"SLC-S24/W2 - Powerful Debate | Love vs Capability".

SLC-S24/W2 - Powerful Debate | Love vs Capability
Cinta adalah sebuah energi. Adakah yang sepakat dengan ungkapan tersebut?
Baiklah, anda boleh setuju atau tidak. Tetapi izinkan saya menceritakan pandangan dan pengalaman saya terkait hal ini.
Pepatah lama berkata : Cinta, dari mata turun ke hati...
Setelah lulus sebagai dokter hewan dari sebuah Universitas ternama di daerah kami, saya kembali ke kampung halaman dan mengabdi sebagai dokter hewan di Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara.
Namun karena status saya belum pegawai dan hanya sebagai tenaga honorer, tentu penghasilan saya tidak seberapa, sehingga saya harus memikirkan pekerjaan sampingan agar saya punya penghasilan yang cukup.
Sehingga saat itu (Tahun 2000), saya memutuskan untuk membantu kakak saya mengelola sebuah lembaga kursus komputer dan bahasa inggris, dimana selain membantu mengelola lembaga dari aspek manajemen, terkadang saya turun langsung memberikan materi kursus bahasa Inggris dan juga komputer kepada para siswa yang belajar di lembaga kami.
Saat itu ada seorang siswi kursus komputer privat yang belajar di lembaga kami dan diasuh oleh seorang tentor senior. Siswi ini selalu datang lebih cepat dari jadwal belajarnya, sehingga saya selalu menyambut dan mengobrol sebentar dengannya secara profesional sebagai manager lembaga kursus.
Kegiatan kursus tersebut berlangsung selama lebih kurang 3 bulan dengan jadwal belajar 3 kali dalam seminggu. Selain jadwal belajar, para siswa dibolehkan datang ke lembaga kursus untuk berlatih dan mengulang-ulang materi kursusnya dan menggunakan perangkat komputer yang ada.
Selama 3 bulan tersebut, saya tidak punya perasaan apa-apa terhadap si siswi tersebut dan saya hanya memperlakukannya sama seperti siswa dan siswi lain yang belajar di lembaga kami.
Tibalah waktu beberapa bulan setelah proses kursus selesai, kami dari lembaga membantu para murid untuk mencarikan lowongan kerja, dan kebetulan kami memiliki beberapa koneksi dan relasi yang sedang membutuhkan tenaga kerja yang memiliki skill komputer.
Karena ada seorang siswi kami yang memenuhi kualifikasi tersebut, saya menghubungi siswi tersebut dan kemudian mengantarkannya ke kantor relasi kami untuk melakukan audiensi terkait lowongan pekerjaan tersebut.
Sejak itu, komunikasi saya dengan siswi tersebut semakin intens, bahkan lama-kelamaan tumbuh benih-benih cinta diantara kami, dan pada satu kesempatan saya mengucapkan kata cinta kepadanya.
Ci, sebenarnya saya sudah lama ingin mengutarakan perasaan saya. Saya suka dan cinta kamu. Jika kamu berkenan, saya ingin kamu jadi pacar saya...!
Gadis itu pun diam. Dan saya memberikannya waktu seminggu untuk memberikan jawaban.
Seperti kata pepatah diatas bahwa Cinta itu datangnya dari mata karena seringnya bertemu dan lama-kelamaan turun ke hati.
Singkat cerita, kami sepakat menjalin hubungan pacaran selama lebih kurang dua tahun sampai akhirnya saya melamarnya untuk menjadi istri saya pada tahun 2002.
Selama hubungan pacaran kami selama dua tahun tersebut, saya selalu menjemputnya pulang dari kantornya dan kemudian mengantarkannya pulang ke rumah.
Saat itu kondisi saya belum mapan dan saya cukup sibuk dengan pekerjaan saya. Tetapi karena rasa cinta, saya punya energi plus untuk melakukan semua itu.
Cinta adalah faktor yang sangat penting dalam sebuah hubungan ataupun pernikahan, karena seperti yang saya sampaikan diatas bahwa cinta menjadi energi bagi kita untuk melakukan banyak hal dan juga menjadi "vaksin" bagi kita dalam menghadapi berbagai tantangan dan godaan yang bisa merusak hubungan kita.
Sebuah hubungan yang sehat akan tercipta bila kedua insan memiliki rasa cinta kepada pasangannya. Tetapi, cinta itu sendiri bersifat fluktuatif, sama seperti hubungan itu sendiri. Artinya terkadang seseorang begitu mencintai pasangannya, tetapi di waktu lainnya ada hal-hal yang mengganggu rasa cinta dan hubungan tersebut.
Faktor-faktor eksternal sering menjadi ganjalan dari sebuah hubungan. Dan kami pun pernah mengalami hal tersebut.
Saya adalah seorang dokter hewan yang bekerja di pemerintahan dan sering berinteraksi dengan berbagai pihak dan individu termasuk perempuan yang merupakan teman sekantor.
Tidak dipungkiri, ada saja teman perempuan sekantor yang memiliki karakter sedikit genit sehingga membuat istri saya cemburu dan kami terkadang terlibat cekcok dan adu argumentasi.
Suatu waktu istri sempat mempermasalahkan ketika ada seorang teman sekantor saya yang masih gadis, sering menelepon saya.
Anak gadis ngapain nelpon suami orang? Begitu ucapan istriku.
Tetapi saya memberikan penjelasan dan juga menunjukkan bukti bahwa saya hanya mencintai istri saya seorang. Teman-teman perempuan di kantor hanyalah sebatas teman.
Kesetiaan dan saling pengertian menjadi "lem perekat" untuk menjaga agar sebuah hubungan tetap langgeng sepanjang hidup. Dan diam-diam aku patut bersyukur dengan sikap istriku bahwa ia ingin selalu bersamaku.
Aku melihat sebuah postingannya di tiktok yang berisikan isi hatinya bahwa ia ingin menghabiskan masa hidupnya bersamaku. Aku ingin menua bersamamu...! Begitu caption-nya di sebuah postingan di tiktok dengan sound lagu yang senada.
Sebuah hubungan tercipta dari dua insan yang memiliki banyak perbedaan, baik latar belakang budaya, kebiasaan dan juga karakter, yang masing-masing adalah bukan makhluk yang sempurna.
Kedua individu memiliki kekurangan dan juga nilai lebih, dan disitulah pentingnya sebuah sikap saling pengertian dan saling menghargai agar bisa saling melengkapi.
Bukankah cinta itu hadir untuk menyatukan dua hati? Dan ketika semuanya disandarkan atas cinta maka masing-masing akan berusaha memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan kita.
Jadi tiga aspek ini (cinta, kesetiaan dan saling pengertian) adalah sebuah resep agar sebuah hubungan yang sehat bisa langgeng. Sebagai buktinya adalah hubungan pernikahan saya yang sudah berlangsung selama 23 tahun (2002-sekarang). Dan kami telah memiliki 3 orang anak yang sebentar lagi akan menempuh jalan hidup mereka sendiri.
Saya dan istri
Bukan tidak ada gelombang pasang yang menghantam. Bukan pula tidak ada badai dahsyat yang menerpa bahtera rumah tangga kami. Tetapi, kami masih saling setia dan saling mencintai untuk selalu menjaga hubungan suci ini.
Dalam pandangan orang banyak kami merupakan pasangan yang harmonis. Tetapi bukan berarti kami tidak punya masalah. Sama seperti semua orang pada umumnya.
Selalu ada ganjalan dan hal-hal yang terjadi dalam sebuah hubungan dan merupakan sebuah dinamika yang pasti terjadi.
Seperti halnya sendok dan garpu dalam sebuah piring, bahwa selalu ada potensi untuk saling berhadap-hadapan, dan terkadang saling bentrok dan beradu. Tetapi keduanya atas tujuan yang sama yaitu agar makanan bisa sampai ke mulut. Begitu umpannya.
Tidak apa-apa. Biarkan saja seperti itu adanya dan tampaknya di pandangan banyak orang, dan kita tidak perlu mengumbar kondisi internal kita.
Tetapi kita harus fokus pada usaha untuk menjaga dan memperbaiki hubungan kita secara internal. Selalu memperbarui rasa cinta kita kepada pasangan, karena masalahnya bukan terletak pada masalah itu sendiri tetapi pada bagaimana cara kita menyikapinya dan mencari solusi terbaik agar sebuah hubungan tetap sehat dan langgeng.
Putri kecil kami
Akan lebih bijak bila kita mengedepankan akal sehat dan pertimbangan yang rasional ketika mengalami sebuah masalah. Karena penyikapan yang bersifat emosional malah akan memperburuk keadaan, alih-alih menyelesaikan masalah.
Pertimbangan yang rasional adalah aspek penting dimana kita akan mempertimbangkan dampak dari sebuah sikap dan keputusan kita yang dalam hal ini adalah kondusivitas keluarga dan anak-anak jika kita memiliki anak.
Jangan karena sikap dan keputusan kita yang emosional akan berdampak pada masa depan anak-anak kita.
Keberhasilan sebuah hubungan terletak pada kesadaran antara kedua belah pihak untuk sama-sama menjaga hubungan itu dengan upaya yang maksimal dari keduanya.
Sekian postingan ku kali ini. Stay healthy and Fun.....Ciao...!
@alee75
📚Jalaluddin Rumi : Ciptakanlah keindahan di dalam hati Anda, dan keindahan di sekitar Anda akan mengikuti.💝

Keluarga Samara... Sukses Selalu pak Razali....
Aamiin. Makasih Abi...🙏