Jamuan Rasa di Tengah Keluarga
Hari itu, aroma harum rempah-rempah mulai memenuhi ruangan sejak pagi. Di atas karpet yang lembut, nampan besar hijau diletakkan, dipenuhi dengan beragam lauk: ayam masak kuning, sambal udang pedas manis, ikan goreng garing, dan sayur labu bersantan. Di sisi lain, semangkuk besar tekwan mengepul, dengan kuah bening yang kaya rasa, penuh jamur kuping, adonan ikan, dan udang kecil hidangan khas Palembang yang jadi favorit semua orang.
Tak jauh dari situ, semangkuk nasi briyani tersaji megah. Nasi panjang yang harum dengan sentuhan kapulaga dan kayu manis itu diaduk rata bersama ayam dan potongan daging. Sambal kecap dengan irisan cabai rawit siap menyertai setiap suapan pedas dan gurih.
Beberapa saat kemudian, muncul sepiring nasi briyani spesial lainnya. Kali ini, dengan tambahan kepiting rebus dan ayam bersantan kuning kental di atasnya. Hidangan itu tampak istimewa, seolah menandakan bahwa momen ini bukan sekadar makan, tapi perayaan rasa dan kebersamaan.
Orang-orang berkumpul, duduk bersila, tangan menjangkau piring-piring kecil dengan tawa dan obrolan ringan. Tidak ada meja makan resmi, tapi justru itulah yang membuat semuanya terasa hangat dan akrab.
Di sela-sela suapan, seseorang berkata, "Nasi briyani dan tekwan ini, dua dunia yang bersatu dalam satu meja." Semua tertawa, karena memang benar perpaduan makanan khas Timur Tengah dan Nusantara itu menciptakan keharmonisan rasa yang menggambarkan kekayaan budaya dan cinta dalam keluarga.
Hari itu bukan hanya tentang makanan. Tapi tentang cerita, kenangan, dan cinta yang dirayakan lewat hidangan.
Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.