"SLC-S24/W6 - Powerful Debate - Yes or no/pros and cons"

2FFvzA2zeqoVJ2SVhDmmumdPfnVEcahMce9nMwwksSDdRvbHPNgYai8dMex9iG2WN2hBQkxs2qKNDCihzCccdvA9Pm4d9tuGNSkb1fZeB9bChP2RTczx4B4UYoFxz.jpeg

Bisakah Sebuah Hubungan Bertahan Setelah Penghianatan dan Kekerasan? Tidak.

***A. Kisah Nyata untuk Mendukung Pendapat.

Pada tahun 2012 publik dikejutkan oleh kisah Rihanna dan Chris brown, pasangan selebritas yang tampaknya sempurna di mata dunia. Namun, hubungan mereka berubah tragis ketika Brown melakukan kekerasan fisik terhadap Rihanna, yang menyebabkan luka serius. Meski beberapa tahun kemudian mereka sempat kembali berhubungan, cinta itu tak pernah benar-benar pulih. Meskipun ada permintaan maaf dan janji perubahan dari pihak pelaku, trauma dan kehilangan kepercayaan sudah terlalu dalam. Akhirnya, mereka berpisah secara permanen.

Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun mungkin ada rasa cinta dan nostalgia, hubungan yang diliputi oleh pengkhianat dan kekerasan seringkali tidak dapat dipertahankan. Luka emosional dan fisik yang ditinggalkan terlalu besar untuk sepenuhnya sembuh dalam konteks hubungan yang sama. Bahkan jika kedua pihak mencoba memperbaiki, dinamika kekuasaan dan trauma yang sudah terbentuk seringkali membuat hubungan tidak sehat dan penuh ketegangan.

Kisah seperti ini bukan hanya terjadi di kalangan selebritas. Banyak orang dalam kehidupan sehari-hari mencoba mempertahankan hubungan setelah dikhianati atau mengalami kekerasan, dengan harapan bahwa cinta dan kesabaran bisa menyembuhkan segalanya. Namun, kenyatannya adalah bahwa fondasi kepercayaan yang telah runtuh sangat sulit untuk di bangun kembali, terlebih jika kekerasan fisik atau emosional sudah terjadi.

***B. PRO dan KONTRA dari Kepercayaan dan Loyalitas dalam Suatu Hubungan.

**PRO keuntungan.

  1. Stabilitas Emosional.
    Kepercayaan dan loyalitas menciptakan rasa aman dalam hubungan. Ketika pasangan tahu bahwa mereka dapat saling mengandalkan, ini menciptakan kedamaian batin dan mengurangi kecemasan akan pengkhianatan atau ditinggalkan. Hal memungkinkan kedua individu tumbuh bersama secara emosional dan psikologis.

  2. Komunikasi yang Terbuka dan Jujur.
    Kepercayaan memungkinkan komunikasi terbuka. Pasangan tidak takut untuk mengekspresikan diri, membicarakan masalah pribadi, atau mengutarakan ketidaksetujuan karena mereka tahu bahwa keterbukaan tidak akan digunakan untuk menyakiti.

  3. Komitmen Jangka Panjang.
    Loyalitas mendorong pasangan untuk melewati masa-masa sulit bersama. Dalam hubungan yang setia, kesetiaan bukan hanya tentang fisik, tapi juga komitmen emosional untuk tetap saling mendukung di tengah badai kehidupan.

  4. Pertumbuhan Bersama.
    Dalam hubungan yang didasari kepercayaan dan loyalitas, pasangan bisa saling mendukung dalam pencapaian pribadi dan profesional. Mereka tidak melihat kesuksesan pasangan sebagai ancaman, melainkan sebagai pencapaian bersama.

  5. Kualitas Hubungan yang Lebih Baik.
    Hubungan yang dibangun atas dasar saling percaya cenderung lebih bahagia, memuaskan dan bertahan lama. Kepercayaan menghilangkan kebutuhan untuk terus-menerus mencurigai atau mengendalikan, dan itu menciptakan ruang untuk cinta yang lebih sehat.

**KONTRA Kerugian.

  1. Kepercayaan yang Buta.
    Kadang-kadang kepercayaan buta. Dalam situasi seperti ini, seseorang mungkin terus memaafkan pengkhianatan atau kekerasan karena terlalu setia atau terlalu percaya bahwa pasangan akan berubah. Ini bisa menjebak seseorang dalam hubungan yang merusak atau berbahaya.

  2. Loyalitas yang Salah Tempat.
    Loyalitas sering kali disalahartikan sebagai kewajiban untuk bertahan meski dalam hubungan yang tidak sehat. Banyak orang yang tetap setia karena takut dianggap gagal atau takut sendirian, bahkan ketika pasangan telah menyakiti mereka secara terus-menerus.

  3. Manipulasi Emosional.
    Dalam hubungan yang tidak sehat, kepercayaan dan loyalitas bisa dimanfaatkan oleh pihak yang manipulatif. Mereka mungkin menggunakan kesetiaan pasangannya untuk terus melakukan kesalahan tanpa mempertanggung jawabkan prilakunya.

  4. Pengorbanan Diri yang Berlebihan.
    Dalam upaya untuk tetap setia, seseorang bisa kehilangan identitas diri. Mereka mungkin mengorbankan kebutuhan, impian dan kebahagiaan pribadi demi mempertahankan hubungan yang sebenarnya sudah tidak sehat lagi.

  5. Siklus Kekerasan.
    Dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, loyalitas sering menjadi alasan korban tetap bertahan. Korban bisa merasa bahwa mereka harus tetap bersama pelaku karena janji perubahan, atau karena tekanan sosial dan keluarga. Sayangnya, hal ini seringkali memperpanjang siklus kekerasan.

Yang bisa saya berikan kesimpulan.
Meskipun kepercayaan dan loyalitas adalah fondasi penting dalam hubungan yang sehat, ketika sudah terjadi pengkhianatan dan kekerasan, sangat sulit, bahkan hampir mustahil untuk mengembalikan hubungan ke jalur yang sehat dan aman.
Pengkhianatan merusak kepercayaan, kekerasan menghancurkan rasa aman. Dua hal ini adalah pilar utama dalam hubungan yang stabil. Tanpa keduanya, hubungan itu ibarat bangunan tanpa fondasi, rapuh dan mudah runtuh.

Setiap individu tentu memiliki hak untuk memutuskan sendiri jalan hidupnya. Namun, penting untuk memahami bahwa bertahan dalam hubungan yang telah melukai secara fisik dan emosional bukanlah bentuk loyalitas yang sehat. Meninggalkan hubungan seperti itu bukanlah tanda kegagalan, tetapi bukti kekuatan untuk melindungi diri dan memperjuangkan hidup yang lebih baik.

Dalam kontes ini saya mengundang beberapa teman. @ulfatulrahmah @fajrulakmal99 @marito74 @sailawana.

Salam @aril.hatake

Sort:  

Terimakasih atas undangannya saudara, semoga sukses

Terima kasih