudong tampak semarak. Jalanan yang biasanya lengang kini dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu-lalang, mulai dari mobil pribadi hingga motor yang dikendarai anak-anak muda. Lampu-lampu dari toko-toko dan warung makan bersinar terang, menambah semarak malam Lebaran.

Di sudut jalan, beberapa orang duduk santai di kursi plastik, menikmati kopi dan mie Aceh di warung-warung yang tetap buka hingga larut malam. Aroma makanan khas Lebaran masih terasa di udara, bercampur dengan suara riuh pembeli yang berbelanja di pasar malam. Pedagang menjajakan berbagai barang, dari pakaian hingga makanan ringan, menarik perhatian warga yang masih menikmati momen silaturahmi.

Di dekat persimpangan, terlihat anak-anak muda berkumpul, berbincang dengan teman lama yang baru kembali dari perantauan. Motor-motor berjejer rapi di depan warung kopi, menjadi saksi bisu cerita panjang yang mereka bagi setelah sekian lama tak bertemu.

Lebaran di Geudong bukan hanya tentang makanan lezat atau baju baru, tetapi juga tentang kebersamaan. Di tengah kesibukan jalanan yang padat, ada kehangatan yang menyatukan, ada tawa yang menggema, mengingatkan bahwa di sini, di kota kecil ini, tradisi dan persaudaraan tetap hidup.