Hujan yang Tak Kunjung Reda
Hello Everyone
Edited by Canva
The Diary Game
25 November 2024
25 November 2024
Pagi cukup cerah. Meski bekas hujan semalam masih terasa di jalan. Tapi saya berharap matahari membakar sempurna hari ini. Alasannya ingin, kebun sayur saya bisa "menghirup" udara segar. Setelah ditimpuki hujan bertubi-tubi. Kasihan sekali. Selain itu, juga untuk membuat tanah bisa menarik nafas. Sebab, kandungan air sudah terlalu banyak. Itu harapan saja.
Cuaca yang bersahabat itu membawa saya mencari tempat berteduh juga. Tradisi pagi. Minum teh sambil membaca koran. Kebiasaan yang selalu terjaga. Bukan cuma sekadar minum kopi, di Atlanta Premium Cafe saya juga bekerja. Main laptop. Bikin postingan. Kebetulan saat ini sedang jeda olah website berita. Sedang perbaikan.
Seperti halnya hari lain, saat sudah buka laptop itu pertanda mode serius. Selain membuat postingan, tentu saja juga memantau pergerakan krypto. Kebetulan ada sisa Bitcoin yang tersimpan di wallet. Posisi harganya sudah melewati angka Rp.1.566.000.000 miliar. Sebuah angka yang tak pernah terbayang sebelumnya. Sialnya, makin hari dia menanjak terus. Saya malah menjual pada posisi 1.499.000.000.
Karena berpikir harga BTC kali tidak akan melewati angka 1,5 Miliar. Nyatanya, asumsi itu salah. Saya pun kalah. Tapi, kondisi begini biasa dalam dunia perkryptoan. Naik dan turun sangat biasa. Tergantung kita memanfaatkan momentumnya. Itu saja.
Saya baru berhenti usai jadwal pulang sekolah tiba. Menjemput di bungsu. Kali ini tak ada yang istimewa. Pukul satu siang kembali ke sekolah. Menjemput abangnya. Usai shalat Zuhur, mendung mulai bergulung-gulung. Saya berharap hujan tak turun. Siang hingga sore saya sudah punya rencana ke Lhong Raya. Lokasinya di AAN 2 Kopi. Ada orang yang dicari.
Akhirnya, tanpa memberi tahu lebih dulu. Saya gas ke sana. Pukul tiga saya bergerak berpayung mendung hitam. Cukup lebat. Belum ada hujan yang turun. Baru gerimis. Hujan baru terasa berat saat roda sudah menyentuh perbatasan kota. Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Hingga tiba di lokasi, hujan tak kunjung berhenti.
Saya memantau situasi warung kopi. Setelah menyenter sana-sini, tak ada wajah orang yang di cari. Akhirnya saya memilih pergi, di bawah hujan lebat. Jalannya sudah mulai tergenang. Jalan kenderaan sedikit melambat. Saya pun menancapkan pilihan untuk duduk di Nyak Mad Kupi. Jaraknya masih jauh Lhong Raya. Saya pun bergerak cepat meski dikepung hujan lebat.
Begitu tiba di kawasan Lueng Bata, pikiran saya berubah. Sepertinya ban belakang butuh perbaikan. Sedikit kempes. Melihat ada bengkel yang kosong, saya langsung mampir. Karena hujan masih awet, saya pun memilih beramah tamah dengan si pemilik bengkel. Kami pun terlibat dalam obrolan panjang. Mulai dari pohon-pohon tinggi dipinggir jalan hingga efek dari hujan lebat.
"Sebenarnya hujan ini bukan untuk kita, tapi untuk pohon-pohon dan binatang," titahnya penuh makna.
Saya membenarkan. Karena manusia menjadi perusak dimuka bumi.
Dari sini saya langsung ke Nyak Mad Kupi. Usai menunaikan shalat, dilanjutkan dengan kegiatan rutin. Hujan masih turun. Meski tidak sederas tadi siang. Hingga jelang magrib, kondisi masih sama. Tak ada cerita lagi, selesai membuat postingan dan membalas beberapa komentar di komunitas, saya langsung pulang.
Sudah pukul 19.37 malam saya menghabiskan kegiatan seharian dengan ragam aktivitas. Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
26/11/2024
Ternyata di hari Senin hujan di Banda awet ya, sedangkan di tempat saya hari ini untung sudah sampai di rumah dan sampai sekarang masih gerimis mengandung🤭
Sejak Jumat ka ujeuen, cuma dipiyoh lee. Hanya saja bak uroe Isninnya cukup brat dari cot uroe sampe mugreb..., Alhamdulillah, kana stok nitrogen lon, hehe
Biasanya menye ujen uroe Jumat atau malam Jum'at akan dipiyoh sigo Jumat mehan ujen Sabe
Di Gampong lon Nye ujen Lage nyoe alamat jih bakalan banjir, Hana tangong si go Minggu kadang 2 go banjir jih sampe2 harus mengungsi ke dataran tinggi. Sangat menyedihkan sekali nasib kami wate nyan